Rhenald Kasali: Gunakan Big Data MPD, BPS Makin Akurat

 

NERACA

 

Jakarta - Metode sensus dengan Big Data Mobile Positioning Data (MPD) yang sudah diterapkan Badan Statistik Pariwisata (BPS) untuk menghitung jumlah wisatawan mancanegara di border area itu ide cerdas. Sehingga 19 kabupaten 46 kecamatan yang tidak ter-cover oleh TPI –Tepat Pemeriksaan Imigrasi- di wilayah terdepan RI itu bisa terrecord nyaris sempurna. Statemen itu disampaikan Pakar Ekonomi Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, Minggu, 12 Februari 2016.

Guru Besar penggagas “Rumah Perubahan” itu menilai, apa yang dilakukan BPS di bulan Oktober November Desember 2016 itu adalah langkah pintar. BPS semakin modern, semakin familiar dengan teknologi informasi, yang sudah semakin kuat mempengaruhi dunia. “Ini sudah menjadi keharusan. Mengubah dari cara konvensional dengan menggunakan digital dan teknologi. Mengganti kertas dengan dunia digital. Kertas itu bisa salah mencatat, bisa salah lihat, tidak real time, sangat terbatas jangkauan indra manusia. Juga bisa mahal, karena wilayan Indonesia yang terbentang luas. Sementara dengan Big Data, sudah terbantu oleh mesin, jaug lebih akurat, real time up date, serta efektif efisien,” ujar Rhenald.

Karena itu, dia mengapresiasi BPS, yang memilih cara cerdas untuk memberi potret angka yang sesungguhnya. Data resmi BPS itu bukan hanya bermanfaat besar untuk internal Kemenpar, yang harus cepat memperoleh informasi angka-angka untuk pengambilan keputusan, evaluasi kegiatan, dan mambuat analisa pasar. Tetapi juga sangat penting bagi industry yang bergerak di sektor pariwisata, yang membutuhkan data dan fatka yang akurat dan real time. Jadi bukan hanya fungsi internal, ke dalam saja. Tapi juga eksternal, keluar yang memiliki rantai ekonomi yang panjang. “Jadi, sudah tepat, apa yang dilakukan BPS itu,” ungkap Rhenal Kasali, meyakinkan.

Rhenal juga menambahkan menghitung Wisman dengan teknologi seluler sejak Oktober, November, Desember 2016 itu patut diapresiasi. Apalagi wisman itu sudah digital lifestyle, ke mana saja tidak akan lepas dari handphone-nya. Sampai ada kelakar, kebutuhan pokok manusia sekarang berbeda dengan era terdahulu. Sandang, Papan, Perumahan, plus wifi dan powerbank atau colokan listrik untuk charging HP. “Objeknya sudah jelas, HP minded. Sudah tidak masuk akal ada orang hidup tanpa HP,” katanya.

Wisman itu saat ini mood-nya adalah digital. Alamnya adalah dunia modern, dia semua terdeteksi melalui digital dengan sangat spesifik, bukan hanya kehadirannya saja ke Indonesia, namun kunjungannya ke mana, berapa lama di Indonesia, berapa jauh dia berkunjung, jadi sudah sangat benar sekali apa yang dilakukan BPS apalagi kaitannya dengan penghitungan. “Sangat tepat dan briliant,” katanya.

Rhenald juga menyinggung sepak terjang Angkasa Pura II yang saat ini sudah menggunakan digital sebagai marwah perusahaan. Selain itu, dia juga menyebut nama Pariwisata sekarang juga sangat digital, customersnya melek digital, industrinya didorong go digital, semua komponen stakeholder itu menciptakan sesuatu yang sangat positif bagi perkembangan dunia bisnis dan pariwistaa di Indonesia.

”Jadi lahirlah smart airport, lahirlah smart data tourism, muncullah smart data di seluruh lini, jadi BPS juga melahirkan smart data dalam melaksanakan sensus,” kata pria yang juga Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.

Big Data MPD juga membuat dunia pariwisata serba pasti, semua pelaku pariwisata bisa tahu berapa sih yang datang dan pergi, menambah keyakinan para industri yang mampu menciptakan strateg-strategi jitu dalam mendatangkan dan melayani wisatawan agar nyaman datang ke tanah air. ”Ini adalah sebuah market yang konkret, tidak akan salah tafsir dan salah baca. Contohnya seperti ini, sebuah Hotel bingung kenapa hotelnya sepi padahal wisatawan yang datang ke daerahnya sangat banyak. Itu karena traveller atau Wisman datang melalui digital, saat ini yang datang ke negara kita adalah generasi milineal, dia cari low cost, dia cari homestay dengan low cost, dia cari cara dengan low cost, dia datang dengan cara smart, cara digital, ya berarti kita harus kawal mereka dengan cara digital juga, kita tidak perlu khawatir dan berkecil hati, karena pemerintahan sekarang sudah juga mengantisipasi segala hal smart ini. Termasuk BPS yang menggunakan Big Data MPD untuk cara sensus yang smart,” tandasnya.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…