Pengaruh Profitabilitas pada Pelayanan

Oleh : Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah

Pofitabilitas dimana-mana merupakan tujuan dari sebuah aktifitas usaha yang dilakukan oleh lembaga keuangan konvensional maupun syariah, termasuk juga dilakukan oleh lembaga keuangan mikro syariah (LKMS). Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Dasar penilaian dalam profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan tersebut akan dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio tersebut digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan. Dengan analisa profitabilitas inilah, perusahaan akan memperoleh laba, baik dalam hubungan dengan penjualan, assets maupun modal sendiri.

Lantas sejauhmana profitabilitas itu mampu mempengaruhi dalam sebuah pelayanan perusahaan? Terkadang dalam sebuah penelitian yang dilakukan disebuah LKMS  seperti di Baitulmaal Waa Tanwil (BMT) yang merupakan institusi keuangan syariah kurang memperhatikannya.  Pada hal tingginya profitabilitas harus dibarengi dengan kualitas pelayanan secara penuh dan  bukan memperbesar aset pinjaman serta tingginya biaya operasional.

Maka dari itu,  kebijakan - kebijakan profitabilitas yang pengaruhnya terhadap pelayanan di BMT harus sering di evaluasi oleh pihak manajemen secara periodik sehingga nilai profitabilitas tersebut sesuai dengan harapan perusahaan. Othman dan Owen (2001) telah memperkenalkan enam dimensi untuk mengukur kualitas jasa pada lembaga keuangan syariah. Metode ini menggunakan lima dimensi yang terdapat dalam SERVQUAL dan menambahkan dimensi compliance atau kepatuhan (kepatuhan terhadap syariat Islam) di dalamnya keenam dimensi tersebut dikenal dengan CARTER model, yakni compliance, assurance, reliability,  tangible, empathy dan responsiveness (CARTER).

Dalam variabel pelayanan berdimensi CARTER, compliance (kepatuhan) didifinisikan sebagai perilaku atas kepatuhannya kepada nilai-nilai syariat Islam dalam ekonomi syariah dalam menjalankan kegiatannya.
Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan yang luas pada sumber daya insani (SDI) terhadap produk, pelayanan jasa, keramahan dan menumbuhkan kepercayaan kepada nasabah.
Responsive (daya tanggap), menyangkut kerelaan sumber daya Insani (SDI) untuk memberikan bantuan kepada pelanggan dan kemampuan untuk memberikan pelayanan secara cepat (responsif) dan tepat.Tangible (bukti fisik), menyangkut fasilitas fisik Baitul Maal Wattamwil (BMT) yang nampak, peralatan yang digunakan, serta bahan komunikasi yang digunakan oleh Baitul Maal Wattamwil (BMT). Empathy, merupakan sikap  yang menyangkut kepedulian Baitul Maal Wattamwil (BMT) terhadap maksud dan kebutuhan nasabah, komunikasi yang baik dengan nasabah, dan perhatian khusus terhadap mereka. Realibility (keandalan), merupakan kemampuan penyampaian kinerja yang telah dijanjikan kepada nasabah secara handal dan akurat, artinya nasabah dapat melihat dan memberikan kesan spontan bahwa kinerja jasa yang diberikan oleh Baitul Maal Wattamwil (BMT) terjamin, tepat, dan terasa memberikan kemudahan bagi nasabah.

Dalam pendekatan CARTER ini bisa dikorelasikan dengan profitabilitas yang ada, apakah sesunguhnya ada pengaruhnya terhadap tingkat kepuasan pelanggan yang selama ini menggunakan jasa keuangan tersebut atau tidak. Jika nilainya bagus bisa dijadikan sebuah kesimpulan dan rumusan bahwa peningkatan profitabilitas seiring dengan tingkat pelayanannya. Maka berbicara kekurangan pelayanan yang dimiliki oleh BMT bisa diukur secara regresi dari sejauhmana besarnya profitabilitas tersebut dalam perspektif CARTER. Dengan analisa yang demikian sebuah manajemen BMT bisa terus mengembangkan usahanya dengan  berorientasi pada kemaslahatan dan bukan sekedar  profit saja. Mudah mudahan analisa ini bisa dijadikan rumusan untuk memajukan BMT yang kini soko guru kekuatan ekonomi masyarakat.

 

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…