Tingkatkan Literasi Keuangan Masyarakat - Berdayakan Para Dosen Sebagai Unjuk Tombak

Tingkat literasi keuangan di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. Berdasarkan hasil survei OJK tahun 2013 menunjukkan, tingkat literasi keuangan masyarakat, khususnya di pedesaan dan daerah-daerah terpencil masih sangat rendah yakni hanya 21,84%. Angka tersebut merupakan sampel dari masyarakat yang berumur 17 tahun. Adapun tingkat penggunaan layanan keuangan hanya 59,74%.

Maka menjawab tantangan bagaimana meningkatkan literasi keuangan di Indonesia, perlu kerjasama dengan pihak swasta dan tidak hanya mengandalkan peran pemerintah saja. Langkah inilah yang dilakukan Sampoerna Foundation yang mengggandeng kerjasama Association of Lecturers for Financial and Economic Development (ALFED), sebuah asosiasi bagi para dosen di seluruh Indonesia yang fokus ke pengembangan keuangan dan ekonomi daerah menyelenggarakan Program Pemberdayaan Komunitas di daerah yang fokus pada edukasi keuangan.

ALFED menyadari bahwa tantangan edukasi sebagai isu utama inklusi keuangan di Indonesia selayaknya menjadi perhatian para dosen sebagai salah satu ujung tombak dunia pendidikan. ALFED merupakan asosiasi yang diinisiasi oleh HSBC Indonesia dan Putera Sampoerna Foundation (PSF) melalui Sampoerna University (SU). Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama strategis jangka panjang antara HSBC dan PSF dalam program Pendidikan Perbankan dan Keuangan.“Dosen adalah tulang punggung pemacu edukasi keuangan di daerah. Dengan peran Tri Dharmanya, mereka dapat membantu meneliti dan memetakan kebutuhan masyarakat di daerah, melihat peluang intervensi dari hasil penelitian tersebut dan melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut,”kata Bambang Setiono, Ketua Umum ALFED yang juga dosen di Sampoerna University dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Nuni Sutyoko, Senior Vice President and Head of Corporate Sustainability HSBC Indonesia, mengutarakan, selama ini pihaknya kerap melihat tantangan edukasi keuangan dari kacamata Jakarta. Padahal, banyak tantangan unik di setiap daerah. “Kami berharap, ALFED bisa menawarkan solusi edukasi keuangan dan perbankan dari daerah untuk daerah. Solusi-solusi yang tepat sasaran, kemudian turun seperti bola salju kepada lapisan masyarakat yang lain.”ujarnya.

Sebagai bagian dari inisiatifnya, ALFED mendorong para dosen mengadakan Program Pemberdayaan Komunitas di daerah masing-masing. Meski ALFED baru diluncurkan 21 Oktober 2016, tercatat sampai saat ini sudah tersusun delapan  program dari enam daerah di Indonesia. Salah satu program menarik datang dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sana, salah satu tantangan utama adalah rendahnya ketertarikan warga usia produktif untuk berkarya di daerah asalnya dan justru memilih untuk merantau ke kota besar.

Maka, program yang dicanangkan ALFED NTT adalah pelatihan pemberdayaan usaha mikro agar masyarakat bisa menjadi lebih produktif di wilayahnya sendiri.“Produktivitas adalah kunci untuk meningkatkan inklusi keuangan warga, yang sekaligus mengarah pada peningkatan  kesejahteraan mereka. Melalui program pelatihan yang kami susun, kami berharap warga NTT dapat lebih termotivasi untuk membuka peluang usaha di daerahnya sendiri, misalnya di bidang pariwisata, perkebunan asam, kemiri, ataupun jagung,” ujar Enos Kabu, Koordinator Wilayah ALFED NTT yang juga dosen di Politeknik Negeri Kupang.

Di antara rangkaian program yang direncanakan, salah satu pelatihan yang telah dilakukan adalah mengenai pengembangan usaha mikro, serta cara mendapatkan pinjaman dana dari lembaga keuangan. “Pengetahun dan keterampilan yang kami ajarkan termasuk menyusun laporan keuangan, karena ini merupakan komponen penting yang mampu mendukung usaha mikro mendapatkan kepercayaan dari pihak lain. Laporan yang tersusun jelas dan tepat juga akan mempermudah proses pendanaan, yang berdampak jangka panjang terhadap kelangsungan usaha,” cerita Enos yang dalam menjalankan program ini juga mendapatkan banyak bantuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

BERITA TERKAIT

Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu

  Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu NERACA Jakarta - Di bulan suci Ramadhan PT Waskita…

50 Tahun Nestle MILO - Donasikan 500 Ribu Gelas MILO Bagi Anak Indonesia

Rayakan hari jadi ke-50 dan juga juga memperingati bulan Ramadan, Nestlé MILO bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan…

Boikot Produk Terafiliasi Israel - Pendapatan Merek Global Makin Tergerus

Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin…

BERITA LAINNYA DI CSR

Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu

  Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu NERACA Jakarta - Di bulan suci Ramadhan PT Waskita…

50 Tahun Nestle MILO - Donasikan 500 Ribu Gelas MILO Bagi Anak Indonesia

Rayakan hari jadi ke-50 dan juga juga memperingati bulan Ramadan, Nestlé MILO bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan…

Boikot Produk Terafiliasi Israel - Pendapatan Merek Global Makin Tergerus

Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin…