Perbankan Bersiap Penuhi Aturan Ketahanan Likuiditas

 

NERACA

Jakarta - Beberapa industri perbankan menyatakan sedang bersiap memenuhi kebijakan baru Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan menerapkan syarat "Net Stable Funding Ratio" dan memperluas implementasi "Liquidity Coverage Ratio" guna menangkal ancaman kekurangan likuiditas. Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Asmawi Syam mengatakan kebijakan pemantauan kecukupan likuiditas bank memang diperlukan untuk mengawasi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, dan berkontribusi terhadap perekonomian.

Pada 2017 ini, OJK menargetkan kredit dapat tumbuh hingga dua digit di rentang 9-12 persen, setelah pada 2016 diperkirakan kredit hanya tumbuh satu persen. "Kami melihat dampaknya masih positif, memang modal, likuiditas perlu diperkuat untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi di 2017," kata Asmawi, seperti dikutip Antara, kemarin.

"Net Stable Funding Ratio" atau NSFR merupakan rasio jumlah dana stabil yang tersedia di perbankan dengan jumlah dana stabil yang dibutuhkan. Jika merujuk pada kerangka Basel III dari Basel Committe on Banking Supervision (BCBS), rasio NSFR minimal 100 persen. Jadi dengan NSFR, perbankan disyaratkan untuk memelihata rasio dana stabil untuk mengurangi potensi gangguan sumber reguler pendaaan bank, yang bisa meningkatkan risiko likuiditas, dan risiko kegagalan bank yang pada akhirnya dapat berdampak sistemik.

Menurut paparan Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad, pada 2017 NSFR baru akan diterapkan untuk Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III, BUKU IV serta bank asing. Sedangkan "liquidity coverage ratio/LCR" merupakan rasio pemenuhan likuiditas untuk melihat profil risiko likuiditas bank. Indikator yang digunakan untuk menilai LCR bank adalah aset likuid kualitas tinggi (High Quality Liquid Asset) bank tersebut yang harus membuat bank dapat bertahan dalam skenario kondisi krisis yang signifikan selama 30 hari.

Muliaman belum merinci spesifik, namun dia mengatakan "di waktu yang tepat" LCR akan diterapkan ke seluruh bank, bukan hanya BUKU IV, BUKU III dan bank asing. OJK sudah memiliki peraturan untuk LCR, namun baru diterapkan sejak 2015 untuk BUKU IV, BUKU III dan bank asing. Penerapan LCR juga berdasarkan kerangka Basel III dan BCBS.

Chief Country Officer Deutsche Bank Kurnady Lie mengatakan memang kerangka Basel III tersebut jika dterapkan pada 2017 akan semakin memperkuat ketahanan perbankan, utamanya untuk mengantipasi potensi gejolak jika terjadi lonjakkan dana keluar. "Bank memang harus lebih likuid untuk melindungi, misalnya ada penarikan. Itu untuk memperkuat permodalan dan kesehatan bank." kata dia.

Pada 2017, tekanan likuiditas terhadap perbankan diyakini masih membayangi. Pasalnya, rata-rata perbankan yang memiliki target pertumbuhan kredit tinggi, dapat memicu perlombaan penarikan dana masyarakat. Selain itu, Bank Sentral AS juga sudah menyiratkan bahwa akan terjadi penaikkan bunga acuan sebanyak dua kali pada 2017, yang dapat memicu dana keluar dari Indonesia.

Sebelumnya, Analis Panin Securities Frederik Rasali mengatakan, peningkatan suku bunga The Fed berpeluang mengerek yield sehingga biaya dana alias cost of fund perbankan akan naik. "Saya melihat tren ini akan terjadi pada BUKU 2 dan BUKU 3, dari bank-bank yang relatif belum kuat," kata Frederik.

Sementara itu, bank-bank besar yang memiliki modal kuat dan performa baik selama ini akan jauh lebih mudah mendapatkan dana. Frederik melihat, tahun depan, perbankan akan mengeluarkan banyak instrumen untuk mencari pendanaan, seperti medium term notesnegotiable certificate of deposit, dan utang bilateral dari bank lain.

Pendapatan perbankan masih bisa tumbuh tahun depan. Namun, Frederik mengingatkan bahwa likuiditas perbankan tahun depan juga akan ketat. Maklumlah, saat ini loan to deposit ratio (LDR) bank masih di atas 90 persen. Tingkat non-performing loan (NPL) atau kredit macet juga masih akan sama seperti tahun ini. "Kemungkinan, hal tersebut yang akan menjadi tantangan," kata Frederik.

Analis BCA Sekuritas Igor Nyoman Putra juga memprediksi, sektor bank tahun depan akan lebih baik dari tahun ini. Likuiditas bank pada kuartal satu tahun depan akan terdorong adanya amnesti pajak. Dana repatriasi yang sudah masuk ke Indonesia juga bisa dialihkan pada instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh bank. Pertumbuhan perbankan juga didukung peningkatan kredit seiring biaya kredit atau cost of credit (CoC) yang lebih rendah. "Kemungkinan volume kredit bisa naik 13 persen, didukung naiknya harga komoditas, proyek infrastruktur, serta kredit dari properti," kata Igor.

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…