NERACA
Jakarta – Pangkas beban utang yang dinilai menghambat bisnis, menjadi alasan bagi PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) untuk melakukan penggabungan saham (reverse stock) dengan rasio 10:1. Alhasil, rencana inipun telah disetujui oleh pemegang saham UNSP pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB).”Kami bersyukur pemegang saham menyetujui perseroan melakukan reverse stock yang dibutuhkan untuk keberhasilan restrukturasi utang dan perbaikan fundamental yang diharapkan dapat meningkatkan lagi nilai perseroan dan pemegang saham," kata Direktur & Investor Relations UNSP, Andi W. Setianto di Jakarta, Senin (20/2).
Menurutnya, dengan penggabungan saham ini, diharapkan dapat memperbaiki likuiditas perdagangan saham UNSP. Seiring membaiknya harga saham UNSP, nantinya bisa digunakan sebagai dasar jika ingin mengurangi utang dengan opsi konversi ke saham.”Kami memang ada opsi untuk melakukan konversi saham guna mengurangi utang perusahaan. Sudah bicara juga dengan kreditur kami. Tapi nanti sajalah, karena fokus kami mensukseskan reverse stock dulu," ucapnya.
Saat ini, total utang perseroan mencapai triliunan rupiah. Hal itu membuat UNSP harus menanggung beban keuangan yaitu biaya bunga yang mencapai Rp 600-700 miliar bunga per tahun. Maka guna mengurangi beban keuangan, diantaranya biaya bunga tersebut, aksi korporasi reverse stock menjadi pilihan yang diharapkan bisa mengurangi biaya bunga mencapai 50% dari saat ini.
Sebagai informasi tambahan saja, bahwa UNSP akan melakukan reverse stock dengan rasio 10:1. Artinya, setiap 10 saham nominal Rp 100 akan menjadi 1 saham nominal Rp 1.000. Aksi korporasi ini dilakukan sejalan dengan rencana restrukturisasi utang UNSP. Saat ini, total utang jangka panjang UNSP mencapai Rp 9,15 triliun. Yang terbesar adalah utang dari Credit Suisse mencapai Rp 5,4 triliun.
Dalam perjalanannya, rencana UNSP untuk revers stock sendiri sempat tertunda lantaran dalam RUPSLB tidak memenuhi kuarum. Hingga untuk ketiga kalinya RUPSLB bisa digelar. Bagi perseroan, reverse stock merupakan aksi korporasi strategis yang menentukan kelanjutan negosiasi restrukturisasi utang dengan para kreditur. Hingga penghujung September 2016, total liabilitas UNSP mencapai Rp13,08 triliun.
Sejak Agustus 2013, harga saham UNSP terkapar pada level Rp50 per saham. Harga tersebut tertahan batas harga minimum yang diterapkan otoritas bursa efek.”Kreditur tidak setuju kalau kami jual aset kebun, apalagi sekarang ada moratorium lahan. Tapi mereka tidak mau debt to equity conversion kalau saham UNSP masih di level Rp50, bahkan di pasar negosiasi harganya Rp20 per saham,"kata Direktur Bakrie Sumatera Plantations, B. Chandrasekaran.
Setelah menggelar reverse stock, UNSP akan melanjutkan negosiasi restrukturisasi utang dengan opsi konversi utang menjadi saham. Debt to equity swap dijadwalkan terselenggara pada kuartal I/2017. "Target restrukturisasi, bunga utang berkurang separuhnya atau sekitar Rp350 miliar. Kami yakin beban bunga berkurang, struktur keuangan lebih baik, sehingga harga saham kami akan naik,"ungkapnya. (bani)
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…
NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…
NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…