Ketimbang AS, Ekonomi Indonesia Lebih Terpengaruh Moderasi China

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan moderasi China akan lebih berdampak bagi perekonomian Indonesia, daripada efek kebijakan Presiden AS terpilih Donald Trump. Moderasi di China yang dilakukan dengan mengalihkan basis pertumbuhan dari investasi ke konsumsi, akan berdampak pada perlambatan ekonomi 2017 yang diprediksi 6,3 persen dibandingkan perkiraan pertumbuhan tahun ini sebesar 6,6 persen.

Kebijakan ini juga berpotensi melemahkan mitra dagang dan negara penghasil komoditas seperti Indonesia, yang pada 2017 diprediksi pertumbuhan ekonominya mencapai 5,1-5,3 persen. "Melambatnya pertumbuhan China pasti akan menurunkan investasi sehingga investasi ke Indonesia pun turun. PDB kita bisa 0,72 persen lebih rendah dibandingkan baseline, yang indikator terbesarnya berasal dari penurunan persentase poin investasi sebesar 1,02 persen" ujar Bambang kepada wartawan di Jakarta, Kamis (8/12).

Namun, pergeseran pertumbuhan ekonomi China juga dapat menjadi kesempatan Indonesia untuk menangkap peluang penanaman modal asing (FDI) dari China, yang selama ini peran terbesarnya hanya sebagai mitra dagang. "Sekarang setelah China beralih dari investment base ke consumption base di domestik, maka investasinya harus mencari tempat. Ketika China menyediakan alternatif investasi maka Indonesia harus bisa menangkap peluang itu," kata Bambang.

Kebijakan pemerintah China khususnya untuk merespons rencana proteksi perdagangan AS, juga harus lebih diperhatikan Indonesia sebagai efek lanjutan. Jika China mengalami hambatan perdagangan ke AS, kata Bambang, maka berdampak pada pengalihan pasar ekspor yang salah satunya mungkin ke Indonesia. "Kita lebih concern kalau China terkena proteksi AS. (Jika benar terjadi) maka ekspor China ke Indonesia meningkat atau ada indikasi dumping yang bisa memukul industri dalam negeri sendiri," tutur Bambang.

Sementara potensi risiko perlambatan ekonomi Tanah Air yang disebabkan proposal kebijakan ekonomi Trump, dampaknya tidak sebesar kebijakan di China. Di sektor perpajakan, Trump berencana mengurangi pajak kalangan berpenghasilan tinggi dan perusahaan dari 35 persen menjadi 15 persen, serta memberlakukan amnesti pajak.

Kebijakan amnesti pajak AS yang memungkinkan deklarasi harta dan masuknya dana repatriasi, menjadi pengaruh negatif bagi negara lain, termasuk Indonesia. "Menurunnya investasi AS di negara lain akan berdampak pada perlambatan PDB (Indonesia), yang second round effect-nya akan mengurangi pendapatan setelah pajak maupun konsumsi rumah tangga," kata Bambang.

Jika Trump melakukan seluruh proposal kampanyenya, Bappenas memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia akan melambat 0,41 persen pada 2017, dengan indikator terbesar yakni investasi yang turun 0,89 persen. "Dengan demikian kalau dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan China (terhadap PDB) maka risiko China adalah yang paling besar terhadap perlambatan pertumbuhan Indonesia," tutur Bambang.

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…