Kini Pemilik Warung Nasi Bisa Senyum Lebar

NERACA

Jakarta - Laris manis tanjung kimpul, dagangan laris duit kumpul adalah gambaran dari usaha nasi Jamblang milik pak Nur Wadi yang mampu meningkatkan omzet pendapatan rumah makannya hingga 50% sejak menggunakan gas bumi milik PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN dari tahun 2008. “Gas bumi dari PGN menjadi salah satu kunci sukses usaha saya jualan nasi jamblang. Karena memberikan penghematan cukup besar setiap bulannya," kata Nur Wahid.

Dirinya menjelaskan, berbisnis warung makan membutuhkan bahan bakar gas yang tidak pernah sedikit karena setiap kompor harus selalu menyala, selain untuk memasak juga untuk menghangatkan makanan agar masakan yang dihidangkan kepada konsumen tetap hangat. Diakuinya, besarnya kebutuhan energi gas LPG tiap harinya memaksa harus merogoh kocek dalam-dalam karena ongkos yang dikeluarkan mencapai Rp 15 juta sampai Rp20 juta jika sedang ramai. Apalagi, jumlah kompor yang harus teraliri gas atau harus menyala setiap hari sebanyak 15 unit atau berarti memiliki sebanyak 30 buah tungku yang harus beroperasi setiap harinya dengan mulai beroperasi dari am 04.00 wib hingga jam 17.00 wib.

Namun kini, sejak beralih pemakaian ke gas bumi milik PGN, kata Nur Wahid, pihaknya mampu menghemat cukup besar atau hanya mengeluarkan biaya Rp 7 juta per bulan dan biaya bisa dikontrol melalui meteran yang terpasang, layaknya memantau meteran listrik. Kata pemilik rumah makan Nasi Jamblang Ibu Nur, Jalan Cangkring 2, Cirebon, Jawa Barat ini, banyak manfaat yang didapat sejak beralih menggunakan energi gas bumi dalam menjalankan operasional bisnisnya. Selain mampu menekan efisiensi biaya, menggunakan gas bumi yang dipasok PGN mengalir terus selama 24 jam tanpa takut kehabisan atau repot angkut-angkut tabung LPG.

Tidak hanya itu saja, Nur Wahid menjelaskan untuk memperoleh aliran gas alam dari PGN tidak perlu menunggu lama dalam mengurus administrasi. Pasalnya, sekitar empat bulan sejak mengajukan pemasangan sudah bisa dirasakan. Kemudian Nur juga merasakan bahwa kualitas api yang dihasilkan lebih bagus daripada LPG, karena tekanannya rendah namun panasnya besar, sehingga resiko bocor kemudian meledak lebih kecil.

Dirinya juga mengapresiasi langkah dari PGN yang melakukan pengecekan secara rutin dan berkala untuk menjaga kualitas gas yang dihasilkan serta keamanan bagi konsumen yang teraliri gas alam. Oleh karena itu, Nur bersyukur telah menjadi pelanggan gas bumi dari PGN."Alhamdulillah bisa menikmati gas bumi dari PGN. Dulu kami hanya jualan di atas trotoar jalan, sekarang bisa beli tempat usaha yang layak dan semakin berkembang,"ungkapnya.

Apa yang dirasakan Nur Wahid dengan pengalamannya menggunakan gas bumi milik PGN, serupa dirasakan pelaku usaha lontong atau disebut kampung lontong di Banyu Urip Lor, Kelurahan Kupangkrajan, Kecamatan Sawahan, Surabaya. Disebutkan, para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) industri rumahan pembuat lontong semakin bersinar sejak PGN menyalurkan sambungan pipa gas bumi ke kampung tersebut.

Menghitung Laba

Peleh salah satu pengusaha sukses lontong di kampung lontong, Surabaya ini mengakui, dirinya tidak memungkiri, bisnisnya semakin lancar setelah mendapatkan pasokan gas PGN. Ia mengaku beruntung menjadi 100 pemasang pertama gas PGN di Kampung Lontong pada 2012 silam. Menurut Peleh, sewaktu waktu rencana awal pengaliran gas bumi ke Kampung Lontong, hanya sedikit saja pembuat lontong yang mau beralih dari gas melon ke gas pipa.”Macam-macam alasannya. Ada yang takut soal keamanan, ada yang takut kualitas apinya enggak bagus. Ada juga yang mengundurkan diri habis daftar, takut bayarnya mahal. Ada juga pembuat lontong yang enggak bisa pasang karena rumahnya bukan milik sendiri.”ceritanya. 

Namun kini, semua kekhawatiran warga, menurut Peleh, kini terbantahkan. Dari segi keamanan, Peleh menyampaikan, sejak pemasangan pipa gas lebih dari dua tahun lalu hingga sekarang, tidak ada warga pemakai gas bumi PGN yang mengeluhkannya. Soal biaya, dirinya mengungkapkan, pada waktu itu PGN hanya membebankan biaya saluran gas di dalam rumah yang besarannya tak lebih dari beberapa ratus ribu saja. Peleh mengakui, pada awal pemasangan, aliran gas sempat tidak stabil. Kondisi tersebut memang hanya terjadi beberapa hari. Setelah dikonsultasikan dengan pihak PGN, Peleh bercerita, tekanan gas akan dinaikan secara bertahap mengingat banyak sambungan pipa baru.

Dia pun mengakui, konversi gas tabung ke gas pipa berkontribusi signifikan terhadap pengembangan usaha industri rumahan lontong. Dari sisi ekonomi, dia menghitung, dengan menggunakan gas pipa, ia bisa menghemat Rp 400 hingga Rp 500 ribu per bulan. Asal tahu saja, untuk memasak lontong satu panci besar, sebelumnya dibutuhkan 1,5 tabung elpiji 3 kilogram. Sementara, Peleh menuturkan, dalam sekali produksi, ia memasak menggunakan empat panci besar, sehingga biaya yang dikeluarkan mencapai enam tabung elpiji 3 kg. Jika harga gas melon rata-rata Rp 16 ribu, pengeluarannya mengeluarkan biaya Rp 96 ribu per hari atau sekitar Rp 2,7 juta per bulan.

Cerita yang sama juga disampaikan Rohindiah (60), pemilik rumah makan padang Lado Mudo di kawasan rumah susun (rusun) Tanah Abang, Kelurahan Kebon Kacang, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dirinya menuturkan, dengan penggunaan bahan bakar gas bumi yang dikelola PGN sejak menempati rusun pada tahun 2010 sangat membantu perekonomian keluarga dengan menghemat biaya produksi untuk memasak dengan harga Rp 1.800 per meter kubik. Ia mengatakan, selama puluhan tahun warga rusun Kebon Kacang, Tanah Abang, memasak menggunakan gas bumi. Sampai saat ini, belum pernah terjadi insiden seperti kebakaran akibat gas bocor.

Menurutnya, pemakaian gas bumi merupakan pilihan tepat karena biayanya jauh lebih praktis dibanding elpiji, apalagi selama puluhan tahun menggunakan gas bumi, tidak pernah ada gangguan sama sekali.”24 jam non-stop pasti selalu ada, nggak pernah gangguan," ucapnya.

Mewujudkan senyum lebar para ibu rumah tangga dan pelaku usaha rumah makan, lantaran mampu menghembat biaya operasional sejak pakai gas bumi menjadi tekad bagi PT Perusahaan Gas Negara Tbk untuk terus membumikan pemakaian gas bumi di berbagai daerah. Saat ini, penyaluran gas bumi PGN tidak hanya konsumen industri dan rumah tangga saja, tetapi gas bumi PGN juga digunakan warung makan, rumah sakit, hotel hingga pusat perbelanjaan atau mall.”Penyediaan gas bumi PGN itu untuk seluruh segmen, mulai dari rumah tangga, warteg, restoran, hotel, industri, pembangkit listrik, bahkan sampai rumah sakit dan sekolah," kata Seketaris Perusahaan PGN, Heri Yusup.

Heri mencontohkan, beberapa rumah sakit yang menikmati gas bumi dari PGN seperti di Rumah Sakit Herna di Medan, PMI Bogor, Rumah Sakit Pelabuhan di Cirebon, Rumah Sakit Darmo di Surabaya. Untuk restoran dan warung makan banyak tersebar di Jakarta, Cirebon, Surabaya dan Medan dan banyak lagi di wilayah lainnya. Sedangkan mal contohnya seperti Grand Indonesia Mall Jakarta, Mega Mall Batam dan lainnya."Penggunaan gas bumi ini jelas membuat pelanggan PGN untung, karena harganya jauh lebih efisien dari pada BBM. Bahkan tak hanya untuk memasak, gas bumi ini juga digunakan untuk listrik di mal, air panas di hotel dan rumah sakit," tutur Heri.

Sebagai informasi, PGN akan menambah infrastruktur pipa gas bumi sepanjang 1.680 kilometer dengan proyek pengerjaan hingga 2019. Proyek pipa tersebut tersebar di berbagai daerah, di antaranya proyek pipa transmisi open access Duri-Dumai-Medan, pipa transmisi open access Muara Bekasi-Semarang, pipa distribusi Batam (Nagoya) WNTS-Pemping, dan pipa distribusi gas bumi di wilayah eksisting dan daerah baru lainnya. Nantinya, total panjang pipa gas PGN pada 2019 ditarget dapat mencapai 8.656 km. Penambahan infrastruktur gas itu, katanya, dapat meningkatkan kemampuan pemanfaatan gas bumi sebanyak 1.902 juta kaki kubik per hari (MMscfd). (bani)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…