Penjualan Otomotif Februari Diperkirakan Hanya 70 Ribuan Unit

NERACA

Jakarta - Penjualan produk kendaraan roda empat pada Februari 2011 diprediksi akan stagnan bila dibandingkan dengan penjualan pada bulan Januari. Data Gaikindo menunjukan, penjualan produk otomotif pada bulan Januari mencapai 73.849 unit.

Ketua III Gaikindo, Johny Darmawan mengatakan, penjualan kendaraan roda empat pada bulan Februari tidak akan berbeda jauh dengan penjualan di bulan Januari. “Masih akan berada di kisaran 70 ribuan. Ini karena pasarnya masih ada walaupun harinya sedikit lebih pendek,” katanya disela-sela peringatan ulang tahun ke 54 PT Astra Internasional di Jakarta, Senin (21/2).

Walaupun penjualan pada Januari dan Februari 2011 masih akan berada pada level 70 ribuan, namun menurut Johny hal itu belum dapat menjadi tolak ukur penjualan dalam tahun 2011. Hal ini karena masih menunggu kepastian beberapa implementasi regulasi dari pemerintah, diantaranya terkait kebijakan fiskal berupa kenaikan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), kenaikan pajak bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dan rencana penerapan pajak kendaraan secara progresif di sejumlah daerah. “Juga adanya wacana kenaikan bahan bakar minyak (BBM),” ucap Johny. 

Sementara Ketua Umum Gaikindo Sudirman Maman Rusdi bersikap sedikit pesimis. Dia mengatakan penjualan kendaraan roda empat pada bulan Februari 2011 hanya akan mencapai sekitar 65.000 unit. Angka mengalami penurunan dibandingkan bulan Januari yang mencapai 73.849 unit. Namun bila dibandingkan dengan bulan Februari 2010 masih mengalami peningkatan. Berdasarkan data Gaikindo penjualan bulan Februari 2010 mencapai 55.668 unit.

Penurunan ini, lanjut Sudirman, karena jumlah hari kerja yang lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Januari. “Tapi hingga akhir tahun kita masih optimis penjualan sepanjang tahun ini akan mencapai 800.000 unit,” kata Sudirman.

Pengaruh Krisis Timteng

Dalam kesempatan itu, Johny yang juga Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Timur Tengah tidak mempengaruhi penjualan ekspor Toyota. Hal ini karena porsi ekspor ke Timteng masih sangat kecil. Apalagi diperkirakan masalah politik Timteng tidak akan berlangsung lama.

“Konflik politik yang terjadi di Mesir tidak akan mempengaruhi ekspor. Ekspor ke sana hanya sekitar 10-20% saja,” terangnya.

Johny juga menjelaskan, untuk tahun ini porsi ekspor Toyota dalam Astra Group masih akan berada di kisaran 60-70%, baik untuk produk ekspor secara utuh atau Completely Built Up (CBU) maupun produk terurai atau Completely Knocked Down (CKD) bila dibandingkan dengan anggota Astra Group lain. “Ekspor CBU pada tahun lalu totalnya itu 80.000-100.000, porsi Toyota dari situ 60-70%,” jelas Johny.

Untuk ekspor tahun ini, tutur Dia, Toyota tetap akan mengutamakan negara-negara tujuan sebelumnya. Saat ini produk Toyota diekspor ke 27 negara, diantaranya negara-negara Timur Tengah, Asia Pasifik, Afrika, dan Amerika Latin.

Butuh 20 Ribu Karyawan

Di tempat yang sama, Division Head Human Capital Management Corporate Organization and Human Capital Development Astra Internasional David Budiono mengatakan, hingga akhir tahun 2011 Astra Internasional menargetkan akan menambah karyawan sebanyak 20 ribu karyawan.  “Peningkatannya sebesar 13,67% dibandingkan tahun lalu,” kata David.

Sampai akhir tahun  2010, imbuh David, lalu jumlah karyawan AI mencapai 145.145 orang. Pada bulan Januari 2011, jumlah karyawan AI sudah mencapai 145.700 atau mengalami peningkatan 500 karyawan. Sehingga, lanjut Dia, pada akhir tahun ini jumlah karyawan Astra akan mencapai 165 ribu orang karyawan.

David menambahkan, sekitar 3.000 sampai 3.500 orang akan direkrut dari jenjang pendidikan strata satu ke atas. Dan sisanya akan direkrut untuk jenjang D1- D3. Selain itu dalam perekrutan karyawan sendiri, Astra akan melakukan kerjasama dengan kalangan perguruan tinggi.

David menjelaskan, penambahan karyawan sebanyak 20.000 orang bertujuan untuk meningkatkan inovasi, yang pada akhirnya menumbuhkan Net Quality Income (NQI). “Pada tahun 2010 lalu NQI mencapai  Rp 4,09 triliun, meningkat fantastis, 154,4% dibandingkan periode yang sama sebelumnya Rp 1,608 triliun,” tuturnya.

Hal senada juga diungkap oleh Head of Astra Management Development Institute, Ekuslie Goestandi. Menurutnya pendapat NQI berasal dari kegiatan inovasi yang dikumpulkan dari 145 perusahaan di bawah grup Astra.

“Kita menghitung dari proyek-proyek inovasi, berapa biaya yang dikeluarkan dan berapa keuntungan komersial yang dihasilkan. Hasilnya net quality income itu tadi,” katanya.

Pendapatan ini meningkat sampai 154,4 % dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 1,608 triliun. Inovasi ini meliputi bidang sistem saran (suggestion system/SS), kompetisi improvement tingkat departemen (quality control circle/QCC), kompetisi improvement tingkat divisi (quality control project/QCP), dan kompetisi improvement tingkat perusahaan (business performance improvement/BPI).

 

Sementara itu, Chief of Corporate Human Capital Development FX Martono mengatakan, sejak dua tahun lalu, Astra fokus untuk mengembangkan integrasi bisnis (integrated business value change).

“Astra mulai melakukan integrasi untuk lini-lini bisnis yang bisa diintegrasikan. Proyek ini tidak dipaksakan atau ditargetkan, Integrasi bisnis hanya diterapkan untuk sektor-sektor yang jika diiintegrasikan akan mendatangkan keuntungan. Baik dalam hal efisiensi, penambahan keuntungan atau  peningkatan pendapatan yang signifikan,” terangnya.

Department Head of Astra Management Development Institute, Daris Rahman mengungkap, dengan adanya inovasi yang dilakukan Astra, ke depannya tidak menutup kemungkinan Astra akan memperluas portofolio bisnisnya ke bidang-bidang yang lain. Ini sebagai salah satu usaha mengembangkan bisnis Astra. Sebelumnya Astra juga merambah bisnis perbankan dengan membeli Bank Permata. “Potensi pengembangan bisa ke infrastruktur jalan misalnya," katanya.

Pembelian Bank Permata merupakan salah satu bentuk pertumbuhan anorganik karena sebelumnya Astra tidak memiliki bisnis terkait perbankan.

Sementara sebagian besar pengembangan bisnis Astra sifatnya organik. Daris mencontohkan, awalnya Astra hanya menjadi penjual alat-alat perkebunan. Namun bisnis jual-beli alat perkebunan ini berkembang cukup pesat dan melahirkan anak perusahaan baru yaitu PT. Astra Agro Lestari.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…