Dipicu Minimnya Pemahaman - Penetrasi IPO di Yogyakarta Masih Rendah

NERACA

Yogyakarta - Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan perusahaan-perusahaan di daerah hingga saat ini belum ada yang berani melakukan penawaran umum perdana saham atau "go public".”Sebenarnya saya lihat perusahaan-perusahaan di DIY ini memiliki potensi yang besar untuk melantai di bursa saham, terutama jika dilihat dari net tangible asset-nya atau nilai aktiva berwujud bersih," kata Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) DIY, Irfan Noor Riza di Yogyakarta, kemarin.

Irfan menduga belum adanya satupun perusahaan lokal di DIY baik swasta maupun yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk melantai di bursa saham karena pemahaman atas manfaat melaksanakan penawaran umum saham (initial public offering/IPO) masih rendah. Di sisi lain, menurut Irfan, rendahnya minta "go public" juga kemungkinan disebabkan belum adanya kerelaan sebagian pemilik perusahaan untuk berbagi kepemilikan saham dengan publik. Hal itu disebabkan sebagian sebar perusahaan lokal di DIY adalah perusahaan keluarga.

Oleh sebab itu, menurut Irfan, BEI DIY akan menggencarkan sosialisasi dan edukasi ke seluruh kantong-kantong industri yang ada di DIY mulai awal tahun ini.”Kami akan gencarkan sosialisasi untuk meminimalisasi salah persepsi tersebut, di mana pemilik enggan 'go public' karena tidak mau berbagi dengan investor publik," kata dia.

Menurut dia, dengan "go public" para pengelola perusahaan lokal justru dapat menikmati penambahan modal operasional usahanya seluas-luasnya, di samping ikut menggairahkan pertumbuhan investor lokal. Pengelolaan modal perusahaan, menurut dia, juga akan menjadi lebih transparan karena setiap perusahaan yang melantai di bursa saham harus mengadopsi "good corporate governance".”Go public' sebenarnya bukan sekadar sharing. Untuk perusahaan keluarga. Go public' bisa menjadi sarana pembagian kekayaan oleh pendiri perusahaan yang meninggal dunia supaya tidak terjadi sengketa antara para pewarisnya,"ujarnya.

Dia menyebutkan, berdasarkan data BEI DIY jumlah investor pasar modal di DIY hingga Desember 2016 mencapai 22.291 orang, atau meningkat signifikan dibanding 2015 sebanyak 14.952 investor. Dengan jumlah investor yang terus meningkat, menurut dia, dari sisi transaksi juga menunjukkan angka yang menggembirakan yakni rata-rata Rp269 miliar per bulan. Tren itu meningkat dibandingkan 2015 yang rata-rata mencapai Rp245 miliar. (ant/bani)

BERITA TERKAIT

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

Hasil Keputusan MK Hambat Penguatan IHSG

NERACA Jakarta -Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa yang dilayangkan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres No.1 dan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

Hasil Keputusan MK Hambat Penguatan IHSG

NERACA Jakarta -Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa yang dilayangkan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres No.1 dan…