Mungkinkah Nyamuk Dapat Memilih Mangsa

Neraca. Penyebaran DBD diawali dengan gigitan nyamuk pada seseorang yang sudah terinfeksi virus demam berdarah lalu menggigit orang sehat. Bersamaan dengan terhisapnya darah dari orang yang sehat, virus demam berdarah juga berpindah ke orang tersebut dan menyebabkan orang sehat tadi terinfeksi virus demam berdarah.

Sebuah penelitian ilmuwan asal Universitas California, Davis, bahkan berhasil menyibak misteri : mengapa nyamuk, mampu mengenali korbannya dengan memilih orang sehat sebagai sasaran gigitannya. Keberhasilan Davis terkuak setelah ia menemukan aroma khusus pada manusia atau  burung hingga menjadi perangsang kehadiran nyamuk.

Bau tersebut berasal dari senyawa kimia yang disebut nonanal. Bahan ini termasuk semiochemical kuat, yakni zat atau campuran bahan kimia yang dapat membawa pesan. Aroma khas nonanal dapat mengundang nyamuk kemudian menuntunnya menemukan sumber darah.

Menurut profesor ahli serangga Walter Leal, sungut beberapa jenis nyamuk aedes aegypti, termasuk jenis nyamuk culex quinquefasciatus dirancang sangat canggih untuk mengenali nonanal, meskipun dalam kadar sangat rendah sekalipun, maka ia akan mengenali bau tersebut melalui saraf penerima bau yang terletak pada sungutnya. Para peneliti menguji ratusan senyawa alami yang dipancarkan oleh manusia dan burung. Mereka mengumpulkan senyawa kimia beraroma dari 16 orang dewasa yang mewakili beragam ras dan kelompok etnis.

Kemudian mengukur kekhususan (spesifisitas) dan kepekaan (sensitivitas) saraf penerima bau ke senyawa yang telah dikumpulkan tersebut pada sungut nyamuk. Cara ini pernah dilakukan peneliti bernama Syed Zain yang juga penasaran dengan sungut nyamuk. Leal dan Syed berpendapat bahwa nonanal yang mereka temukan tersebut bekerja saling menguatkan dengan karbondioksida. Gas karbondioksida ini sudah lama dikenal sebagai zat penarik kedatangan (atraktan) nyamuk.

Dengan memberi umpan perangkap nyamuk berupa campuran nonanal dan karbondioksida, akhirnya nyamuk benar-benar datang bahkan mampu mengundang sekitar 2.000 nyamuk dalam satu malam saja. Nonanal yang dicampur karbondioksida dapat meningkatkan hasil tangkapan lebih dari 50 persen bila dibandingkan dengan perangkap berumpankan karbondioksida saja.

Dalam beberapa kasus, gejala penyakit DBD dan tifus kadang dapat mengecohkan hasil pemeriksaan medis. Untuk memastikannya, apakah Anda mengalami tifus atau DBD, maka akan dilakukan tes Widal. Yang diperiksa pada tes ini adalah apakah pada darah mengandung antibodi terhadap bakteri salmonella typhi. Jika hasil menunjukkan >1/160, berarti Anda menderita tifus. Pemeriksaan lain dapat dilakukan dengan memeriksa tinja penderita karena pada tinja penderita tifus mengandung bakteri salmonella typhi.

Penyakit tifus disebabkan oleh bakteri yang bernama salmonella typhi. Bakteri ini ada pada berkembang cepat pada tempat-tempat yang kotor. Penyebaran bakteri ini dibantu oleh serangga-serangga pembawa bakteri seperti lalat atau serangga lainnya. Bakteri ini bisa ada pada makanan atau minuman dan akan masuk ke tubuh orang yang mengkonsumsinya. Itulah penyebab seseorang bisa terkena tifus. Bakteri tifus menyerang usus sehingga menyebabkan luka pada usus. Selanjutnya akan menyerang hati, limpa dan kantung empedu.

Sedangkan DBD, disebabkan virus yang menyebabkan terjadinya pendarahan pada organ tubuh penderitanya. Bintik merah yang biasa muncul pada penderita menunjukkan adanya pendarahan dalam tubuhnya. Jika sudah parah, pendarahan dapat terjadi pada organ-organ penting yang dapat menyebabkan kematian.

Pada penderita demam berdarah, gejala-gejala yang biasa ditemui adalah: Panas tinggi, umumnya >38 derajat Celcius, badan pegal-pegal atau nyeri otot, sakit kepala, menggigil, buang-buang air atau muntah. Lalu muncul bintik-bintik merah. Gejala ini mungkin tidak muncul jika demam yang dialami baru sebentar. Cara melihat bintik merah ini dengan tes tourniquet yaitu dengan menjepit pembuluh darah mirip seperti saat Anda hendak memeriksa tekanan darah. Setelah tahap ini, biasanya bintik merah akan terlihat.

Sedangkan pada penderita tifus, gejalanya adalah demam yang dialami tidak terlalu tinggi dan suhu akan terus meningkat bertahap sampai > 38 derajat Celcius, khususnya pada malam hari, suhu akan meningkat dan akan turun pada pagi hari. Inilah yang membedakan demam tifus dengan demam pada demam berdarah.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…