Platform Ekonomi-Politik RI

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Sosial, Ekonomi dan Industri

 

Menuju modernisasi Indonesia khususnya di bidang ekonomi, lanskapnya dirancang setiap lima tahun, paling lama sepuluh tahun oleh Presiden terpilih. Waktu lima dan paling lama 10 tahun (satu dasawarsa), seharusnya berdasarkan disiplin perencanaan jangka panjang merupakan seperempat atau separuh periode tahapan pembangunan ekonomi.

Faktanya yang berlangsung di Indonesia estafetnya tidak jalan, karena pada setiap pergantian Presiden selalu memiliki orientasi ekonomi sesuai dengan platform politik ekonominya sang Presiden. Arah kiblatnya pun cenderung berbeda, ada yang ke barat-baratan, dan ada juga yang ke timur-timuran.

Kalau dilihat resultan-nya pada akhir periode cenderung sama, yakni berapa total PDB yang dihasilkan, dan sumbangannya masing-masing variabel akan dilihat berapa kontribusi investasi, konsumsi, belanja pemerintah, dan sumbangan dari sektor perdagangan internasional (ekspor-impor).

Secara spesifik yang dilihat adalah berapa pertumbuhan PDB tahunannya dan siapa penyumbang terbesarnya. Karena waktunya relatif pendek, maka strategi dan kebijakan lebih bersifat "kejar tayang", sehingga yang penting ekonominya tumbuh. Perspektif ini tidak salah, tapi capaian kinerja secara menyeluruh kurang bisa "dipertanggungjawabkan", dilihat dari sisi penggunaan input, output maupun outcome economic-nya.

Gambaran sederhananya antara lain adalah ekonomi tumbuh, tapi harus di bayar mahal karena high cost di sisi input dan mahal di biaya prosesing untuk menghasil kan output, dan cenderung boros dalam penggunaan sumber daya.

Sang arsitek dan sekaligus mandornya saat kampanye pilpres banyak janji kampanye yang diumbar meyakinkan calon pemilih. Tanpa disadari bisa bersifat "lebih besar pasak dari pada tiang" karena terlalu banyak yang harus dilakukan.

Akibatnya kebijakan dan program kejar tayangnya yang terus dikendali kan langsung adalah pertumbuhan ekonomi. Its pragmatis yang penting ada hasilnya. Its verry simple, dan bisa dikata kan sesimpel itu. Jadi, yang di pegang dalam catatannya hanyalah rumus matematika Y= I+C+G+(X-M). Potret ini seperti apa angka-angkanya tinggal hotline dengan Kepala BPS, dalam hitungan sekian detik sudah bisa dilihat dan dibaca.

Berapa tumbuh dan berapa sumbangannya terhadap PDB sudah langsung ketahuan. Begitu juga angka-angka variabel yang lain. Persoalannya meskipun hanya mengejar pertumbuhan hal yang harus diurus banyak juga, dan kiranya kita sudah tahu semua apa yang berproses dibalik rumus matematika ekonomi tersebut.

Penulis tidak akan membahasnya karena sudah bolak balik dibahas. Secara umum hanya memerlu kan iklim yang kondusif, dan kepastian hukum, serta kondisi perekonomian regional maupun global yang kondusif juga. Kalau pikirannya bercabang-cabang dan tidak fokus mengendalikan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi dalam waktu lima tahun bisa berabe.

BERITA TERKAIT

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…

BERITA LAINNYA DI

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…