Kementan Siap Intensifikasi Perkebunan Kopi 8.850 Hektare

NERACA

Jakarta – Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian pada 2017 siap melakukan intensifikasi perkebunan kopi seluas 8.850 hektare (ha) di sentra-sentra produksi. Dirjen Perkebunan Bambang di Jakarta, Jumat mengatakan, kegiatan intensifikasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta produksi kopi nasional. "Untuk kegiatan tersebut kami mengalokasikan anggaran sebanyak Rp35,5 miliar dari APBN Ditjen Perkebunan," katanya, sebagaimana disalin dari Antara.

Menurut dia, kegiatan intensifikasi perkebunan kopi tersebut antara lain berupa perbaikan tanaman kopi robusta seluas 4.900 ha yang tersebar di sembilan provinsi meliputi 22 kabupaten sentra produksi.

Kemudian perbaikan tanaman kopi jenis arabika seluas 3.750 ha di 17 kabupaten sentra produksi yang tersebar di 10 provinsi serta perluasan areal seluas 200 ha di dua kabupaten di Kalimantan Tengah.

Bambang menyatakan, melalui kegiatan intensifikasi tanaman dan perluasan lahan tersebut maka pihaknya menargetkan produksi kopi nasional pada 2017 sebanyak 637.539 ton dengan total luas perkebunan mencapai 1,227 juta ha.

Target tersebut, lanjutnya, lebih rendah dari 2016 yang mana luas perkebunan kopi di Tanah Air mencapai 1,228 juta ha dengan produksi sebanyak 639.305 ton. Selain intensifikasi tanaman dan perluasan lahan, upaya lain yang akan dilakukan Ditjen Perkebunan untuk meningkatkan produksi kopi nasional antara lain dengan penanganan organisme pengganggu tanaman, pemberian bantuan alat pengolahan dan pascapanen, pemberian bibit berkualitas serta perbaikan kebun induk.

"Saat ini gairah petani menanam kopi sedang meningkat karena dalam dua tahun terakhir terjadi kenaikan harga kopi di pasaran," katanya.

Menyinggung produksi kopi nasional, Dirjen Perkebunan menyatakan, dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang nyata yakni sekitar 1,29 ton per tahun selama 2010-2015, sedangkan produktivitas 1,24 kg/ha dan luas areal 0,33 ha/tahun.

Menurut dia, pada 2010 produktivitas kopi nasional sebanyak 686.921 ton dengan produktivitas tanaman 779 kg/ha dan luas areal 1,21 juta ha sementara pada 2015 luas areal mencapai 1,23 juta ha, produksi sebanyak 639.412 ton dan produktivitas 707 kg/ha.

Namun demikian dia mengakui sejumlah kendala untuk peningkatan produksi kopi di Tanah Air seperti tanaman yang sudah tua, keterbatasan benih berkualitas serta penerapan GAP (Good Agriculture Practice) atau budidaya yang baik belum optimal. Saat ini Indonesia menduduki posisi ke 4 dunia sebagai negara produsen kopi di bawah Brasil, Vietnam dan Kolumbia.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia sedang membangun sektor pertanian di perbatasan dengan tujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di daerah pelosok, tetapi juga ditujukan untuk meningkatkan ekspor ke sejumlah negara tetangga. Hal ini untuk menjaga agar persediaan dan permintaan berjalan seimbang sehingga dapat menstabilkan harga komoditas.

"Harus ada hilirisasi. Untuk menjadikan produk berikutnya, produk derivatif berikutnya. Produk inilah yang kita harapkan bisa diekspor," kata Presiden Joko Widodo sebagaimana disalin dari Antara, pekan lalu.

Menurut Presiden, jika produksi pertanian di Indonesia dapat ditingkatkan dan telah memenuhi kebutuhan dalam negeri, maka surplus komoditi dapat dijual ke luar negeri. Hal itu, ujar Jokowi, juga dapat menjaga agar persediaan dan permintaan berjalan seimbang sehingga dapat menstabilkan harga komoditas.

Sejumlah upaya juga dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi pertanian dan mencapai ketahanan pangan yaitu membangun infrastruktur pertanian seperti embung air dan irigasi, memberikan alat mesin pertanian gratis dan membagikan benih unggul cuma-cuma.

"Stok air tidak ada, orang mau berproduksi dari mana, orang suruh menanam dari mana wong airnya tidak ada. Sehingga itu menjadi salah satu kunci produksi kita naik atau tidak naik," ujar Jokowi.

Kepala Negara juga mengarahkan pemerintah daerah agar berfokus pada produksi tanaman spesifik sehingga memiliki komoditas unggul masing-masing. Presiden meminta pemerintah daerah mengkaji komoditas pertanian yang baik untuk ditanam di wilayahnya.

Jokowi meminta jika produksi pertanian telah mengalami peningkatan, sejumlah badan usaha desa atau pun BUMN perlu mengorganisasi para petani agar dapat berproduksi dengan efisien dan berdaya saing di tingkat internasional.

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…