Sektor Produksi - Pengembangan Pertanian Cabai Bisa Tekan Harga

NERACA

Jakarta – Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tengah mengembangkan pertanian cabai di sejumlah wilayah di Banjarnegara. "Kementan dan Pemkab Banjarnegara, bersama dengan para petani tengah mengembangkan dua jenis cabai, yakni cabai rawit dan cabai besar," kata Sekretaris Dinas Pertanian dan Perikanan Toto Setya Winarna di Banjarnegara, sebagaimana disalin dari Antara di Jakarta.

Dia menjelaskan, pengembangan cabai rawit tersebut berada di Kecamatan Wanayasa seluas 20 hektare, Karangkobar 15 hektare, Pejawaran 10 hektare, dan Kecamatan Pagentan 15 hektare. Sementara pengembangan cabai merah dilakukan di Kecamatan Bawang, Rakit, Susukan dan Purwanegara. "Sebagian sudah dipanen dan sebagian lagi menunggu waktu yang tepat untuk panen sesuai masa tanam," katanya.

Sebagian hasil panen, kata dia, dikirim ke Jakarta untuk membantu pemerintah dalam rangka operasi pasar, baik di pasar-pasar besar maupun pasar tradisional. Dalam rangka mendukung pelaksanaan pengembangan tanaman cabai ini, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Dinas Pertanian dan Peternakan melibatkan kelompok tani.

Dengan mengatur masa tanam, panen bisa diatur di antar wilayah. Dengan sistem penanaman seperti ini, kata diam kebutuhan cabai di Banjarnegara bisa terpenuhi sepanjang waktu. "Selain itu fluktuasi harga akibat kelangkaan cabai di pasar bisa ditekan," katanya.

Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, harga cabai merah di Pasar Banjarnegara Rp39 ribu/kg. Sementara itu, harga cabai merah keriting pada kisaran Rp42 ribu/kg sedangkan harga cabai merah keriting dikisaran harga Rp68 ribu/kg.

Sebelumnya, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta meyakini program gerakan tanam cabai serantak mampu menekan tingginya harga cabai rawit merah yang hingga saat ini masih mencapai di atas Rp100 ribu per kilogram.

"Setidaknya dengan menanam cabai secara mandiri potensi kelangkaan cabai terkurangi, dan harga tidak akan naik signifikan," kata Kepala Subbidang Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY Sumaryatin di Yogyakarta.

Berdasarkan pemantauan Disperindag DIY rata-rata harga cabai rawit merah per 16 Februari 2017 di Pasar Demangan, Pasar Bringharjo, dan Pasar Kranggan Yogyakarta mencapai Rp117.667 per kilogram (kg). Meski masih tinggi harga itu mengalami penurunan dibandingkan sepekan sebelumnya yang mencapai Rp122.000 per kg. Sedangkan harga jenis cabai lainnya, seperti cabai merah besar masih Rp33.333 per kg, cabai merah keriting Rp31.333 per kg, dan cabai rawit hijau Rp66.333 per kg.

Sumaryatin berharap program tanam cabai yang ditandai dengan penyerahan 25.000 bibit cabai oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) DIY kepada tim penggerak PKK DIY pada 30 Januari harus terus diikuti dengan gerakan tanam cabai masyarakat secara menyeluruh. "Kami berharap bisa terus memotivasi kalangan keluarga di DIY untuk terus menanam cabai di lingkungan rumah masing-masing secara mandiri," kata dia.

Meski tujuan utama mengurangi pengeluaran harian rumah tangga, khususnya terhadap kebutuhan cabai, namun gerakan itu ia yakini mampu mendorong stabilitas harga cabai di pasaran.

Ia berharap gerakan itu mampu terselenggara secara menyeluruh di tingkat perkotaan hingga pelosok perdesaan. Di perkotaan, masyarakat bisa menggunakan polybag atau kaleng, sedangkan di perdesaan penanaman cabai dianjurkan langsung di tanah pekarangan.

Sebelumnya juga, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengajak ibu rumah tangga untuk menggalakkan Gerakan Tanam Cabai sebanyak lima pohon di setiap rumah. "Gerakan menanam cabai ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami berbagai jenis sayur dan cabai. Hal ini penting dilakukan untuk menyikapi fluktuasi harga cabai yang terjadi setiap tahun," kata Amran di Kendari.

Amran Sulaiman berada di Kendari dalam rangka panen pedet sapi Bali di Kabupaten Konawe Selatan dan penanaman jagung di Kabupaten Konawe Utara.

Ia mengatakan mengatasi masalah fluktuasi harga cabai sebenarnya hanya butuh kemauan masyarakat atau warga karena cukup dengan media sederhana seperti polibek (kantung plastik), sudah bisa menghasilkan cabai.

"Kalau ibu-ibu bisa mengurangi ngegosip lima menit sehari kemudian digunakan menanam cabai lima pohon, maka tuntas persoalan cabai karena lima pohon itu bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga beberapa bulan," katanya. Menurut dia, keberhasilan Kementan meningkatkan produksi 13 komoditas pangan menjadi tenggelam hanya karena persoalan cabai.

BERITA TERKAIT

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

BERITA LAINNYA DI Industri

Kunci Cermat Bermedia Sosial - Pahami dan Tingkatkan Kompetensi Platform Digital

Kecermatan dalam bermedia sosial sangat ditentukan oleh pemahaman dan kompetensi pengguna terkait platform digital. Kompetensi tersebut meliputi pemahaman terhadap perangkat…

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…