Tiga Masalah Ganjal Perkembangan Ekonomi Kreatif

NERACA

Jakarta – Pengembangan ekonomi kreatif yang diasuh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)  terganjal sejumlah kendala. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pengestu menyebutkan, setidaknya ada tiga kendala utama yakni masih rendahnya daya beli masyarakat, pembiayaan atau permodalan, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Selain itu, lanjut Mari, industri kreatif di Indonesia relatif sesuatu yang baru sehingga belum banyak diakui sebagai penggerak roda pembangunan. Juga, belum banyak kebijakan yang mendukung iklim kreatif, termasuk dalam hal perizinan dan perlindungan hak cipta. Lebih lanjut, kata Mari, sektor ekonomi kreatif Indonesia belum cukup kondusif sehingga bagi pelaku yang meminatinya masih sulit untuk merintis dan mengembangkan usaha. "Iklim belum cukup kondusif dalam hal memulai dan menjalankan usaha," ujar Mari Elka Pangestu, Rabu.

Calon investor yang berminat untuk merintis usaha di bidang ekonomi kreatif, ungkap Mari, juga banyak terkendala aktivitas ekspor-impordan perpajakan, khususnya pada usaha start-up. Ditambah lagi apresiasi masyarakat terhadap produk kreatif belum cukup tinggi dan begitu pula apresiasi mereka yang masih rendah terhadap insan kreatif. "Ada sejumlah hal yang memang menjadi permasalahan utama ekonomi kreatif di Indonesia yang harus mulai kita upaya untuk atasi," katanya.

Menurut dia, dari sisi sumber daya manusia ekonomi kreatif terhambat soal kualitas dan kuantitas SDM. "Sumber daya insani belum memadai dalam kuantitas dan kualitas. Umumnya belajar otodidak, bukan diciptakan institusi-institusi pendidikan formal/informal. Selain itu sumber daya insani terkonsentrasi di kota tertentu saja,” katanya.

Persoalan infrastruktur dan regulasi teknologi informasi juga belum optimal mendukung industry kreatif. Mari mencontohkan, industri fesyen dan kerajinan masih sering terkendala kelangkaan dan fluktuasi harga bahan baku. “Itu ditambah dengan lembaga pembiayaan yang belum cukup baik menilai bisnis industri kreatif, akibat informasi yang asimetris. Pelaku kreatif tidak mudah memperoleh pinjaman modal," katanya.

Paling Kreatif

Kendati mengakui sejumlah kendala yang membelit pengembangan industri kreatif, Mari menegaskan, Indonesia merupakan negara paling kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif. Karena itu, tambah dia, sektor yang masih kerap dipertanyakan banyak orang ini diharapkan akan bisa menyumbang hingga 11% dalam perekonomian nasional hingga 2014.

"Indonesia memasukkan 14 aspek perekonomian nasional dalam lingkup ekonomi kreatif. China dan Korea Selatan hanya memasukkan empat aspek saja. Indonesia merupakan negara pertama yang memiliki kementerian yang menangani ekonomi kreatif," kata Mari.

Mari mengatakan, ekonomi kreatif punya keterkaitan sangat erat dengan industri pariwisata karena berbagai unsur produk andalan kepariwisataan dihasilkan ekonomi kreatif, mulai dari kerajinan hingga kuliner. Ekonomi kreatif diharapkan akan bisa menambah kekuatan ekonomi nasional dari dampak penurunan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat sekarang.

"Dari pengalaman saat krisis ekonomi 2008, sektor pariwisata dunia termasuk yang tak sangat terpengaruh dampak kemunduran ekonomi," kata Mari yang menyatakan optimistis dampak krisis sekarang ini tak akan terlalu parah mengenai Indonesia mengingat tumpuan ekonomi nasional pada kemandirian.

Dijelaskan Mari, sektor ekonomi kreatif sendiri pada 2010 memberi kontribusi 7,2% pada perekonomian nasional dan pemerintah sudah menyiapkan berbagai langkah pendorong pertumbuhannya sehingga diharapkan pada 2014 kontribusi akan mencapi di atas 10%.

Sektor Potensial

Sementara itu anggota Komisi X DPR RI Hetifah Syaifudian menilai, ekonomi kreatif adalah sektor yang potensial untuk dikembangkan pada saat sektor riil kurang berkembang. "Indonesia memiliki keunggulan komparatif di sektor yang mengandalkan kreativitas sumber daya manusia ini, karena penduduk usia muda di Indonesia cukup banyak," kata Hetifah.

Hetifah menjelaskan, kelompok muda memiliki gairah untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif yang memiliki potensi meningkatkan ekspor, baik komoditi maupun keahlian. Politisi Partai Golkar ini menaruh harapan besar pada sektor ekonomi kreatif untuk dikembangkan di masa depan, karena terbukti lebih tahan terhadap pengaruh krisis global. "Ini terbukti ketika terjadi krisis global pada 2008-2009 sektor pariwisata tidak terpengaruh dan tetap tumbuh," tambahnya.

Apalagi, kata dia, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini menyerap banyak tenaga kerja dan turut menjaga eksistensi budaya di Indonesia. Ia menggambarkan kinerja sektor pariwisata Indonesia berada di peringkat ke-81 pada 2009 tapi bisa meningkat menjadi peringkat ke-74 pada 2010. Di kawasan Asia Pasifik, kata dia, peringkat sektor pariwisata Indonesia juga meningkat dari peringkat ke-15 pada 2009 menjadi peringkat ke-13 pada 2010.

Persoalan utama yang menjadi kendala pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif adalah infrastruktur, baik infrastruktur jalan dan jembatan maupun infrastruktur pendukung lainnya. Hetifah juga menilai, kelemahan lainnya aparat pemerintah masih lemah dalam melaksanakan strategi yang efektif sehingga lebih banyak mengikuti kecenderungan yang ada. "Selama ini, pemerintah lebih memberikan perhatian besar terhadap sektor ekonomi kreatif tapi lebih banyak pada sektor ekonomi spekulatif seperti saham," jelasnya.

Tahan Krisis

Ketidakpastian ekonomi global niscaya bakal memukul industri domestik. Namun, sektor pariwisata diyakini tidak rentan dengan gejolak krisis dunia karena memiliki potensi yang besar seperti archipelago terluas dan memiliki populasi penduduk terbesar keempat di dunia. Selain itu, industri pariwisata dibentengi oleh delapan World Heritage Cultural Sites (situs warisan dunia) yang sekaligus menempatkan RI dalam peringkat 39 dari sisi "Cultural Heritage" dari 139 negara menurut World Economic Forum.

Mari Elka Pengestu menegaskan, sektor pariwisata tidak akan rentan terhadap dampak ekonomi dunia yang terus melamban. "Pariwisata Indonesia tidak rentan terhadap krisis sehingga sektor pariwisata dan pasar dalam negeri dapat menjadi sabuk pengaman perekonomian nasional," kata Mari Elka Pangestu di Jakarta, Rabu.

Oleh karena itu, kementerian yang ia pimpin menetapkan target optimistis kunjungan wisman pada 2012 sebanyak 8 juta orang sampai tutup tahun. Ia menyadari hal yang juga akan menjadi tantangan ke depan adalah persoalan koordinasi antar-berbagai pihak."Semoga ke depan koordinasi lebih baik. Fasilitasi dan advokasi. Kita juga harus mendorong Kementerian Hukum dan HAM dalam hal penguatan dan perlindungan HAKI," ujar dia.

BERITA TERKAIT

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

Kemenperin Selesaikan Penyusunan Regulasi Pendukung Permendag Impor

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyelesaikan penyusunan regulasi pendukung bagi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 jo.…

BERITA LAINNYA DI Industri

IKM Tenun Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Dalam menjaga warisan budaya nusantara, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya mendorong pengembangan sektor industri kerajinan dan wastra…

PLTP Kamojang Jadi Salah Satu Rujukan Perumusan INET-ZERO

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun Dokumen…

Kemenperin Selesaikan Penyusunan Regulasi Pendukung Permendag Impor

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyelesaikan penyusunan regulasi pendukung bagi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36 Tahun 2023 jo.…