Spirit Kemenangan Trump untuk Kemandirian Pangan Indonesia (2) - (Sebuah Catatan Untuk APEC Leaders Meeting di Peru)

Oleh: Ir. Dedy Abdullah, M.Sc

Ketua DPD Gerindra Propinsi Jabar Bidang Ketahanan Pangan

Di dalam klausul perdagangan di forum WTO dan APEC banyak klausul yang menggerus kemandirian bangsa. Contohnya adalah pelarangan subsidi bagi petani maupun petambak. Kebijakan yang sifatnya protektif seperti pembatasan impor produk hortikultura juga akhirnya kini diperlonggar setelah ada tekanan dari WTO. Di bawah rezim WTO, hampir 10 tahun ini, negara ini tidak boleh lagi memberi subsidi kepada rakyatnya, khususnya udang di pesisir. Demikian pula pelarangan impor hortikultura, awal 2011 membatasi, Maret 2013 Amerika menggugat Indonesia, walaupun sesaat setelah itu, kebijakan ini akhirnya direvisi.

Tak hanya itu, perjanjian internasional lewat APEC atau bilateral dengan Uni Eropa juga membuat Indonesia memperluas kebun sawit. Saat ini 70 persen produksi sawit dalam negeri diekspor. Alhasil lahan pertanian lain tergerus. Tak heran pemerintah harus impor beras, bawang putih, hingga cabe.

Dampak buruk lanjutannya, saat ini kebutuhan pangan Indonesia lebih dari 65 persen dipenuhi dari impor. Disadari atau tidak, kondisi ini secara sistematis memang dibentuk karena tekanan eksternal, yang diperburuk dengan kebijakan pemerintah yang tidak pro petani.

Secara keseluruhan Indonesia kini sudah bergantung impor kepada 40 negara untuk memenuhi 29 komoditas pangan pokok, termasuk gandum, produk serelia dari daerah sub tropis yang kini telah menjadi kebutuhan pokok pula. Berikut daftar impor 29 komoditas pangan pokok Indonesia berdasarkan data tahun 2013 lalu beserta negara eksportirnya yang terus berlanjut hingga hari ini.

1. Beras. Nilai impor US$ 156,332 juta. Volume 302,71 juta kg. Negara asal: Vietnam, Thailand, Pakistan, India, Myanmar, dan lainnya. 2. Jagung. Nilai impor US$ 544,189 juta. Volume 1,80 miliar kg. Negara asal : India, Argentina, Brazil, Thailand, Paraguay dan lainnya. 3. Kedelai. Nilai impor US$ 735,437 juta. Volume 1,19 miliar kg. Negara asal : Amerika Serikat, Argentina, Malaysia, Paraguay, Kanada dan lainnya. 4. Biji Gandum. Nilai impor US$ 1,66 miliar. Volume 4,43 miliar kg. Negara asal : Australia, Kanada, India, Amerika Serikat, Singapura dan lainnya. 5. Tepung Terigu. Nilai impor US$ 45,29 juta. Volume 104,21 juta kg. Negara asal : Srilanka, India, Turki, Ukraina, Jepang dan lainnya. 6. Gula Pasir. Nilai impor US$ 31,11 juta. Volume 52,45 juta kg. Negara asal : Thailand, Malaysia, Australia, Korea Selatan, Selandia Baru dan lainnya. 7. Gula Tebu. Nilai impor US$ 1,16 miliar. Volume 2,21 miliar kg. Negara asal : Thailand, Brazil, Australia, El Savador, Afrika Selatan dan lainnya.

Kemudian untuk pangan sumber protein ke 8. Daging Sejenis Lembu. Nilai impor US$ 121,14 juta. Volume 25,21 juta kg. Negara asal : Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Singapura. 9. Jenis Lembu. Nilai impor US$ 192,56 juta. Volume 72,54 juta kg. Negara asal : Australia. 10. Daging Ayam. Nilai impor US$ 30,26 ribu. Volume 10,83 ribu kg. Negara asal : Malaysia.

11. Garam. Nilai impor US$ 59,51 juta. Volume 1,29 miliar kg. Negara asal : Australia, India, Selandia Baru, Jerman, Denmark, lainnya.12. Mentega. Nilai impor US$ 60,09 juta. Volume 13,51 juta kg. Negara asal : Selandia Baru, Belgia, Australia, Perancis, Belanda dan lainnya.13. Minyak Goreng. Nilai impor US$ 45,55 juta. Volume impor sampai Agustus: 48,01 juta kg. Negara asal : Malaysia, India, Vietnam, Thailand, dan lainnya.14. Susu. Nilai impor US$ 530,47 juta. Volume 139,68 juta kg. Negara asal : Selandia Baru, Amerika Serikat, Australia, Belgia, Jerman dan lainnya.

Bahkan sampai bumbu masak,15. Bawang Merah. Nilai impor US$ 32,00 juta. Volume 70,95 juta kg. Negara asal : India, Thailand, Vietnam, Filipina, Cina dan lainnya.16. Bawang Putih. Nilai impor US$ 272,47 juta. Volume 332,88 juta kg. Negara asal : Cina, India, Vietnam.17. Kelapa. Nilai impor US$ 698,49 ribu. Volume 672,70 ribu kg. Negara asal : Thailand, Filipina, Singapura, Vietnam.18. Kelapa Sawit. Nilai impor US$ 1,87 juta. Volume 3,25 juta kg. Negara asal : Malaysia, Papua Nugini, Virgin Island.19. Lada. Nilai impor US$ 2,38 juta. Volume 224,76 ribu kg. Negara asal : Vietnam, Malaysia, Belanda, Amerika Serikat dan lainnya.20. Teh. Nilai impor US$ 20,66 juta. Volume 14,58 juta kg. Negara asal : Vietnam, Kenya, India, Iran, Srilanka dan lainnya.21. Kopi. Nilai impor US$ 33,71 juta. Volume 14,03 juta kg. Negara asal : Vietnam, Brazil, Italia, Amerika Serikat dan lainnya.22. Cengkeh. Nilai impor US$ 2,79 juta. Volume  262,30 ribu kg. Negara asal : Madagaskar, Mauritius, Singapura, Brazil, Comoros.23. Kakao. Nilai impor US$ 48,52 juta. Volume 19,51 juta kg. Negara asal : Ghana, Pantai Gading, Papua Nugini, Kamerun, Ekuador dan lainnya.24. Cabai (segar). Nilai impor US$ 360,08 ribu. Volume 281,93 ribu kg. Negara asal : Vietnam, India.25. Cabai (kering-tumbuk). Nilai impor US$ 15,00 juta. Volume  12,26 juta kg. Negara asal : India, Cina, Jerman, Malaysia, Spanyol dan lainnya.26. Cabai (awet sementara). Nilai impor US$ 1,56 juta. Volume 1,64 juta kg. Negara asal : Thailand, Cina, Malaysia.

27. Tembakau. Nilai impor US$ 371,09 juta. Volume 72,98 juta kg. Negara asal : Cina, Turki, Brazil, Amerika Serikat, Filipina dan lainnya.28. Ubi Kayu. Nilai impor US$ 38,38 ribu. Volume 100,80 ribu kg. Negara asal : Thailand.29. Kentang. Nilai impor US$ 18,18 juta. Volume27,39 juta kg. Negara asal : Australia, Kanada, Mesir, Cina, Inggris.

Dengan data yang tergambar diatas, seharusnya pemerintah menganggap kondisi saat ini adalah dalam kondisi darurat ketahanan pangan. Dan harus bertindak cepat untuk segera mengurangi ketergantungan atas import

Untuk mempercepat terealisasinya program ketahanan pangan, pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang diterapkan eksportir pangan dunia, di antaranya memberikan proteksi dan subsidi kepada petani serta produsen makanan di dalam negeri. "Tidak usah jauh-jauh, Malaysia saja masih menyubsidi sembilan bahan kebutuhan pangan pokoknya. Jadi, lebih murah harganya ketika sampai ke rakyat. Hal Ini sangat berbeda dengan di negara kita

Pemerintah diharapkan meningkatkan sektor pertanian mulai dari hulu seperti lahan, input, kredit, infrastruktur, pemberdayaan manusia hingga ke hilir yakni industri yang menimbulkan nilai tambah dan efisiensi bagi petani. Selain itu, pemerintah tidak hanya berbicara fisik atau hasil produksi pertanian. kesejahteraan petani merupakan masalah utama yang harus menjadi prioritas, guna meningkatkan daya tarik tenaga kerja untuk masuk ke sektor pertanian. Sehingga tenaga kerja yang terlibat di industry pertanian menjadi kompetitif dan produktif.  Meningkatkan produksi bukan suatu pekerjaan yang sulit, pengembangan teknologi baru dengan varietas unggul serta membudidayakannya merupakan salah satu cara meningkatkan produksi.

Apakah pemerintah Indonesia berani melakukan perlawanan terhadap WTO atau APEC atau berbagai kerjasama perdagangan dunia yang bertujuan melepas proteksi perdagangan? Selain spirit Donald Trump, sebelumnya juga tentu kita masih ingat bagaimana inggris begitu berani keluar dari kesepakatan uni eropa yang dikenal dengan brexit.

Adakah kesempatan untuk melakukan evaluasi holistic atau evaluasi partial atas poin poin kesepakatan tersebut, sangat ada. Wapres Jusuf Kalla, kamis ini 17/11/2016 berangkat ke Peru untuk dijadwalkan menghadiri Asia-Pacific Economic Cooperation Leader’s Meeting (AELM) ke-24 di Lima, Peru, Minggu (20/11/2016). Adapun kegiatan AELM tahun ini mengambil tema "Quality Growth and Human Capital Development: Foundations for Sustainable Growth in The Asia-Pacific".

Dengan  tiga isu utama yang menjadi kepentingan nasional yang perlu ditindaklanjuti di APEC. Pertama, kelanjutan pembahasan mengenai kerjasama regional untuk pembangunan di pedesaan dan pengentasan kemiskinan (rural development and poverty alleviation/ RDPA).Kedua, penerapan Cetak Biru Konektivitas APEC (APEC Connectivity Blueprint 2015-2025). Ketiga, penguatan kerja sama bidang maritim. Semoga spririt Trump yang sangat kontrarian dengan mainstream perspektif global, menjadi seberkas harapan untuk meningkatkan kesejahteraan pedesaan dan pengentasan kemiskinan, dengan lebih membuat pertanian Indonesia Berjaya.

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…