Selangkah, Holding BUMN Energi Diluncurkan

NERACA

Jakarta – Dibalik pro dan kontrak holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diberbagai sektor dalam rangka efisiensi dan konsolidasi penetrasi bisnis, pemerintah sepertinya tidak terlalu ambil pusing derasnya resistensi terkait rencana holding BUMN. Bahkan pemerintah menyatakan holding BUMN tinggal menghitung hari dan siap diluncurkan. Pasalnya, dari sekian sektor hanya holding BUMN energi yang diklaim sudah siap.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, perusahaan induk (holding) BUMN sektor energi nisbi paling siap dibandingkan dengan sektor-sektor lain seperti pangan, logistik, keuangan, pertambangan, dan infrastruktur.”Walaupun targetnya ada enam 'holding', belum semuanya siap. Ini persiapan Kementerian BUMN, yang sudah siap holding sektor energi dan yang relatif sudah siap perbankan dan tambang," ujarnya di Jakarta, Senin (26/9).

Sementara itu, dari enam sektor yang diusulkan, holding BUMN di sektor pangan dinilai paling lemah. Konstelasi holding di sektor pangan yang paling belum siap, padahal itu perlu sekali. Dia menyarankan pengembangan "holding" tidak perlu selesai semua karena akan memakan waktu lama, misalnya, sektor pangan yang memang membutuhkan banyak hal yang perlu direncanakan dengan matang.”Tidak harus diumumkan mulai dilaksanakan sekaligus semua. Bisa saja kalau dua yang siap ya dua, tiga ya tiga," ucap Darmin.

Dalam rapat koordinasi pembahasan perusahaan induk BUMN tersebut, pihak-pihak yang terlibat juga telah mempertimbangkan mengenai berbagai macam keuntungan dan permasalahan. Mengenai payung hukum pembentukan holding BUMN tersebut, Darmin mengatakan nanti akan ada revisi Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas. Namun, hal tersebut belum terlalu banyak dibahas dalam rakor.

Revisi PP tersebut nantinya akan menjadi referensi hukum untuk peraturan pemerintah lainnya di masing-masing sektor holding BUMN. "Mengenai PP Nomor 44 Tahun 2005, kami akan selesaikan dalam sepuluh hari ini," ujar Darmin.

Sementara itu, Menteri BUMN Rini Soemarno memastikan pembentukan perusahaan induk sektor enegi yang menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) dan PT Pertamina (Persero) segera terwujud.”Pada dasarnya secara konsep itu dapat diterima, namun ada banyak hal yang juga masih harus kami selesaikan," kata dia.

Rini mengatakan, pembentukan perusahaan induk BUMN ini sudah dibicarakan dan dibahas dengan para pemangku kepentingan serta kementerian terkait agar realisasinya dapat dipercepat sebelum akhir tahun ini. Dia menambahkan revisi PP 44/2005 akan selesai dalam sepuluh hari untuk mempercepat pembentukan holding BUMN.

Secara keseluruhan, Rini menegaskan pembentukan holding ini tidak hanya menguntungkan perusahaan induk, namun juga memberikan profit bagi BUMN yang tergabung dalam holding tersebut. Sebelumnya, Direktur Center for Energy Policy, Kholid Syerazi pernah bilang, pembentukan holding BUMN energi merupakan salah satu solusi untuk menjadikan PGN lebih efisien .

Anjloknya laba bersih PT Perusaahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) pada semester pertama 2016, kata Kholid, menjadi salah satu indikator bahwa BUMN tersebut tidak efisien dan karena pada saat bersamaan, pendapatan mereka justru mengalami peningkatan."Memang tidak efisien. Dan agar efisien, solusinya adalah melalui sinergi dimana PGN menjadi bagian dari holding BUMN di bawah Pertamina,"tandasnya.

Menurut Kholid, inefiensi tersebut disebabkan PGN mempertahankan struktur distribusi bertingkat atau berlapis, yang mana dalam hal ini, BUMN itu tidak menjual langsung kepada "end user", namun kepada trader-trader yang bertingkat, sehingga harga jual bisa sangat mahal. Akibatnya, lanjutnya, meski pendapatan PGN meningkat, namun sebenarnya banyak biaya yang dikeluarkan sehingga tidak efisien. Apalagi, trader itu bisa bisa sampai tiga lapis.

Tercatat di semester pertama 2016, laba bersih PGN turun drastis sampai sekitar US$ 7 juta atau sekitar Rp1 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, Kholid menyatakan keheranannya anjloknya laba terjadi, ketika pendapatan PGN meningkat dari US$ 1,42 miliar menjadi US$ 1,44 miliar. bani

 

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…