NERACA
Jakarta----Kondisi krisis global diperkirakan takkan mampu menghempaskan capital adequacy ratio atau CAR perbankan nasional. Karena itu CAR perbankan tetap aman, yakni di atas 15%. "Berdasarkan skenario-skenario yang kita lakukan, stres testing ketika menggunakan skenario terburuk CAR perbankan masih di atas 16%," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Halim Alamsjah kepada wartawan di Jakarta,30/11.
Menyinggung masalah eksposur atau aset luar negeri dalam neraca perbankan nasional, kata Halim, komposisinya hanya 14% atau Rp93 triliun dari total aset perbankan sebesar Rp3.500 triliun. "Artinya, kalau terjadi gejolak di Eropa, perbankan kita ngga ada masalah," tambahnya
Dari 14% eksposur tersebut, hanya 3%-nya yang berasal dari Eropa. "Sisanya kebanyakan dari Amerika Serikat, Asia dan negara lainnya," tuturnya sambil menambahkan perdagangan trade financing yang dilakukan perbankan nasional lebih banyak melalui jalur perbankan Asia.
Disisi lain, Halim mengakui BI telah menyerap likuiditas perbankan nasional hingga mencapai Rp420 triliun. "Itu diluar surat berharga yang dimiliki bank nasional yang totalnya mencapai Rp250 triliun. Jadi, total likuiditas perbankan nasional sekitar Rp750 triliun," tegasnya
Menurut Halim, biaya yang dikeluarkan BI dari penyerapan likuiditas perbankan tersebut cukup mahal. "Biayanya cukup mahal sekitar Rp20 triliun sampai Rp25 triliun kita keluarkan untuk itu," tukasnya.
Saat ini, BI gencar mendorong agar uang tersebut tidak menumpuk di BI. "Bagaimana caranya uang yang banyak itu di cycle. Jangan menumpuk di BI. Tahun ini BI akan defisit Rp30 triliun sampai Rp40 triliun. Itu untuk operasi moneter," jelasnya
Yang jelas, lanjut Halim lagi , total portofolio perbankan ke luar negeri masih sangat kecil yaitu Rp 98,33 triliun atau 14% dari total kredit perbankan. Perbankan Indonesia masih mampu menghadapi kemungkinan terburuk krisis Eropa. "Kalau terjadi apa-apa di Eropa, perbankan kita masih kuat," ucapnya
Halim memaparkan, bank sentral mencatat nilai total kredit perbankan mencapai Rp 722,05 triliun. Di mana sebanyak Rp 623,72 triliun atau 86% ada di dalam negeri, sementara sisanya sebesar 14% atau sebesar Rp 98,33 triliun di luar negeri. "Dari Rp 98,33 triliun eksposur luar negeri perbankan, mayoritas berasal dari Amerika Serikat (AS), Eropa, Singapura dan Cina yang mencapai 84,52%," paparnya.
Sementara itu, dari sisi CAR alias rasio kecukupan modal juga cukup tahan terhadap kemungkinan terjadinya 100% default negara pemberi utang. Menurutnya CAR masih di kisaran 16%. "Hasil stress test BI, perbankan nasional tahan terhadap krisis global karena memiliki eksposur portofolio luar negeri yang relatif rendah," tuturnya.
Hasil stress test, lanjutnya, menunjukkan untuk default portofolio di AS, CAR perbankan masih sebesar 16,18%. Sementara bila terjadi default portofolio di Eropa, CAR perbankan masih di level 16,43%. **cahyo
NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…
NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…
NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…
NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…
NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…
NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…