Asuransi Jiwa Bumiputera Tunggu Suntikan Modal

 

 

NERACA

 

Jakarta - PT. Asuransi Jiwa Bumiputera yang merupakan cucu usaha dari Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera resmi diluncurkan Minggu, namun baru bermodal sekitar Rp100 miliar dan masih menanti suntikkan Rp2 triliun dari konsorsium yang melibatkan pengusaha Erick Thohir. "Modal awal kita sesuai ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan yang minimal Rp100 miliar, nanti pada Maret 2017 bertambah Rp2 triliun dari konsorsium," kata Koordinator Pengelola Statuter Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera (AJBB) Didi Achdijat usai peluncuran PT. Asuransi Jiwa Bumiputera (AJB), seperti dikutip Antara, kemarin.

Didi optimistis modal Rp2 triliun dari konsorsium swasta tersebut, akan masuk pada Maret 2017. "Sementara, sejak sekarang hingga Maret 2017 nanti, modal Rp100 miliar saya yakin cukup untuk keberlangsungan usaha AJB," ujar Didi. Modal Rp100 miliar tersebut bersumber dari Bumiputera Investama Indonesia (BII) yang merupakan anak usaha dari Bumiputera 1912.

Adapun Bumiputera 1912 merupakan perusahaan yang dibentuk oleh pengelola statuter dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan restrukturisasi kepada AJBB yang tidak memiliki kemampuan finansial untuk membayar klaim kepada 6,5 juta pemegang polis. Didi menuturkan, meskipun AJB baru lahir, namun sudah memiliki jaringan bisnis dan pemasaran yang menggurita. Pasalnya, jaringan dan tenaga pemasar (agen) dari AJBB yang sudah dialihkan ke Bumiputera 1912 akan menjadi milik AJB.

Jaringan dan jumlah tenaga pemasar yang menjadi milik AJB itu adalah 25 kantor wilayah, 365 kantor cabang, 1000 karyawan dan 25 ribu agen. Dengan berdirinya AJB ini, maka AJBB tidak akan menerbitkan premi asuransi jiwa baru, karena bisnis asuransi jiwa akan dialihkan ke AJB. AJBB hanya akan membayar kewajiban klaim terhadap 6,5 juta pemegang polis dan premi lanjutan. "Per 31 Desember 2016, AJBB hanya akan menerima premi lanjutan dan menanggung kewajiban klaim," ujar Didi.

Didi mengatakan sebagai unit usaha baru yang masih memiliki tanggung jawab terhadap AJBB, AJB setidaknya harus dapat meraup pendapatan premi baru Rp2-3 triliun per tahun. Tanggung jawab terhadap AJBB adalah karena terdapat skema pembagian keuntungan sebesar 40 persen untuk AJBB dari total yang diperoleh AJB. Porsi laba untuk AJBB itu akan digunakan untuk membantu kewajiban klaim AJBB terhadap 6,5 juta nasabah.

Direktur Utama AJB Wiroyo Karsono mengatakan setelah modal tambahan Rp2 triliun dari konsorsium masuk, maka kepemilikan saham di AJB akan dimiliki sepenuhnya oleh konsorsium tersebut. Wiroyo meyakini AJB, dengan jaringan bisnisnya, akan mampu memulihkan kredibilitas dari Bumiputera, sebagai perusahaan asuransi jiwa tertua di Indonesia yang telah berdiri sejak 1912. Bahkan, dalam beberapa tahun ke depan, Wiroyo meyakini AJB akan menjadi 10 perusahaan asuransi terbesar di Indonesia.

Kewajiban AJBB Dengan dibentuknya AJB ini, maka AJBB akan mendapat sumber pendanaan tambahan untuk memenuhi kewajibannya untuk membayar klaim kepada pemegang polis. Saat ini, sumber pendanaan AJBB adalah pertama premi lanjutan dari pemegang polis. Kedua, premi angsuran properti, kemudian ketiga dari 40 persen laba bersih AJB, dan keempat dan total aset tersisa AJBB sebesar Rp10 triliun terdiri dari aset finansial, aktiva, dan aset properti.

Sebelumnya, sejak akhir Oktober 2016, OJK mengambil alih manajemen AJBB. Direksi dan komisaris AJBB dinonaktifkan. OJK menugasi Pengelola Statuter mengambil alih semua wewenang dan fungsi direksi serta dewan komisaris untuk melanjutkan rencana restrukturisasi AJBB Pengambilalihan tersebut buntut dari memburuknya keuangan AJBB sejak 2011. Penyebabnya, pendapatan premi AJBB tidak cukup untuk menutupi kewajiban klaim kepada pemegang polis dan biaya. Alhasil aset AJBB terus tergerus dan defisit terus melebar setiap tahunnya.

Menurut data statuter per November 2016, modal dasar AJBB sekitar Rp11,6 triliun, terdiri dari aset finansial Rp5,1 triliun, uang tunai Rp1 triliun dan aset tetap Rp5,5 triliun. Pengelola statuter enggan mengkonfirmasi berapa kewajiban Bumiputera kepada pemegang polis. Namun, defisit AJBB setelah dibandingkan modal tersebut, nyaris mencapai Rp10 triliun hingga 10 tahun ke depan.

BERITA TERKAIT

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Survei BI : Kegiatan Dunia Usaha Meningkat di Triwulan I/2024

    NERACA Jakarta – Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI) mengindikasikan bahwa kinerja kegiatan dunia usaha…

BRI Catat Setoran Tunai Lewat ATM Meningkat 24,5%

  NERACA Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI) mencatat setoran tunai melalui ATM bank tersebut meningkat sebesar 24,5 persen…

Bank DKI Jadi Penyumbang Deviden Terbesar ke Pemprov

    NERACA Jakarta – Bank DKI menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) penyumbang dividen terbesar bagi Provinsi DKI Jakarta sepanjang…