Klaster Pertanian untuk Mewujudkan Swasembada Pangan

Oleh: Ahmad Wijaya

Bukan hanya Kementerian Pertanian saja yang berupaya untuk mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan, tapi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tak mau kalah dalam mencapai cita-cita tersebut.

Saat ini Menteri Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga sedang menyiapkan program klaster pertanian untuk mendukung swasembada pangan sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap beras impor.

Untuk tahap awal, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah sudah disiapkan lima klaster pertanian pada lima daerah dengan masing-masing luas lahan 1.000 hektar.

Nantinya akan ada 65 klaster pertanian yang diperkirakan mampu mengurangi bahkan menghentikan ketergantungan terhadap beras impor.

Kelima daerah yang disiapkan itu adalah Sukabumi, Lampung, Banyumas, Demak, dan Bojonegoro. Dari kelimanya, klaster Sukabumi sudah berjalan, selebihnya masih dalam proses.

Klaster pertanian di Sukabumi menggandeng PT Pertamina yang menyalurkan dana program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).

Dalam hal ini sebanyak 2.400 petani yang tergabung dalam klaster cukup berperan untuk memproduksi, sedangkan saprodi (sarana produksi padi) disiapkan oleh koperasi.

Puspayoga menilai beberapa daerah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadi bagian dari klaster pertanian yang melibatkan koperasi.

Ia mencontohkan di Bojonegoro, Jawa Timur, merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai klaster pertanian.

Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, mendorong sistem klaster pertanian guna mendorong percepatan swasembada pangan dan peningkatan pendapatan ekonomi masyarakatnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dede Supriatna di Lebak, mengatakan pemerintah daerah berkomitmen mengembangkan beberapa klaster pertanian di daerah ini sebagai kawasan agripolitan diyakini mampu menjadi andalan dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakatnya.

Tak kalah pentingnya mampu mendukung percepatan swasembada pangan dan diyakini ikut berkontribusi untuk mengendalikan produk impor.

Pengembangan klaster pertanian terkait bagian dari merealisasikan program "Lebak Sejahtera" digulirkan Bupati Iti Octavia tahun 2014.

Saat ini klaster pertanian pangan sudah menjadi andalan bagi pendapaan ekonomi petani meliputi 28 kecamatan di daerah itu.

"Beras dari panen raya di sini, pemasarannya sudah meluas hingga ke Lampung, katanya. Selain itu, potensi klaster pertanian buah-buahan dikembangkan petani Lebak, di antaranya buah durian di Kecamatan Leuwidamar, Muncang, Sobang, Bojongmanik, Gunungkencana dan Cirinten.

Pepaya california berkembang di Kecamatan Warunggunung, Rangkasbitung, Maja dan Curugbitung. Begitu juga duku dan rambutan di Kecamatan Cibadak, Cikulur, Maja, Curugbitung, Sajira dan Rangkasbitung.

Selain itu, manggis tumbuh dan berkembang di Kecamatan Cipanas, Lebak Gedong dan Bayah. Sementara klaster pertanian pisang hampir merata meliputi 28 kecamatan yang produksinya rata-rata tiap hari dipasok ke Jakarta.

"Kami mengembangkan klaster pertanian itu guna mendongkrak pendapatan petani juga dapat mengendalikan ketergantungan impor," ujarnya.

Pemerintah daerah sangat komitmen untuk membantu kelompok-kelompok tani agar dapat meningkatkan kualitas komoditas pertanian sehingga bisa bersaing dengan produk luar negeri.

Bantuan itu antara lain penyaluran benih berkualitas yang memiliki sertifikasi juga sarana dan prasarana produksi.

Disamping itu, juga bantuan alat-alat pertanian serta peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan dan sekolah lapangan.

Pemda terus mempercepat klaster pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat juga mendukung swasembada pangan.

Pemda juga memberikan apresiasi kepada petani rambutan dan manggis yang dikembangkan di Kecamatan Cipanas, Maja, Curugbitung dan Lebak Gedong menembus pasar mancanegara.

Produk komoditas buah manggis kebanyakan dipasok ke negara Eropa, seperti Belanda, Jerman, Italia, Inggris dan Spanyol.

Buah manggis, satu bahan baku produk pengobatan dan perawatan kecantikan.

Sedangkan, rambutan tangkue diekspor ke sejumlah negara Timur Tengah, seperti Bahrain, Oman, Abu Dhabi dan Arab Saudi.

Kelebihan rambutan tangkue asal Lebak, selain rasa yang manis, organik, ukuran buahnya lebih besar, dan tidak banyak mengeluarkan air.

Memiliki Keunikan

Guru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus mengatakan menjaga harga pangan nasional tetap stabil sangat penting mengingat uniknya persoalan pangan di dalam negeri.

Harga pangan tidak hanya perlu stabil tetapi juga terjangkau karena masih tingginya jumlah orang miskin atau mendekati miskin di Indonesia.

Petani sebagai produsen pangan juga banyak yang bersifat "net consumer" artinya, pangan dihasilkan kurang dari yang dikonsumsi, katanya.

Kondisi petani Indonesia masuk kelompok rawan terhadap inflasi. Dan harga pangan seperti banyak diketahui sebagai salah satu penyumbang inflasi penting.

Menurut peraih Anugera Karya Intelektual Nasional 2016 ini, persoalan pangan di Indonesia memiliki keunikan karena kebanyakan negara di dunia menghadapi persoalan pangan hanya karena variasi musim.

Ada periode tertentu di mana produksi berkurang dan ada periode tertentu produksi meningkat.

Indonesia menghadapi dua persoalan, selain musim juga variasi geografis karena sebagian negara kepulauan dan lainnya bersifat kontinental.

Sebagai contoh, beberapa komoditas, secara nasional produksi cukup namun persoalan distribusi menyebabkan di beberapa daerah mengalami kelangkaan.

Lain halnya terjadi pada komoditas cabai di Indonesia. Jadwal produksi cabai menurun terjadi pada Januari dan Februari. Lalu April hingga Juli mengalami bulan panen.

Dari Agustus hingga Oktober dilakukan penanaman karena faktor cuaca dan geografis, November dan Desember produksi mengalami penurunan.

Kenaikan harga pangan di Indonesia secara dominan disebabkan oleh kelangkaan persediaan. Ini disebabkan oleh rendahnya produksi juga karena masalah distribusi.

Saat harga bergejolak banyak pertanyaan yang timbul di masyarakat apakah ada indikasi permainan harga oleh pedagang atau mafia.

Untuk mengetahui hal ini perlu investigasi mendalam karena kasus cabai rawit yang mahal saat ini, meskipun ada produsen seperti Thailand dan Taiwan yang impor, jenis ini terbatas dilakukan.

Dalam menstabilkan harga pangan, pemerintah sudah melakukan upaya, di antaranya menertibkan Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 yang mengatur tentang upaya khusus padi, jagung dan kedelai juga mengatur tentang 11 komoditas lainnya. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK

    Oleh : Ridwan Putra Khalan, Pemerhati Sosial dan Budaya   Seluruh masyarakat harus menerima putusan Mahkamah Konstitusi (MK)…

Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK Pemilu 2024 Sah

    Oleh: David Kiva Prambudi, Sosiolog di PTS   Cendekiawan mendukung penuh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sidang sengketa…

Dampak Kebijakan konomi Politik di Saat Perang Iran"Israel

  Pengantar Sebuah diskusi webinar membahas kebijakan ekonomi politik di tengah konflik Irang-Israel, yang merupakan kerjasama Indef dan Universitas Paramadina…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK

    Oleh : Ridwan Putra Khalan, Pemerhati Sosial dan Budaya   Seluruh masyarakat harus menerima putusan Mahkamah Konstitusi (MK)…

Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK Pemilu 2024 Sah

    Oleh: David Kiva Prambudi, Sosiolog di PTS   Cendekiawan mendukung penuh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sidang sengketa…

Dampak Kebijakan konomi Politik di Saat Perang Iran"Israel

  Pengantar Sebuah diskusi webinar membahas kebijakan ekonomi politik di tengah konflik Irang-Israel, yang merupakan kerjasama Indef dan Universitas Paramadina…