Peternak Sapi Perah Butuh Aturan Harga Susu Segar

NERACA

Jakarta – Pemerintah akan menyiapkan aturan untuk menentukan harga dasar (floor price) susu segar dalam negeri (SSDN) agar peternak sapi perah mendapatkan tingkat harga komoditas itu kompetitif sehingga kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito, sebagaimana disalin dari Antara, di Jakarta, mengungkapkan hal itu ketika melakukan kunjungan kerja ke peternakan PT Greenfields Indonesia bersama dengan empat menteri kabinet kerja lainnya di Pujon, Malang, Jawa Timur.

Empat menteri Kabinet Kerja itu adalah Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiarto Lukito serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.

Enggartiasto menyebut pemerintah akan segera berkoordinasi, khususnya tiga kementerian terkait yakni menteri perdagangan, menteri perindustrian dan menteri pertanian harus bersama-sama menentukan floor price untuk harga susu sapi segar dari peternak.

"Tak hanya harga dasar, kami juga akan mengkaji wajib serap SSDN oleh Industri pengolahan susu (IPS) karena hingga saat ini kebutuhan susu nasional masih tergantung oleh impor susu bubuk sebesar 82 persen," katanya.

Wakil Ketua APSPI (Asosiasi Peternak Sapi Perah Indonesia) Heru S Prabowo pada kesempatan itu menyebutkan bahwa rendahnya harga SSDN di tingkat peternak menjadi penyebab utama keengganan peternak untuk memelihara sapi perah. "Harga saat ini berkisar antara Rp5.000-Rp5.500 rupiah per liter," kata Heru.

Menurut Heru, harga tersebut tidak mampu menutupi biaya operasional untuk pemeliharaan sapi terutama pakan sapi perah. Ia mengusulkan harga dasar yang setidaknya dibutuhkan oleh peternak sapi perah adalah Rp6.000 per liter dengan harga tersebut petani diperkirakan bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp1,9 juta per bulan.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta kepada para peternak sapi perah di dalam negeri untuk terus meningkatkan produksi susu seiring tingkat kebutuhan industri olahan susu nasional yang makin tinggi. Untuk itu, diperlukan program kemitraan dalam upaya peningkatan daya saing industrinya karena didukung pemenuhan bahan baku susu segar yang berkesinambungan dan berkualitas baik.

"Industrinya sudah meningkat tetapi suplai dari domestiknya menurun. Oleh sebab itu, yang akan kami dorong adalah bagaimana peternak sapi kita bisa meningkatkan produksi susu segarnya. Apalagi kebutuhan produk susu di pasar dalam negeri dan ekspor juga naik," ujarnya di Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Malang, Jawa Timur, disalin dari keterangan resmi, kemarin.

Airlangga juga mengajak masyarakat untuk berinvestasi dalam dunia peternakan sapi perah. Pasalnya, selama ini peternakan secara umum belum dianggap menjadi bisnis yang menjanjikan. "Kami akan membuat program supaya peternakan sapi perah ini menarik bagi masyarakat. Targetnya penghasilan peternak sapi dalam sebulan minimal setara dengan upah minimum provinsi. Itu bisa dicapai kalau peternak memiliki delapan sampai 10 sapi," paparnya.

Kemenperin mencatat, kebutuhan bahan baku susu segar dalam negeri (SSDN) untuk susu olahan saat ini sebanyak 3,8 juta ton dengan pasokan bahan baku susu segar dalam negeri hanya sekitar 798.000 ton dan selebihnya masih diimpor dalam bentuk Skim Milk Powder, Anhydrous Milk Fat, dan Butter Milk Powder dari berbagai negara seperti Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Sementara itu, tingkat konsumsi susu perkapita masyarakat Indonesia saat ini rata-rata 12,10 kilogram per tahun setara susu segar. Tingkat konsumsi tersebut masih di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia yang mencapai 36,2 kilogram per tahun, Myanmar 26,7 kilogram per tahun, Thailand 22,2 kilogram per tahun, dan Filipina 17,8 kilogram per tahun.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pihaknya akan menyinergikan program dengan BBIB Singosari untuk peningkatan kebutuhan susu nasional. Kemendag juga akan meminta BBIB Singosari untuk melaksanakan program peningkatan populasi sapi perah.

“Kami akan merumuskan acuan harga susu dan penyerapannya sehingga peternak mendapat kepastian kalau hasil produksinya terserap. Bersama dengan Mentan, kami juga akan menyusun kebutuhan yang diperlukan BPIB saat ini,” jelasnya.

Kepala Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Enniek Herwijanti mengungkapkan, kebutuhan semen beku diperoleh dari aneka jenis sapi di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk kebutuhan bibit sapi impor, Enniek menyebutkan, dibutuhkan pembaharuan dan penambahan pejantan sebagai sumber sperma.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…