Niaga Produk Energi - Pemerintah Perlu Pertimbangkan Kenaikan Harga Solar

NERACA

Jakarta – Anggota DPR RI Bambang Haryo meminta pemerintah untuk mengelola dan menghitung ulang rencana kenaikan harga bahan bakar minyak jenis solar karena bisa memiliki dampak yang luas. Dia mengatakan bila kenaikan harga solar diberlakukan maka dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Bambang menjelaskan yang paling terpukul dengan kenaikan harga solar itu adalah sektor transportasi, terutama transportasi logistik. Efek lainnya dapat merambah ke sektor perdagangan, perindustrian, pariwisata, UKM, hingga operasional energi listrik. “Mestinya harga solar yang turun, bukan harga premium yang diturunkan,” paparnya.

Bambang menilai dengan formulasi harga BBM seperti ini, pertumbuhan diproyeksikan tidak akan mengalami kenaikan. Ditambahkannya, penurunan harga premium akan berdampak pula pada meningkatnya transportasi pribadi. Sebaliknya, penggunaan transportasi massal akan mengalami penurunan, karena masyarakat ramai-ramai menggunakan kendaraan pribadi seiring harga premium yang semakin murah. Oleh karena itu ia mengharapkan pemerintah melakukan pengkajian dan penghitungan ulang atas rencana tersebut.

Bambang Haryo mengingatkan rencana pemerintah menaikkan harga solar akan berdampak sangat luas, utamanya pertumbuhan ekonomi nasional akan terancam. “Ada banyak dampak ikutan yang akan terjadi seiring kenaikan harga solar yang akan diberlakukan pada 1 Oktober 2016. Yang paling terpukul dengan kenaikan harga solar itu adalah sektor transportasi, terutama transportasi logistik yang kian mahal. Multiplier effect-nya merambah ke sektor perdagangan, perindustrian, pariwisata, UKM, hingga operasional energi listrik. Ini semua lantaran transportasinya masih menggunakan bahan bakar solar. Aktivitas ekspor impor juga pasti terganggu,” kata Bambang Haryo.

Bambang mengatakan, alih-alih menaikkan harga solar pemerintah sebaiknya lebih menaikkan harga bensin jenis premium. “Mestinya harga solar yang turun, bukan harga premium yang diturunkan. Padahal, Pertamina sudah meraih keuntungan dari penjualan solar yang mencapai 1 miliar USD. Kalau solar dinaikkan, sama saja menjatuhkan ekonomi nasional,” tegas politisi Partai Gerindra itu.

Pemerintah lewat Kementerian ESDM akan menaikkan harga solar dan menurunkan premium. “Penurunan harga premium akan berdampak pula pada meningkatnya transportasi privat. Sebaliknya, penggunaan transportasi massal akan mengalami penurunan, karena masyarakat ramai-ramai menggunakan kendaraan pribadi seiring harga premium yang semakin murah,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral memprediksi harga bahan bakar minyak jenis premium akan turun sedangkan harga solar akan mengalami kenaikan per Oktober 2016. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja seusai rapat dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Kamis pekan lalu, mengatakan perkiraan penyesuaian harga dilakukan berdasarkan evaluasi tiga bulanan yang dilakukan pemerintah, di mana didapati ada perubahan harga rata-rata minyak dunia.

Penentuan harga BBM bersubsidi sempat ditiadakan pada pertengahan tahun karena ada hari raya Idul Fitri sehingga penghitungan tiga bulan dimulai dari Juli, Agustus, dan September. “1 Oktober itu masuk tiga bulan kami evaluasi. Ada dari rata-rata tiga bulan ada perubahan sedikit. Premium turun dan solar naik,” katanya.

Menurut Wiratmaja, pemerintah akan menunggu hingga tanggal 25 bulan ini untuk menghitung total harga penyesuaian. Ia juga mengatakan akan mendiskusikan hal tersebut kepada Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan. “Tapi dari harga minyak dunia kami hitung semuanya bahwa premium turun, solar naik. Kisarannya antara Rp300 - Rp500 per liter fluktuasi naik turunnya rata-rata segitu,” katanya.

Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik, Sofyano Zakaria, menyatakan, migrasi atau perpindahan pemakaian BBM jenis solar ke dexlite berdampak meringankan beban subsidi. “Dengan begitu, Pertamina telah bekerja keras dan mampu meringankan beban pemerintah dalam hal berkurangnya subsidi negara untuk BBM khususnya subsidi solar,” kata Zakaria.

Ia menilai, program dari Pertamina itu sudah cukup bagus menekan besaran subsidi negara untuk BBM. Berdasarkan data Pertamina, pemakaian dexlite sebesar 200.000 liter/hari atau telah meringankan subsidi BBM solar sebesar 15 persen.

Dexlite merupakan bahan bakar diesel dengan spesifikasi, kualitas, dan harga di antara Pertaminadex dan solar dengan angka cetana 51 atau lebih tinggi dari solar dengan cetana 48,” kata Manajer Pemasaran BBM Wilayah VI Kalimantan, Asep Wicaksono.

Selain itu, kandungan sulfur dexlite hanya maksimum 1.200 ppm, dibandingkan dengan solar yang maksimum 2.000 ppm, jelasnya. “Sehingga dengan karateristik tersebut dexlite sangat cocok untuk kendaraan-kendaraan diesel modern,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadhan Terus Dikawal

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. KKP menyebut bahwa…

Indonesia dan Sri Lanka Perkuat Hubungan Dagang Bilateral

NERACA Jakarta – Indonesia dan Sri Lanka meluncurkan perundingan Indonesia–Sri Lanka Preferential Trade Agreement (ISL–PTA). Penandatanganan dilaksanakan secara simultan melalui…

2023, Kontribusi Parekraf Terhadap PDB Mencapai 3,9 Persen

NERACA Jakarta – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memaparkan realisasi program…