Dorongan Kemenperin - Kawasan Industri Perlu Bangun Pengolah Limbah Beracun

NERACA

Bekasi – Pengembangan kawasan industri di Indonesia perlu didukung dengan pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Hal ini menjadi perhatian penting bagi pengelola kawasan industri karena untuk menciptakan tata ruang dan infrastruktur yang ramah lingkungan, aman dan nyaman dalam berusaha.

“Kami terus mendorong kawasan industri untuk lebih memperhatikan lingkungan dan masyarakat sekitar. Salah satunya dengan membangun pengolahan limbah B3, karena saat ini hanya ada satu di Cibinong,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara Jababeka Tenant Award 2016 di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, disalin dari keterangan resmi.

Menperin menegaskan, adanya pengolahan limbah B3 di kawasan industri, juga akan meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan di dalamnya karena menerapkan kegiatan reduce, recycle dan recovery sehingga meningkatkan nilai tambah baik secara ekonomis maupun bagi kepentingan pengelolaan lingkungan.

“Pembangunan kawasan industri akan memacu pertumbuhan ekonomi lokal dan mampu menjawab berbagai tantangan yang ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan,” tutur Airlangga.

Terlebih lagi, lanjutnya, Pemerintah telah berkomitmen mendorong pengembangan kawasan industri sebagai lokasi investasi sektor industri, yang dirumuskan melalui Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian. “Ini menjadi payung hukum dan instrumen dasar mengenai kawasan industri yang lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri,” jelas Airlangga.

Dalam peraturan tersebut, Kemenperin akan memberikan fasiltas dan insentif berupa penyediaan infrastruktur industri, insentif perpajakan sesuai pengelompokan wilayah peruntukan industri, kegiatan logistik barang di dalam kawasan industri, pemberian kemudahan dalam pembebasan lahan pada wilayah peruntukan pembangunan kawasan industri, serta penetapan kawasan industri sebagai obyek vital nasional sektor industri.

Airlangga menambahkan, kawasan industri juga memegang peranan strategis sebagai penyebaran dan pemerataan industri di wilayah Indonesia. “Saat ini, 50 dari total 54 kawasan industri (67%) terkonsentrasi di pulau Jawa. Sementara, 23 dari total 50 kawasan industri tersebut atau (46%) berlokasi di provinsi Jawa Barat,” paparnya.

Untuk itu, Kemenperin tengah memfasilitasi pengembangan kawasan industri di luar pulau Jawa yang diarahkan pada industri berbasis sumber daya alam dengan memanfaatkan lokasi geografi yang strategis. “Diharapkan, dengan adanya kawasan industri yang tumbuh di luar pulau Jawa dapat menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru,” ungkap Airlangga.

Sedangkan, menurut Menperin, strategi pengembangan kawasan industri yang berlokasi di pulau Jawa adalah dengan mendorong pembangunan kawasan industri baru untuk industri-industri yang berteknologi tinggi. “Dan, untuk kawasan industri yang sudah ada saat ini didorong untuk fokus pada pengembangan jenis industri tertentu,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menekankan pentingnya penguatan branding produk industri dalam negeri, terutama di tengah pertarungan implementasi pasar bebas seperti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

“Dalam menghadapi MEA saat ini, kami juga mendorong pelaku industri untuk menguatkan branding¬ produknya. Hal ini menjadi penting guna meningkatkan daya saing,” kata Menperin pada Peluncuran dan Talkshow Buku Inisiatif Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Univeritas Gadjah Mada (KAFEGAMA) dengan judul “Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan, Memenangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN” di Jakarta, disalin dari keterangan resmi, akhir pekan lalu.

Menurutnya, apabila sebuah produk sudah di-branding dengan baik, maka akan memiliki nilai jual yang lebih dan membuat ciri khas tersendiri dibandingkan produk serupa lainnya. Selain itu, penguatan merek juga mampu memperluas akses ke pasar internasional.

“Kualitas produk industri kita sebenanya banyak yang bagus. Bahkan sudah ada yang menguasai pasar ekspor. Jadi, pelaku industri harus percaya diri dan kreatif dalam memberikan nama produknya,” tutur Airlangga.

Menperin pun meminta kepada pelaku industri agar membuat kemasan yang menarik dan unik sehingga mendongkrak label dan memberikan ‘ruh’ pada produk tersebut. “Kami akan fasilitasi melalui balai-balai di lingkungan Kemenperin untuk kegiatan litbang,” ujarnya.

Kemudian, diharapkannya juga, penguatan merek produk industri dalam negeri dapat mencerminkan tentang kebudayaan atau identitas nasional. Hal ini agar konsumen luar negeri dapat mengenali asal negara produk tersebut.

“Misalnya Jepang, mereka membangun industri otomotif di Indonesua untuk basis kebutuhan pasar dunia. Walaupun kandungan produknya mencapai 90 persen dari industri komponen kita, tetapi orang mengetahui brand mobil Daihatsu dan Toyota dari Jepang,” papar Airlangga.

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…