Industri Petrokimia Korsel Investasikan US$ 4 M

NERACA

Jakarta – Industri petrokimia di Indonesia akan semakin produktif dengan bertambahnya investasi baru di sektor tersebut. Seperti disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical akan segera merealisasikan investasinya sebesar USD 3-4 miliar untuk memproduksi naphtha cracker dengan total kapasitas sebanyak 2 juta ton per tahun. Bahan baku kimia tersebut diperlukan untuk menghasilkan ethylene, propylene dan produk turunan lainnya.

“Mereka bakal investasi di Cilegon, Banten. Kami minta agar cepat terealisasi karena untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kimia di dalam negeri sehingga kita tidak perlu lagi impor,” kata Menperin seusai bertemu dengan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong serta President & CEO Lotte Chemical Titan Holding Sdn. Bhd. Kim Gyo Hyun di Jakarta, sebagaimana disalin dari siaran pers, pekan lalu.

Airlangga mengatakan, proyek ini akan memakan waktu hingga 4-5 tahun dengan membuka lapangan pekerjaan sebanyak 9.000 orang. “Untuk tahap kontruksi, mereka akan menyerap tenaga kerja sekitar 6.000 orang dan ketika beroperasi butuh 3.000 orang,” terangnya.

Dengan kapasitas Lotte Chemical tersebut dan ditambah dengan ekspansi dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk., Indonesia mampu menghasilkan bahan baku kimia berbasis naphtha cracker sebanyak 3 juta ton per tahun sekaligus memposisikan sebagai produsen terbesar ke-4 di ASEAN setelah Thailand, Singapura dan Malaysia.

“Lotte Chemical akan memproduksi ethylene 1 juta ton per tahun, propylene 600 juta ton, serta produk turunan lainnya seperti olefin dan aromatik,” jelas Direktur Industri Kimia Hulu, Muhammad Khayam. Bahan baku kimia tersebut dapat dimanfaatkan untuk sektor hilir seperti industri plastik, tekstil, cat, dan farmasi.

“Belakangan ini, impor bahan kimia secara keseluruhan mencapai USD 5 miliar per tahun, tetapi dengan adanya produksi ini akan mengurangi impor senilai USD 1,5 miliar per tahun,” ujarnya. Khayam menambahkan, Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi pemberian insentif non-fiskal seperti tax allowance dan tax holiday bagi Lotte Chemical. “Untuk lahan, mereka sudah selesaikan. Jadi, diharapkan tahun ini realisasi investasinya bisa dimulai,” imbuhnya.

Kemenperin tengah memprioritaskan akselerasi pertumbuhan industri petrokimia di dalam negeri yang merupakan sektor strategis pendukung banyak sektor hilir. Apalagi, selama 15 tahun ini investasi di sektor hulu petrokimia hampir tidak ada.

Untuk itu, Kemenperin mengusulkan agar industri petrokimia termasuk sektor yang perlu mendapatkan penurunan harga gas karena sebagai sektor pengguna gas terbesar dalam proses produksinya. Dengan harga gas yang kompetitif, daya saing industri petrokimia nasional makin meningkat.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. agar segera merealisasikan investasinya guna memenuhi kebutuhan bahan baku di dalam negeri sehingga dapat mengurangi impor. Rencananya, industri petrokimia terbesar dan terintegrasi di Indonesia tersebut akan menggelontorkan dana sebesar USD6 miliar atau Rp80 triliun untuk peningkatan kapasitas produksi.

“Saat ini, kapasitas kita untuk menghasilkan cracker hanya 900 ribu ton per tahun, sedangkan Singapura 3,8 juta ton dan Thailand 5 juta ton. Jadi, awalnya Chandra Asri mau selesai bangun pabriknya itu tahun 2026, tetapi kami minta tahun 2021 sudah bisa beroperasi.,” kata Menperin di Jakarta, sebelumnya.

Menurut Airlangga, salah satu langkah yang juga mampu mendorong percepatan pada pertumbuhan industri nasional, yakni upaya perluasan usaha dari sektor yang telah ada di Indonesia. “Karena mereka yang existing sudah punya kapasitas, sumber daya dan mengetahui pasar,” imbuhnya.

Dalam mendukung terlaksananya ekspansi itu, Airlangga menyatakan, Kementerian Perindustrian akan memfasilitasi perusahaan dengan kode saham TPIA tersebut untuk memperoleh insentif fiskal seperti tax allowance atau tax holiday. “Berarti investasinya perlu dimulai tahun ini,” ujarnya.

Di samping itu, Airlangga menyampaikan, pemerintah bakal memberlakukan bea masuk safeguard apabila terjadi banjir impor produk sejenis akibat dumping dari negara asalnya. Tindakan ini menjadi salah satu bentuk perlindungan bagi industri dalam negeri. “Kita harus bisa lebih berani, biar fair trade,” tegasnya.

Vice President Corporate Relations PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Suhat Miyarso menjelaskan, sebagai tahap pertama di tahun 2017, perseroan akan menanamkan investasi sebesar USD150 juta. “Kami akan menambah kapasitas butadiene sebanyak 50 ribu ton per tahun dan polietilene 400 ribu ton per tahun,” sebutnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…