Mewujudkan Program Industrialisasi

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Sosial, Ekonomi dan Industri

 

Kalimat ini pamungkas dan ini menjadi harapan kita bangsa Indonesia, yakni, "Mewujudkan Program Industrialisasi". Bahasanya sudah sangat membumi dan menanti sejumlah eksekusi dan akselerasi. Program industrialisasi paling konkret adalah mendirikan pabrik-pabrik baru di pusat-pusat pertumbuhan industri.

Terkait dengan ini berarti perlu ada pengadaan teknologi baru, pembukaan lahan baru, mencetak tenaga kerja baru, yang berarti secara lang sung menciptakan produksi baru dan/atau menambah kapasitas produksi yang sudah ada. Untuk itu, diperlukan investasi, baik dari modal asing maupun dari modal dalam negeri. Sepertinya konkret itu seperti penjelasan tersebut. Tapi masalahnya tidak bisa instan merealisasikannya. Karena banyak faktor menjadi penyebabnya.

Pertama, investor tidak bisa di paksa untuk mendirikan pabrik baru di negeri ini. Mereka pasti selalu memperhitungkan banyak hal, misalnya masalah kelayakan investasi, jaminan investasi, kepastian hukum/regulasi, dan pasti terkait dengan masalah return dan profit. Naluri bisnis bisa bersikap see and do atau wait and see.

Kedua, pilihan investasi dewasa ini makin luas, dan ketika kita mendorong kepada mereka, maka yang paling bisa diajak membangun pabrik di Indonesia adalah para pengusaha industri, bukan pedagang, bukan pengusaha properti atau investor portofolio yang ladang per mainannya adalah pasar finansial dan pasar modal.

Ketiga, pabrik-pabrik baru tidak bisa dibangun oleh spekulan seperti para investor porto folio yang melantai di bursa melakukan aksi goreng saham atau aksi ambil untung, habis itu mereka ongkang-ongkang kaki menikmati capital gain atau bisa lari meninggalkan pasar tanpa bertanggung jawab atas situasi pasar yang ditinggalkannya.Ini berarti bahwa pendirian pabrik-pabrik baru tidak bisa dibiayai dengan skema investasi yang berjangka pendek, tetapi harus investasi jangka panjang.

Keempat, jika kita mengharapkan Foreign Direct Invesment( FDI), maka umumnya investasi mereka berhubungan langsung dengan pertumbuhan kegiatan ekspor yang mereka lakukan sebagai mesin pertumbuhan bisnisnya, di samping pasar dalam negeri. Tatkala kondisi pertumbuhan ekonomi global masih belum sepenuhnya pulih dari kelesuan, maka permintaan secara agregat produk-produk manufaktur dari negara pengekspor.

Kelima, hampir dapat dipasti kan bahwa pembangunan pabrik-pabrik baru/perluasan tidak akan mampu dibiayai dari dana APBN, kecuali untuk membiayai BUMN atau investasi pemerintah di sektor infrastruktur publik, baik berupa infrastruktur fisik, infrastruktur teknologi dan SDM, serta infrastruktur yang dirancang secara khusus untuk mendukung pembinaan dan pengembangan sektor IKM.

Keenam, dalam perspektif yang lain, ternyata memang jika dilihat dari "participation index" dalam global value chain secara total, posisi Indonesia masih tergolong lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam.

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…