Menggugah Kesadaran Berasuransi - Geliat FWD Life Pasarkan Asuransi Jiwa Syariah

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih, pengalaman pahit inilah yang dialami Atikah (28) warga Kebayoran Baru yang sepekan ditinggal sang suaminya seorang pekerja pabrik di Cengkareng karena kecelakaan lalu lintas. Padahal disaat yang bersamaan, wanita asli Betawi ini baru saja melahirkan anak ketiganya. Alhasil, kini perjuangannya sebagai ibu rumah tangga menjadi semakin berat karena harus menghidupkan ketiga anaknya yang masih sekolah. “Selepas suami meninggal, mata pencarian keluarga, saya yang harus menanggung, mulai dari biaya anak sekolah, bayar listrik dan uang kontrakan,”keluhnya.

Sementara uang tunjangan dari perusahaan tempat suaminya bekerja tidak besar, sehingga tidak dapat menyambung hidup dirinya dan keluarganya kedepan. Untung saja, semasa hidupnya almarhum sang suami masih sempat menyisihkan dari sebagian penghasilannya untuk ikut asuransi. Alhasil, selama di rumah sakit seluruh biaya pengobatan di tanggung pihak asuransi hingga meninggal. Selain itu, hasil investasi dari asuransi suaminya bisa dinikmati keluarga untuk meringgankan beban. Kini uang hasil keuntungan investasi, tempat suaminya ikut asuransi dijadikan modal usaha untuk membiayai hidup ketiga anaknya. “Karena kehidupan terus berjalan, saat ini roda ekonomi keluarga saya kendalikan. Syukur saja, uang hasil investasi asuransi suami bisa buat buka usaha kelontongan,”kata Atikah.

Lain lagi ceritanya dengan keluarga pak Agus, kontraktor tambang batu bara ini sangat berkecukupan dalam finansial. Bahkan pria asal Ciputat (45) ini baru saja membeli rumah keduanya di Bambu Apus Jakarta Timur untuk menikmati masa pensiunnya nanti. Namun sayangnya, dibalik penghasilan yang berlimpah, bapak dua anak ini tidak memiliki perencanaan keuangan yang matang dan termasuk tidak memiliki asuransi jiwa. Hingga suatu saat musibah kanker leher menimpanya, drastis seluruh kehidupan pak Agus berubah drastis. Pasalnya, seluruh aset kekayaannya terkuras habis untuk biaya pengobatannya di rumah sakit.

Hingga ajal menjemputnya, istri dan kedua anaknya harus menanggung beban utang selama biaya pengobatan sang suami. Kini untuk melanjutkan biaya hidup dan termasuk membayar cicilan rumah keduanya, semua harus menjual aset yang ada. “Saya tidak mau menanggung beban sendiri semua kebutuhan anak-anak, makanya rumah saya jual. Apalagi, cicilan rumah masih terus berjalan karena di bank atas nama saya bukan bapak,”kata sang istri ceritanya.

Bila seandainya, si bapak dari awal ikut asuransi jiwa mungkin lain ceritanya. Ya, setidaknya seluruh biaya pengobatan di rumah sakit hingga pertanggungan sampai meninggal sudah di cover perusahaan asuransi. Bagaimanapun juga asuransi kesehatan dan jiwa sangat penting dimiliki oleh mereka yang mempertimbangkan kebahagiaan keluarga. Karena asuransi jiwa, khususnya tidak hanya melindungi si pemegang polis, melainkan juga melindungi anggota keluarga. Perlindungan kesehatan yang ditawarkan oleh asuransi jiwa misalnya tentu akan sangat berguna untuk menghindarkan diri dari penggunaan uang tabungan untuk biaya pengobatan yang ke depannya akan semakin mahal. Perlindungan kecelakaan akan memberi pemegang polis biaya pertanggungan jika terjadi kecelakaan yang mungkin terjadi di berbagai tempat dan waktu.

Bahkan mereka yang telah terlindungi asuransi pun ternyata juga belum lepas dari potensi masalah karena terdapat protection gap atau kesenjangan proteksi yang signifikan. Hal ini disebabkan tiap tahunnya, biaya pengobatan di dalam negeri terus mengalami kenaikan. Sudah menjadi rahasia umum, rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia karena penduduk Indonesia belum sadar risiko. Hasil riset Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan tingkat utilitas asuransi di Indonesia baru mencapai 11,81%. Artinya, dari 100 penduduk Indonesia, baru 11 orang yang mempunyai polis asuransi. Maka dengan jumlah pemegang asuransi yang masih kurang, potensi pasar asuransi di Indonesia masih sangat prospektif dengan prosentase mencapai 88,19% dari jumlah penduduk. Artinya, dari 100 penduduk sekitar 88 orang belum mempunyai polis asuransi.

 

Belum Jadi Kebutuhan

 

Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Hendrisman Rahim membenarkan, rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia karena faktor minimnya literasi asuransi atau belum sadarnya masyarakat akan pentingnya memiliki asuransi.”Di mana sebagian masyarakat beranggapan masih banyak kebutuhan lain yang lebih mendesak ketimbang menyisihkan sebagian penghasilan untuk keperluan proteksi diri dan harta bendanya," tuturnya.

Selain itu, banyak faktor lain masyarakat belum sadar pentingnya berasuransi, seperti masih muda dan belum punya anak, sudah ditanggung asuransi perusahaan hingga persoalan repot dalam pelayanan mulai dari beli polis hingga urusan klaim. Menyadari pelayanan asuransi menjadi kunci penting dalam penetrasi pasar asuransi di dalam negeri, PT FWD Life Indonesia (FWD Life) mengenalkan produk layanan asuransi berbasis digital. Pasalnya, sejak awal berdiri, FWD Life  telah menggunakan platform penjualan asuransi tanpa kertas dimana hal ini sejalan dengan visi perusahaan untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap asuransi.

Bahkan untuk meraup ceruk pasar asuransi syariah yang dinilai cukup besar, perseroan belum lama ini meluncurkan produk unitlink syariah komprehensif yang pertama bernama BEBAS IKHTIAR. Produk ini ditujukan untuk semua orang dengan berbagai latar belakang agama, agar dapat mempersiapkan asuransi dan investasi jangka panjang. “Sekaligus membantu sesama dengan fitur donasi secara sistematis yang memudahkan nasabah untuk beramal. Didukung inovasi teknologi digital milik FWD Life, nasabah dapat merasakan cara berasuransi yang mudah, nyaman, dan transparan sesuai prinsip syariah,” kata Presiden Direktur FWD Life, Rudi Kamdani.

Menurutnya, inovasi produk asuransi syariah melalui teknologi digital juga dimaksudkan untuk meningkatkan penetrasi pasar asuransi syariah yang dinilai belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai pionir asuransi digital, lanjut Rudi, FWD Life siap mendukung pemerintah untuk meningkatkan penetrasi asuransi dan bersama-sama mengedukasi masyarakat khususnya di industri asuransi jiwa syariah. Apalagi, kata Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (ASSI), Taufik Marjunihadi, pemahaman masyarakat soal asuransi syariah masih rendah, disamping minimnya inovasi produk dan layanan.

Oleh karena itu, Taufik menegaskan, para pelaku industri dituntut untuk meningkatkan inovasi, khususnya produk asuransi jiwa syariah guna menjawab tantangan dan peluang industri ke depan. Sementara Anggota Dewan Pengawas Syariah FWD Life, Agus Siswanto menilai, perkembangan teknologi digital saat ini dinilai turut membuka peluang baru untuk mempercepat proses sosialisasi, edukasi, dan akses terhadap produk asuransi jiwa syariah. “Walaupun masih banyak pandangan minor terhadap konsep asuransi, namun saya yakin pemanfaatan teknologi dalam proses edukasi mengenai konsep saling melindungi dan tolong menolong di antara para peserta yang dimiliki oleh asuransi jiwa syariah dapat menjadi salah satu hal penting,"ungkapnya.

Terlebih lagi menurutnya, teknologi informasi menjadi sangat besar peranannya dalam membangun kepercayaan dari para peserta asuransi syariah. Pasalnya, teknologi mampu menyelesaikan persoalan akses terhadap suatu produk akibat keterbatasan dan ketimpangan jalur distribusi. Chief of Product Proposition & Sharia FWD Life, Ade Bungsu mengungkapkan, produk unitlink syariah BEBAS IKHTIAR memiliki tiga kelebihan utama, yakni memberikan manfaat asuransi, memaksimalkan dana investasi dengan bonus loyalitas, dan pembagian surplus underwriting.

Menurut Ade, ada beberapa keunggulan dari produk asuransi jiwa unitlink syariah FWD Life. Dari sisi investasi, dengan produk ini nasabah berkesempatan mengembangkan hasil investasi secara optimal dimana 100% kontribusi akan ditempatkan pada pilihan investasi sejak tahun kedua. Nasabah juga dapat mendapat perlindungan maksimal sampai dengan usia 100 tahun. Sebagai informasi, FWD Life telah menginvestasikan dana sebsar Rp 150 miliar untuk pengembangan layanan dan sistem berbasis dunia digital.

Pengembangan itu meliputi pengembangan aplikasi, pembuatan server, peralatan, dan lain sebagainya. Hendra Thanwijaya, Director and Chief Agency Officer FWD pernah bilang  bilang, keseriusan perseroan mengembangkan pemanfaatan layanan asuransi berbasis digital karena potensinya yang sangat besar.”Teknologi digital cukup efektif dalam menarik agen maupun nasabah yang ingin bergabung dengan kami. Karena itulah kami berusaha mengoptimalkan pelayanan berbasis digital,” ujar Hendra.

Untuk nasabah, FWD menargetkan sampai akhir tahun 2017 nanti bisa tercapai 1 juta nasabah diseluruh Indonesia. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…