Pemerintah Diminta Kembalikan Fungsi Cukai - Cukai Kemasan Plastik

 

 

 

 

NERACA

Banten - Pengamat ekonomi Indef, Imaduddin Abdullah mengatakan wacana pengenaan cukai pada kemasan plastik oleh pemerintah akan membuat konsumsi masyarakat menurun. "Jika konsumsi masyarakat menurun, maka kapasitas produksi bahan baku plastik akan merosot. Dampaknya, target penerimaan negara dari cukai pada kemasan plastik tidak tercapai," kata dia saat acara workshop PT Chandra Asri Petrochemical di Anyer, akhir pekan lalu.

Pemerintah, menurutnya diharapkan mengembalikan fungsi cukai pada tempatnya yaitu menjadi pengendali konsumsi produk yang membahayakan. "Produk kemasan plastik tidak berbahaya dan kebijakan ini sangat kontradiktif," papar dia.

Lebih lanjut Imaduddin mengatakan rasio penerimaan pajak pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia masih berada di level 11%. Tertinggal ketimbang sejumlah negara tetangga yang berada di level sekitar 15%. Demi mengejar pendapatan negara, pemerintah mempunyai beberapa rencana, seperti pengenaan cukai kemasan plastik dan minuman berpemanis atau soda.

Di tempat yang sama, Human Resources and Corporate Administration, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Suryandi mengatakan. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk targetkan 50% pasar polietilena (PE) tanah air dengan pembangunan pabrik PE terbaru di Cilegon, Banten, pada pertengahan tahun depan. “Kami sudah sibuk melakukan process design package (PDP) dan pembangunan pabrik memakan waktu 2 tahun sampe dengan 2,5 tahun dan mulai beroperasi pada 2019. Pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi 400.000 ton per tahun dan memakai teknologi Unipol PE Process milik perusahaan asal Amerika Serikat, Univation Technologies LLC," kata dia.

Suryandi menyatakan, pabrik PE tersebut mengolah etilena menjadi linear low density polyethylene (LLDPE), high density polyethylene (HDPE) dan metallocene LLDPE. Selama ini, perusahaan biasa menjual kelebihan etilena ke pelanggan ritel.  "Pasca pabrik PE beroperasi, Chandra Asri akan menghentikan penjualan ritel ethylene. Tiga tahun lagi kami akan hentikan penjualan ethylene ke Lotte Chemical Titan dan Asahimas Chemical," papar dia.

Untuk kebutuhan PE dalam negeri, lanjut Suryandi, mencapai 1,4 juta ton per tahun dan perseroan menguasai 25% pangsa pasar. "Tiga tahun ke depan, ditargetkan pangsa pasar menjadi 50% dengan perkiraan peningkatan permintaan dalam setahun 7% hingga 8%. Selain pabrik PE, Chandra Asri akan menghadirkan pabrik synthetic butadiene rubber bersama dengan Michelin," ujarnya.

Chandra Asri menargetkan pencapaian pada semester II tahun ini bisa dua kali lipat dari realisasi pencapaian pada semester I tahun ini. Ditargetkan pendapatan sampai akhir tahun mencapai US$1,7 miliar dan laba bersih di atas US$200 juta.

BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…