Perbankan Dinilai Terlalu Berhati-hati Ekspansi Kredit

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Peraih nobel ekonomi pada 2003 Profesor Robert F. Engle menilai perbankan Indonesia terlalu berhati-hati untuk berekspansi menyalurkan kredit ke masyarakat, padahal kapasitas permodalan perbankan mencukupi. Engle mengatakan sikap kehati-hatian perbankan di Indonesia merupakan sisi lain dari fakta bahwa kapasitas permodalan bank di Indonesia cukup kuat.

Sisi positifnya, kata Engle, dengan permodalan yang kuat, perbankan Indonesia tidak terlalu rentan menghadapi potensi krisis ekonomi. "Adalah berita yang bagus, namun mengandung berita yang buruk pula, artinya bantalan (modal) yang substansi itu sangat aman, tapi terlalu hati-hati dan terlalu aman, ketakutan untuk membuat pinjaman yang diperlukan untuk stimulus ekonomi," kata Engle, seperti dikutip kantor berita Antara, kemarin.

Dalam kuliah umum tersebut, turut hadir Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara, dan Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir. Engle menuturkan bahwa dari ratusan institusi sektor keuangan di Indonesia, beberapa di antaranya memilik risiko yang kecil terdampak krisis keuangan.

Beberapa institusi keuangan yang memiliki risiko kecil itu diharapkan dapat menyalurkan kredit lebih ekspansif, karena memiliki modal yang kuat dengan dukunga perolehan laba. "Sejumlah bank milik negara juga memiliki modal yang lebih dari cukup," ujar dia.

Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit perbankan Indonesia pada 2016 hanya tumbuh 7,8 persen (year on year), atau melemah dibandingkan 2015 yang sebesar 10 persen. Engle menggambarkan Asia Tenggara termasuk Indonesia merupakan negara dengan ketahanan ekonomi yang lebih kuat dibanding negara-negara "emerging markets" lainnya.

Risiko terhadap perbankan, kata dia, menyebar ke seluruh dunia. "Regulasi perbankan harus disiapkan untuk mencegah, bukan hanya menangani," ujar dia. Dalam paparannya, Engle juga mengingatkan bahwa dinamika pasar keuangan global akan semakin meningkat, karena Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump ingin mengurangi standar regulasi internasional untuk kesehatan perbankan.

Di sisi lain, rencana Trump tersebut bisa berdampak positif bagi kapitalisasi perbankan di pasar saham, karena investor melihat bank akan lebih ekspansif meraup pendapatan bunga mengingat syarat permodalan berpotensi akan dikurangi.

Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengingatkan kredit perbankan harus disalurkan dengan penuh kehati-hatian dan bantalan modal untuk pencadangan harus mencukupi, meskipun banyak pihak mendorong industri perbankan agar lebih ekspansif dalam menyalurkan pembiayaan. "Saya agak beda pendapat dengan Engle. Kita tidak bisa mengacu ke negara-negara lain yang kreditnya ekspansif. Pengalaman krisis tahun 1997-98 adalah permasalahan perbankan karena permodalan tidak kuat," kata Deputi Bidang Ekonomi dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir.

Iskandar mengatakan perbankan di Indonesia memang perlu lebih ekspansif menyalurkan kredit. Namun, rasio pencadangan, kecukupan permodalan dan kualitas aset tetap haus dipastikan memadai agar memiliki ketahanan jika sewaktu-waktu krisis keuangan melanda ekonomi dalam negeri. "Engle juga sebenarnya bilang bahwa bantalan modal tetap penting, karena risiko perbankan itu susah diprediksi," ujar dia.

Iskandar menuturkan Indonesia masih menjadi "emerging markets" atau negara dengan pasar ekonomi yang baru tumbuh. Kondisi itu berbeda dengan negara-negara maju lain. Oleh karena itu, meskipun kapasitas permodalan dinilai Engle sudah kuat, industri perbankan tidak bisa langsung serta merta perbankan ekspansi menyalurkan kredit. "Kita masih negara berkembang. Dana dana kita itu sangat terpengaruh aliran modal masuk. Saat ada aliran dana keluar, tekanan ke pasar finansial kita tinggi. Makanya, walau dampak sistemiknya rendah ke perbankan, kita susah memperkirakan kondisi perbankan ke depan," ujar dia.

BERITA TERKAIT

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy NERACA Jakarta - Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian bumi menjadi komitmen bersama untuk mencapai…

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy NERACA Jakarta - Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian bumi menjadi komitmen bersama untuk mencapai…

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…