Catchplay Incar Pecinta Film Blockbuster di RI

NERACA

Jakarta –  Distributor film regional dan penyedia layanan video on demand (VOD), Catchplay mengincar para pecinta film blockbuster di Indonesia dengan menyedian layanan film blockbuster. Catchplay menawarkan berbagai judul film terbaru, 2-3 bulan setelah tayang di bioskop, untuk dapat dinikmati para pelanggan melalui berbagai perangkat digital, sebagaimana disalin dari Antara.

“Berdasarkan riset kami, 80 persen dari nilai pasar VOD berasal dari film baru, itu sebabnya kami berkomitmen menyediakan film-film blockbuster sesegera mungkin untuk penggemar film. Dengan CATCHPLAY Anda dapat menonton film yang tak sempat Anda nikmati di bioskop, dalam kualitas HD, di semua perangkat digital,” kata CEO Catchplay Daphne Yang.

Ia menyatakan, dibandingkan dengan layanan streaming lain yang lebih banyak menyajikan film-film direct-to-video, 80-90 persen film CATCHPLAY adalah film yang belum lama tayang di bioskop. Jumlah tersebut bertambah tiap bulan.

Bahkan menurut dia, 70 persen dari film yang ditawarkan, secara eksklusif hanya ada di CATCHPLAY dan tidak dimiliki oleh layanan streaming lain. Seperti The Hunger Games, Divergent, Now You See Me, The Expendables, London Has Fallen. Juga film-film peraih penghargaan, di antaranya Room, The Imitation Game, Spotlight, Argo, Inception, 12 Years a Slave.

Selain itu, Catchplay juga memiliki fitur layanan multi-platform dengan fungsi lintas-perangkat (cross-device), pilihan menonton secara dinamis. Untuk penonton yang terkoneksi dengan komputer atau laptop menggunakan ChromeCast, dan AirPlay untuk layar lebar. Para pelanggan akan menikmati user interface yang hebat pada tiap perangkat, yang dapat dipindahkan ke ponsel, tablet, atau komputer mereka dengan mulus, bahkan di tengah-tengah film.

Masih dikutip dari laman yang sama, Kalangan produser film menyatakan, film lokal yakni film-film mengangkat tema-tema kedaerahan serta diproduksi sineas-sineas daerah di tanah air menjadi masa depan industri film di tanah air.

Avesina Soebli dari rumah produksi Falcon dalam diskusi perfilman di Jakarta menyatakan, tema-tema film yang bercerita seputar kota metropolitan Jakarta, sudah banyak diangkat ke layar lebar akibatnya penonton mengalami kejenuhan.

Indonesia, tambahnya, memiliki keragaman budaya lokal serta kekayaan cerita yang berkembang di daerah yang layak diangkat sebagai tema film layar lebar. “Ke depan film-film lokal ini yang akan menjadi masa depan film Indonesia, “ ujarnya dalam diskusi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Demi Film Indonesia (DFI).

Salah satu film layar lebar yang diproduksi sineas daerah dan mengangkat kehidupan lokal yakni “Uang Panai” yang ditayangkan di bioskop sejak 25 Agustus 2016 atau dalam waktu satu bulan mampu menarik penonton hingga 500 ribu orang.

Film “Uang Panai” yang artinya uang mahar tersebut menceritakan adat sosial di Makassar yang menetapkan tingginya mas kawin atau uang mahar itu diproduksi oleh sineas kota Anging Mamiri itu.

Amril Nuryan, produser Uang Panai menyatakan, pada awalnya hanya menargetkan perolehan penonton sebanyak 200 ribu orang namun tidak menyangka jika debut produksinya tersebut disaksikan hingga 500 ribu penonton. “Saat ini di sejumlah bioskup terutama di Indonesia Timur seperti Makassar, Bau-Bau, Kalimantan, masih menayangkan film ini,” katanya.

Dia mengungkapkan pada awal pemutarannya, film yang bergenre komedi serta menggunakan bahasa daerah itu hanya mendapatkan jatah pemutaran di 17 layar di seluruh Indonesia sementara di Makassar hanya lima layar.

Namun setelah sukses meraih penonton, lanjutnya, Uang Panai mendapatkan jatah pemutaran sebanyak 57 layar di seluruh Indonesia sedangakan di Makassar saat ini 7 layar. “Ke depan kami mengharapkan film-film di daerah akan tumbuh sehingga memperkaya film nasional,” katanya.

Pada kesempatan itu, Amril juga mengimbau agar tidak ada lagi dikotomi film lokal dengan film nasional, karena film-film yang diproduksi sineas daerah sejatinya juga merupakan film Indonesia. Sementara itu sebagai apresiasi terhadap film-film daerah, ajang penghargaan terhadap film nasional Indonesia Box Office Movie Award (IBOMA) yang tahun depan memasuki tahun ke dua akan menambahkan kategori.

“Tahun depan kami akan memasukkan kategori Film Lokal Terlaris dalam ajang IBOMA. Ini agar sineas-sineas lokal bergairan membuat film nasional dengan unsur-unsur kedaerahan,” kata Harsiwi Achmad, Board of Directors SCTV selaku penyelanggara IBOMA.

Aktor senior Roy Marten mengatakan pasar film dalam negeri saat ini masih dikuasai “kapitalis” sehingga menyebabkan industri perfilman tidak sehat.

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…