Perdagangan Dunia 2016 Diprediksi Paling Lambat

NERACA

Jakarta – WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) memperkirakan, perdagangan global akan tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan pada 2016, meningkat hanya 1,7 persen, jauh di bawah perkiraan April di 2,8 persen. Dengan memperkirakan pertumbuhan PDB dunia 2,2 persen pada 2016, tahun ini akan menandai laju perdagangan dan pertumbuhan “output” paling lambat sejak krisis keuangan 2009.

Penurunan proyeksi itu menyusul penurunan yang lebih tajam dari perkiraan dalam volume perdagangan barang-barang pada kuartal pertama, serta “rebound” lebih kecil dari yang diantisipasi pada kuartal kedua. Kontraksi didorong oleh pelambatan pertumbuhan PDB dan perdagangan di negara-negara berkembang seperti Tiongkok dan Brazil, tetapi juga di Amerika Utara, yang memiliki pertumbuhan impor terkuat dari kawasan manapun pada 2014-15, tetapi sejak itu melambat.

“Pelambatan dramatis pertumbuhan perdagangan sangat serius dan seharusnya menjadi awal kebangkitan kembali. Hal ini terutama mengkhawatirkan dalam konteks berkembangnya sentimen anti-globalisasi,” kata Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo, sebagaimana dilaporkan Antara.

Menurut dia, perlu dipastikan bahwa ini tidak diterjemahkan ke dalam kebijakan yang salah arah, yang bisa membuat situasi lebih buruk, tidak hanya dari perspektif perdagangan tetapi juga untuk penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi serta pembangunan yang sangat erat terkait dengan sistem perdagangan terbuka.

WTO memperkirakan bahwa perdagangan dapat meningkat di paruh kedua tahun ini, meskipun laju ekspansinya kemungkinan akan tetap lemah. Perkiraan untuk 2017 juga telah direvisi, dengan perdagangan sekarang diperkirakan akan tumbuh antara 1,8 persen hingga 3,1 persen, turun dari sebelumnya 3,6 persen.

Pihak WTO mengatakan prospeknya untuk sisa tahun ini dan tahun depan dipengaruhi oleh sejumlah ketidakpastian, termasuk volatilitas keuangan yang berasal dari perubahan kebijakan moneter di negara-negara maju, kemungkinan bahwa meningkatnya retorika anti-perdagangan akan semakin tercermin dalam kebijakan perdagangan, serta dampak-dampak potensial keputusan Brexit di Inggris, yang telah meningkatkan ketidakpastian tentang pengaturan perdagangan masa depan di Eropa, wilayah di mana pertumbuhan perdagangannya relatif kuat.

Dalam konteks Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia membuat peta jalan “roadmap” dalam rangka peningkatan ekspor nasional 500% dengan prediksi akan mencapai US$ 750 miliar pada 2030.

“Roadmap itu yang ingin kami tunjukkan bagaimana menggali pasar-pasar baru, melebarkan 'base' eksportir kita, melakukan diversifikasi terhadap produk-produk kita. Penekanan kami adalah indsustri yang sudah juara di lokal kemudian bisa menembus ke luar,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani.

Kadin menyatakan ada lima strategi untuk mengakselerasi peningkatan ekspor Indonesia sebesar 500 persen pada 2025-2030 dan meningkatkan kinerja ekspor yang tidak lagi bergantung pada sumber daya alam. Nilai ekspor diperkirakan dari US$ 150 miliar pada 2016 menjadi US$ 750 miliar pada 2025-2030.

“Peningkatan ekspor Indonesia melalui lima pilar utama strategi, yaitu penambahan jumlah eksportir, diversifikasi produk ekspor, pengembangan pasar ekspor, peningkatan harga ekspor, dan pengembangan ekosistem ekspor,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno.

Benny mengatakan peningkatan ekspor hingga 500 persen diharapkan dapat tercapai dalam 10-15 tahun dengan perkiraan nilai ekspor dari 150 miliar dolar AS pada 2016 menjadi 750 miliar dolar AS pada 2025-2030.

Kadin mencatat nilai ekspor Indonesia pada Januari-Agustus 2016 sebesar 91,73 miliar dolar AS menurun 10,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Akan tetapi, volume ekspor hanya menurun sebesar 3,39 persen yang artinya terjadi penurunan jauh lebih besar pada harga rata-rata ekspor.

Volume ekspor migas di Indonesia justru mengalami kenaikan 0,33 persen pada periode tersebut di saat nilai ekspor turun 33,38 persen sehingga dapat disimpulkan penurunan nilai ekspor migas disebabkan penurunan harga rata-rata ekspor. munib

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…