Wujudkan Kualitas dan Peran Lebih - Pertamina Bantu "Up Skill" Para Kader Posyandu

Pada masa era pemerintahan orde baru, kehadiran pos pelayanan terpadu (Posyandu) mengalami kejayaan pada masanya. Dimana kala itu, banyak masyarakat berkunjung ke Posyandu untuk mendapatkan pembinaan kesehatan, cek up kesehatan hingga imunisasi anak. Namun seiring dengan perkembangan zaman, Posyandu yang masih aktif saat ini bisa dihitung dengan jari. Padahal Posyandu memiliki peran kunci dalam peningkatan status kesehatan masyarakat dan  menurunkan angka kematian ibu dan anak.

Hadiat, Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat dari Badan Perencana Pembangunan  Nasional (Bappenas) mengatakan, hanya setengah dari Posyandu di Indonesia yang melakukan kegiatannya secara aktif. Menurut  Lembaga Demografi Universitas Indonesia, ada sekitar 270.000 Posyandu di  Indonesia, tapi tidak semuanya berfungsi dengan optimal. Sementara itu, Evie  Woro Yulianti, Program Manager di Lembaga Swadaya Masyarakat  Internasional, Save the Children mengatakan, temuan di lapangan menunjukkan, selain tidak semua posyandu aktif, masih banyak  kader-kadernya yang tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk membina  masyarakat.

Tidak hanya itu, sebagian masyarakat masih salah persepsi menilai peran Posyandu. Dimana Posyandu kerap diasosiasikan dengan pemberian imunisasi dan timbang berat badan ataupun ajang kumpul para ibu-ibu. Padahal sejatinya peran Posyandu lebih dari itu. Maka dalam rangka mengoptimalkan kemampuan kader Posyandu di daerah, PT Pertamina (Persero) terpanggil untuk meningkatkan peran Posyandu dan kadernya lewat program tanggung jawab sosial perusahaan. “Kebetulan PT Pertamina Retail ini mengelola SPBU COCO, di Semarang sendiri ada lima SPBU COCO. Di sini kami mengundang kader Posyandu di sekitar SPBU untuk melakukan 'up skilling'," kata Corporate Secretary PT Pertamina Retail, M Ivan Asmara di Semarang, kemarin.

Pada kegiatan tersebut pihaknya mengundang 50 kader Posyandu. Ivan mengungkapkan, dipilihnya Posyandu pada program CSR kali ini merupakan usulan dari kelurahan setempat.”Biasanya sebelum kami melakukan program CSR, kami melakukan diskusi terlebih daulu dengan masyarakat setempat, butuh bantuan apa. Ternyata untuk saat ini butuh bantuan 'up skilling' kader Posyandu," ujarnya.

Untuk program peningkatan kemampuan kader Posyandu tersebut, kata Ivan, Pertamina menggandeng Dinas Kesehatan Kota Semarang. Beberapa materi yang diberikan mulai dari bagaimana melakukan penimbangan bayi, menjaga kesehatan bayi, dan menjaga kesehatan ibu hamil. Asal tahu saja, program corporate social responsibiliy (CSR) "up skill" kader Posyandu yang dilakukan di Kota Semarang ini merupakan kegiatan pertama yang dilakukan pada tahun 2017.

Disebutkannya, setelah Semarang, perseroan akan melakukan program serupa di Bandung dan Surabaya. Sebelumnya sudah melaksanakannya di Malang, Jakarta, dan Palembang. Ivan mengatakan direncanakan kegiatan tersebut akan dilakukan setiap tahun di beberapa kota besar di Indonesia. Sebagai informasi, tingkat partisipasi masyarakat memeriksakan kesehatan balitanya ke Posyandu masih rendah. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak perlu lagi dibawa ke posyandu seiring dengan pertambahan umur.

 

Belum Optimal

 

Selain itu, minimnya kepercayaan para orang tua terhadap kinerja kader Posyandu juga berkorelasi positif terhadap jumlah kunjungan balita ke posyandu Suka tidak suka, saat ini kualitas kader Posyandu belum optimal. Ya, meskipun kader Posyandu bukan tenaga kesehatan profesional, tetapi keberadaannya memiliki peran sangat strategis dalam upaya promotif dan preventif bidang kesehatan. Selain itu, kader Posyandu juga kunci dalam peningkatan status kesehatan masyarakat dan pengurangan angka kematian ibu dan bayi.

Oleh karena itu, penimbangan rutin dan penyuluhan kesehatan dari kader Posyandu juga penting disadari oleh para orang tua khususnya yang memiliki balita untuk memantau perkembangan kesehatan buah hatinya. Berdasarkan data Riskesdas 2010, 50% balita di Indonesia tidak melakukan penimbangan teratur di posyandu. Riset ini sekaligus menunjukkan kecenderungan semakin bertambah umur seorang balita, maka tingkat kunjungan ke posyandu untuk melakukan penimbangan rutin semakin menurun.

Bagi Mayke S. Tedjasaputra, pakar psikologi dari Universitas Indonesia (UI), penurunan kunjungan balita ke posyandu karena kini banyak orang tua yang merasa lebih mengetahui kondisi anaknya sehingga kurang menyadari bahwa mereka masih membutuhkan bimbingan dari para penyuluh kesehatan dalam mengatasi masalah gizi dan kesehatan pada anak.”Ada anggapan yang salah dari para orangtua ketika mereka datang ke posyandu. Seringkali mereka malas datang karena takut diceramahi dan dimarahi kader tentang masalah gizi," ujarnya.

Perilaku orangtua yang seperti ini disinyalir menjadi penyebab anak akan terus berada dalam kondisi gizi buruk dan sering sakit. Maka sebagai solusi, peningkatan kualitas kader Posyandu harus terus ditingkatkan dengan berbagai bidang keilmuan dan juga mengintegrasikan Posyandu dengan fasilitas pendidikan anak usia dini (PAUD) yang kini marak diikuti oleh para balita sebelum beranjak ke jenjang taman kanak-kanak.

Sementara menurut Ketua Lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI),  Sonny Harry B Harmasi, revitalisasi Posyandu harus terus dilakukan karena Posyandu adalah upaya kesehatan  berbasis masyarakat yang luar biasa, karena hanya ada di Indonesia.”Posyandu  itu uniquely Indonesia, tidak tahu apa karena masalah kultur, tetapi  program ini tidak ditemukan di negara lain," ujarnya.

Lebih jauh  Sonny menmbahkan optimalisasi fungsi Posyandu bisa membuat Indonesia  makin dekat untuk mencapai target yang telah ditetapkan dalam Millennium Development Goals (MDGs).  (bani)

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…