Bertarung Strategi di Pilkada Jakarta

Oleh: Panca Hari Prabowo

Aroma pertarungan strategi di pemilihan kepala daerah DKI Jakarta semakin menguat setelah adanya kepastian siapa yang bertarung dalam perhelatan politik lima tahunan itu. Pertarungan diawali dengan pengumuman Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 20 September, sehari sebelum pembukaan pendaftaran calon kontestan pilkada Jakarta, yang mengusung pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat.

Basuki sebelumnya sudah mengantongi dukungan dari Partai Golkar dan Partai Nasdem sebelum kemudian PDIP bergabung dan memasangkan wakil gubernur DKI periode 2015-2017 itu dengan Ahok, demikian Basuki akrab disapa.

Keputusan PDIP ini meski sudah ada pihak yang meramalkan, namun juga mengagetkan beberapa pihak lainnya, mengingat Basuki sempat berencana maju dari jalur independen dan juga sudah mendapatkan dukungan dari Partai Golkar dan Partai Nasdem.

Namun Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputra memiliki kalkulasi yang berbeda dan kemudian memutuskan partai berlambang banteng itu mendukung Basuki yang menduduki kursi Jakarta 1 menggantikan Joko Widodo setelah pilpres 2014.

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, saat mengumumkan pencalonan tersebut memaparkan ada sejumlah alasan terkait keputusan partainya mendukung Ahok-Djarot dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Alasan pertama antara lain Ahok hingga saat ini merupakan petahana Gubernur DKI Jakarta yang bertugas meneruskan kepemimpinan Jokowi di Jakarta. Kedua, ideologi PDI Perjuangan merupakan Pancasila 1945 dan berkomitmen terhadap trisakti serta nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila. Bagi PDI Perjuangan nilai-nilai tersebut fundamental dan final.

Ketiga pasangan Ahok-Djarot dinilai mempunyai komitmen teguh dalam jalankan ideologi PDI Perjuangan dan bisa bersinergi dengan pemerintah pusat.
Keempat, PDI Perjuangan menilai pasangan Ahok-Djarot bisa mengimplementasikan visi-misi Jakarta baru yang sebelumnya diusung Jokowi-Ahok di Jakarta.

Hal tersebut dibuktikan dengan persepsi positif survei setahun terakhir yang menunjukkan kepuasan publik DKI Jakarta. Intinya kata Hasto, PDI Perjuangan berkomitmen bersatu dengan seluruh kekuatan rakyat.

Kubu Cikeas Selang dua hari setelah pengumuman pencalonan Basuki-Djarot untuk melaju dalam pilkada Jakarta, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono kemudian berkomunikasi dengan sejumlah partai.

Sepanjang Rabu (21/9) dan Kamis (22/9) terjadi diskusi dan pembicaraan yang alot terkait calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diajukan oleh Partai Demokrat berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional.

Berbagai spekulasi dari banyak kalangan mewarnai penantian publik atas calon yang akan diajukan oleh koalisi empat partai itu.

Kejutan kedua dalam pekan ini terjadi setelah koalisi empat partai itu mengajukan nama Mayor (Inf) Agus Harymurti Yudhoyono dan Sylviana Murni sebagai calon gubernur dan wakil gubernur dalam pilkada serentak Februari 2017 mendatang.

Banyak pihak yang terkejut karena dengan pilihan ini maka Agus, lulusan Akademi Militer Magelang 2000 harus berhenti dari karir militernya dengan pangkat terakhir Mayor. Sementara Sylviana Murni bukan nama yang asing di kalangan pegawai pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena pernah memegang jabatan strategis sejak masa Gubernur Sutiyoso.

Selain pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Dasar DKi Jakarta, Sylvi, demikian biasa dipanggil, juga pernah menjabat sebagai Walikota Jakarta Pusat. Sylviana Murni merupakan satu dari tujuh perempuan yang memegang jabatan strategis di DKI Jakarta pada masa Gubernur Sutiyoso.

Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy mengatakan calon yang diajukan merupakan pasangan ideal, kombinasi seorang (prajurit) militer dipadu birokrat berpengalaman.

Agus yang merupakan penerima Adhi Makayasa, lulusan terbaik Akademi Militer, angkatan 2000 merupakan sosok muda yang memiliki integritas dan kedisiplinan tinggi. Peraih tiga gelar master dari tiga universitas terkemuka yakni Nanyang Technological University (Singapura), Harvard University dan Webster University (Amerika Serikat) itu juga dipandang sebagai intelektual yang selama karirnya sebagai TNI sering mendapatkan penugasan di dalam maupun luar negeri.

Menurutnya, ini adalah modal dasar yang baik dengan pribadinya yang santun, ucapan-ucapan yang terukur, serta memiliki visi yang dibutuhkan warga Jakarta. Pasangan Agus-Sylviana dianggap mampu merepresentasikan warga Jakarta yang 30 persen merupakan etnis Jawa dan 24 persen adalah etnis Betawi.

Koalisi empat partai yang disebut sebagai Koalisi Cikeas mengaku optimistis bahwa Agus dan Sylviana mampu memberikan harapan baru kepada warga Jakarta.

"Soal pengalaman tidak pernah ada yang bisa dinilai dari orang baru karena memang belum pernah menduduki jabatan dalam birokrasi. Tetapi seseorang baru yang bisa dikelola adalah harapan, dan harapan 'Jakarta untuk Rakyat' itulah yang akan kami berikan kepada warga Ibu Kota," kata Romi.

Keputusan Prabowo

Gong terakhir dalam 'drama' pencalonan pasangan peserta pilkada DKI Jakarta 2017 ditabuh oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera dengan diumumkannya pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung untuk menduduki kursi Jakarta 1.

"Menjawab harapan masyarakat Jakarta dan Indonesia, kami mencari pribadi terbaik yang bersedia berbakti. Setelah berembuk cukup panjang, kami menetapkan Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno," kata Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jakarta, Jumat.

Prabowo mengakui baik Anies maupun Sandi bukanlah kader Partai Gerindra maupun PKS. Namun dia mengatakan berupaya mencari figur terbaik untuk diusung sebagai pemimpin di DKI Jakarta.

Prabowo mengatakan kedua putra terbaik ini dinilai mampu membawa DKI ke arah yang lebih baik, adil dan sejahtera, menuju Indonesia lebih baik.

Sementara itu, Presiden PKS Sohibul Imam mengatakan integritas pribadi, integritas di bidang masing-masing dan basis konstituen merupakan beberapa hal yang menjadi pedoman bagi Partai Gerindra dan PKS dalam memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.

Sohibul mengatakan integritas pribadi Anies dan Sandi selama ini cukup baik. Begitu pula dengan integritas mereka di bidangnya masing-masing.

"Jakarta bukan sekadar kota, melainkan tempat tinggal. Kami datang dengan niat untuk rakyat Jakarta, bukan sekadar kotanya," kata Anies Baswedan pada saat diumumkan sebagai calon gubernur.

Anies mengatakan bahwa jutaan orang yang hidup di Jakarta berikhtiar untuk mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, Jakarta dan rakyatnya berhak memiliki pemimpin yang manusiawi dengan kebijakan yang melindungi. Anies juga mengajak seluruh pihak untuk menyambut Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dengan gembira.

Pemilihan kepala daerah adalah festival gagasan yang harus disambut dengan gembira. "Amanat yang sudah dititipkan kepada kami, insya Allah akan dijalankan sebaik-baiknya. Mari wujudkan Jakarta lebih baik dengan bekerja sama. Bung Sandi bilang, bukan 'superman', melainkan 'superteam'," tuturnya.

Sementara itu, Sandiaga Uno mengatakan bahwa Jakarta akan mengukir tinta emas demokrasi Indonesia melalui Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 yang sejuk dan tidak memecah belah.

Pengamat politik dari Universitas Nasional Jakarta Muhammad Akhiri Hailuki menilai Pilkada DKI 2017 idealnya diikuti tiga pasangan calon kepala daerah. Selain untuk menghindarkan masyarakat agar tidak tersandera oleh "racikan" para elite politik, juga untuk menghindari polarisasi dukungan yang tajam yang berujung gesekan horizontal, kata Luki.

Luki menilai walau ini bukan pilpres, tapi karena Pilgub Ibu Kota maka harus diambil pelajaran bahwa 'head to head' malah merugikan rakyat.

Ekses polarisasi ekstrem Pilpres 2014 masih dirasakan sampai hari ini, padahal sudah dua tahun berlalu. Melihat elektabilitas Ahok yang tinggi, menurut Luki potensi untuk "head to head" sangat besar.

Namun, lanjut dia, mestinya koalisi non-Ahok tidak perlu khawatir karena beberapa survei menunjukkan elektabilitas Ahok cenderung turun. Menurut dia, apabila Pilkada DKI bisa diikuti tiga pasangan calon kepala daerah maka hal itu bukan berarti kemunduran demokrasi.

Tiga pasangan calon sudah siap mendaftar sebelum tenggat waktu pendaftaran di KPU DKI selesai Jumat (23/9) pukul 24.00 WIB.Pertarungan strategi dari ketiga koalisi partai yang mendukung para calon akan terus berlangsung hingga hari pemungutan suara.

Bisa jadi, pilkada Jakarta ini menjadi barometer untuk mengukur peta kekuatan dalam pemilu dan pilpres 2019 mendatang. Dari hingar-bingar adu strategi ini, satu hal yang tidak boleh lupa dari ingatan para elite politik bahwa seyogyanya pilkada ini untuk kepentingan rakyat Jakarta dan bukan untuk golongan atau partai tertentu semata. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…