2017: Waspada "Proxy War"

 

Pada setiap kesempatan ceramahnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo selalu menyampaikan ada bahaya nyata yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Bahaya itu adalah perang yang tidak terlihat, yaitu “proxy war”.

Arti “proxy war” dalam teori militer adalah, peperangan dengan menggunakan tangan pihak ketiga sebagai pengganti berkelahi satu sama lain secara langsung. Sementara kekuasaan kadang-kadang digunakan pemerintah sebagai proksi, aktor non-negara kekerasan dan tentara bayaran.

Harapannya adalah, kelompok-kelompok ini bisa menyerang lawan tanpa menyebabkan perang skala penuh. Panglima TNI mengingatkan, bahwa proxy war saat ini mengancam Indonesia, sehingga semua pihak harus bersatu dalam mencegah dan melawannya. Menurut Panglima TNI, proxy war (perang tanpa bentuk) telah mengancam Indonesia karena negara-negara luar, berlomba lomba ingin menguasai Indonesia karena kaya akan sumber daya alam (SDA).

Perang tersebut tidak bisa dilihat siapa lawan dan siapa kawan, tetapi perang itu dikendalikan oleh negara lain. “Proxy war” dalam teori perang modern telah menjadi semacam cara dan upaya pihak-pihak ketiga untuk mengendalikan, mengambil dan menguasai negara tertentu melalui cara-cara yang tidak terlihat. Namun dampaknya nyata dirasakan.

Contoh kasus yang sudah terbukti, adalah lepasnya Timor timur dari NKRI karena di sana ada kekayaan SDA berupa Greater Sunrise (Celah Timor) yang di dalamnya terdapat sumber minyak. Penguasaan sebuah negara dan sumber-sumber kekayaan alamnya merupakan target negara-negara luar.

Sejalan dengan apa yang disampaikan Panglima TNI itu, bangsa ini perlu mewaspadai hal-hal tersebut. Karena Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan terdiri atas ribuan pulau dengan memiliki kekayaan SDA yang melimpah, merupakan target dan sasaran empuk negara-negara luar yang ingin menguasai Indonesia.

Beberapa isu kekinian yang sedang meresahkan bangsa ini yakni masuknya imigran-imigran gelap asal China dalam jumlah yang sangat besar. Sementara ini menurut data ada sekitar 12 ribu orang, dan ada kemungkinan akan terus bertambah. Para imigran ini menempati rumah susun di Jakarta dan rumah-rumah serta areal pesisir pantai Jawa dan kemudian menjadi tenaga kerja pada proyek-proyek besar di negeri ini.

Tidak hanya itu. Bahkan mereka terang-terangan menaikkan bendera negara China di Ternate. Dan masih ada beberapa daerah lainnya yang kemungkinan terjadi hal yang sama. Ini sesuatu yang sangat membahayakan. Karena para imigran gelap dari China ini masuk ke Indonesia karena kebijakan pemerintah yang sangat longgar atas ketentuan AFTA, NAFTA dan tren globalisasi yang tidak diproteksi secara serius oleh para pengambil kebijakan di negeri ini.

Kita tentu mengingatkan, bahwa hal ini sangat membahayakan bagi keberlangsungan bangsa ini. Kita lihat di media dan pemberitaan sehari-hari, banyak para imigran gelap tersebut telah menguasai sejumlah pekerjaan yang semestinya dilakukan oleh anak bangsa ini. Ini menjadikan ancaman bagi bangsa ini, yang akan terjadi pengangguran dalam skala besar.

Sejumlah lapangan pekerjaan sudah dikuasai oleh para imigran gelap tersebut. Belum lagi dengan berbagai macam keahlian yang dimiliki, mereka mampu masuk dalam berbagai sektor, baik dalam bidang industri, teknologi, buruh kasar, kelautan dan perikanan bahkan sampai ke sektor pertanian dan menguasai lahan lahan pertanian. Selain itu mengutip apa yang disampaikan Panglima TNI bahwa dengan strategisnya wilayah NKRI juga menjadi pemicu rawan konflik, karena akan diperebutkan oleh negara-negara lain, seperti konflik atau perang dalam perebutan pangan, air dan energi.

Hal ini menjadi jelas bagi kita bahwa ada ancaman nyata bagi kelangsungan hidup kita sebagai sebuah bangsa dan dampak yang kemungkinan terjadi akan berpotensi menjadi chaos bila keadaan seperti itu tidak segera diproteksi. Untuk itu, pemerintah, TNI, Polri dan masyarakat bangsa saatnya  harusnya sadar bahwa mempertahankan harkat, martabat dan derajat sebagai sebuah bangsa melalui ketahanan pangan dan keadilan sosial yang merata. Semoga di Tahun 2017 semua itu dapat diatasi secara bijak oleh pengambil keputusan di negeri ini!

 

 

BERITA TERKAIT

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kejar Pajak Tambang !

    Usaha menaikkan pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) seperti royalti dari perusahaan tambang batubara merupakan sebuah tekad…

Pemerintah Berutang 2 Tahun?

  Wajar jika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kaget saat mendengar kabar bahwa Kementerian Perdagangan belum…

Hilirisasi Strategis bagi Ekonomi

Menyimak pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 tumbuh sebesar 5,4 persen ditopang oleh sektor manufaktur yang mampu tumbuh sebesar 4,9…