Ditengah Pasar Belum Stabil - Reksadana Masih Jadi Daya Tarik Investor

NERACA

Jakarta - Investasi saham, termasuk di dalamnya investasi reksadana menjadi unggulan di tahun 2016 kemarin. Kini investasi tersebut, khususnya reksadana masih tetap menjanjikan di tahun 2017. Agus B. Yanuar, Direktur Utama Samuel Aset Manajemen (SAM) pernah bilang, industri reksa dana semakin membaik dari tahun ke tahun.”Ada beberapa katalis positif yang berpotensi mendorong industri reksa dana di tahun 2017. Rupiah yang stabil, kinerja keuangan Emiten yang meningkat, perbaikan pada data makro, penguatan harga komoditas, tingkat bunga rendah, inflasi yang terukur, minat investor global pada emerging market yang tetap tinggi, danbanjirnya likuiditas global akan menempatkan IHSG ke tingkat yang lebih tinggi dengan potensi naik 15%-20% tahun depan,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Selain itu, bertambahnya partisipasi investor institusi dan semakin meningkatnya pemahaman investor individu tentang perlunya berinvestasi untuk tujuan keuangan jangka menengah dan jangka panjang, akan membuat produk reksa dana semakin menjadi pilihan. Disamping itu, imbal hasil produk reksa dana sesuai dengan jenis produk dan aset dasarnya. Reksa dana saham berpotensi memberikan imbal hasilantara 18%-25%, reksa dana campuran 13,5%-15%, reksa dana obligasi 7%-12%, sementara reksa dana pasar uang 4%-5%.

Salah satunya, reksadana Lautandhana Optima Balances Fund. Reksadana campuran besutan PT Lautandhana Investment Management ini meluncur 22 Desember lalu. Pasar yang ketika itu kurang bersahabat untuk reksadana saham jadi salah satu alasan manajer investasi mengeluarkan reksadana campuran. “Jadi, kalau kami keluarkan reksadana saham, semua investor takut return-nya bisa jatuh dan kurang stabil,” kata Anita Wijaya, Product and Compliance Lautandhana Management.

Itu sebabnya, Lautandhana Management merilis reksadana berbasis saham, obligasi, dan deposito. “Jadi, return dari portofolio investasi lebih stabil. Kalau saham lagi jelek, kami bisa beli lebih banyak obligasi. Kalau obligasi jelek, bisa ke deposito,” beber Anita.

Untuk memaksimalkan imbal hasil produk reksadana campuran teranyarnya, Lautandhana Management menerapkan kebijakan investasi dengan komposisi minimal 5% hingga maksimal 79% ke efek bersifat ekuitas.  Lalu, 1%–75% ke efek bersifat utang yang diterbitkan Pemerintah RI dan korporasi berbadan hukum Indonesia, dan 20%–79% ke instrumen pasar uang dalam negeri.

Hanya, saat ini manajer investasi yang berdiri 2005 lalu tersebut lebih banyak menempatkan dana kelolaan Lautandhana Optima Balances Fund ke surat berharga negara (SBN). Porsinya mencapai 60%–70%. Sisanya yang 30%–40% masuk ke deposito. “Menjelang liburan akhir tahun, kinerja yang stabil ada di SBN, dan kami memilih tenor sedang (lima tahun–tujuh tahun),” ungkap Anita. Sementara kinerja saham mendekati tutup tahun kurang stabil.

Untuk deposito, Lautandhana Management tidak menetapkan jangka waktu jatuh temponya. Yang jelas, anak usaha Lautandhana Securindo ini menaruh dana kelolaan Reksadana Lautandhana Optima Balances Fund di deposito bank pemerintah dan swasta terkenal serta memiliki rating khusus. Sedang untuk obligasi swasta, mereka memilih surat utang dengan rating minimal BBB+. (bani)

BERITA TERKAIT

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Tumbuh by Astra Financial Raih 2,5 Juta Kunjungan

Pameran virtual pertama Astra Financial, Tumbuh by Astra Financial yang digelar dua pekan mencatatkan lebih dari 2,5 juta kunjungan konsumen.…

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…