Minat IPO Masih Rendah - AEI Minta BEI Cari Tahu Hambatannya

NERACA

Jakarta - Tahun ini target ambisius PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menjaring perusahaan go public atau listing di pasar modal meleset dari target yang dibidik sebesar 35 perusahaan. Hal ini menjadi kritikan bagi BEI dalam upaya melakukan sosial dan edukasi pasar modal bagi perusahaan potensial IPO di Indonesia.

Hal inipun diakui Direktur Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Isyaka Yoga. Dirinya menuturkan, minat perusahaan untuk menjadi perusahaan terbuka atau go public dinilai selalu lebih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). “Ini kelihatannya minat IPO itu menurun. Kalau kita lihat jumlah perusahaan yang ada di Indonesia yang tertutup ini kan besar sekali. Tetapi tidak sejalan dengan perusahaan yang masuk bursa,"ujarnya di Jakarta, Selasa (6/12).

Oleh karena itu, Isyaka Yoga kembali mempertanyakan apakah selama ini daya serap pasar modal Indonesia masih kurang. Jika demikian, maka hal itu menurut dia perlu ditingkatkan, karena pasar modal harus melihat kondisi dari dua sisi, yakni suplai dan demand. "Kenyataannya adalah kemungkinan calon-calon emiten ini mungkin masih perlu pemahaman lagi apa untung ruginya menjadi perusahaan terbuka sebagai salah satu cara untuk menghimpun dana dan untuk pengembangan. Nah ini yang harus kita carikan,"paparnya.
Padahal, kata Isakayoga, dari sisi regulasi pihak otoritas telah memberikan kemudahan-kemudahan, termasuk dalam hal membayar pajak."Pajak itu ada pengurangan 5% untuk mereka yang menawarkan sahamnya minimal 40%. Nah ini dari segi itu saya kira sudah terpenuhi semua. Sekarang yang perlu kita peroleh informasi adalah dari pihak perusahaan yang mau IPO itu," kata dia.
Dirinya juga mencari tahu, apa yang sebenarnya masih menjadi hambatan perusahaan untuk IPO, apakah karena tidak percaya kepada pasar modal Indonesia atau ada kesulitan lain yang belum diketahui oleh otoritas karena mungkin menganggap proses dari IPO itu rumit dan padahal itu sebenarnya sederhana.
Kata Isyaka, merespon hal tersebut, tentunya sosialisasi diperlukan untuk dapat memberikan pencerahan kepada calon-calon perusahaan yang mau melakukan IPO. Dimana dalam sosialisasi tersebut, lanjut Isakayoga, harus dijelaskan mengenai untung ruginya menjadi perusahaan terbutka. Sedangkan untuk pihak otoritas, perlu mempertimbangkan biaya-biaya yang masih dapat diperhitungkan untuk diturunkan yang masih dalam koridor atau masih dalam jangkauan otoritas.”Jadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mungkin masih punya wewenang untuk mempertimbangkan biaya pungutan oleh OJK. Bursa mungkin masih bisa mempertimbangkan untuk mengurangi biaya pencatatan,"tandasnya.

Menanggapi kritikan masih minimnya perusahaan yang listing di pasar modal, Direktur Utama BEI, Tito Sulistio menuturkan, pihaknya akan menggelar seminar sosialisasi Initial Public Offering (IPO) dan Corporate Action kepada 100 perusahaan nasional. Sosialisasi tersebut berisikan tentang manfaat, tata cara, dan fungsi dalam menjadi perusahaan IPO dan Corporate Action. Sosialisasi ini bertujuan untuk mendorong perusahaan-perusahaan tertutup tersebut untuk menjadi perusahaan terbuka. (bani)

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…