Pernyataan Pengusaha Tebu - Pembelian Pupuk Petani Bakal Disederhanakan

NERACA

Jakarta – Asosiasi Pengusaha Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menyatakan Kementerian Perdagangan akan menyederhanakan sistem pembelian pupuk oleh petani tebu agar tidak mengganggu produktivitas gula di Tanah Air.

Ketua Umum Dewan Pembina APTRI Arum Sabil mengatakan kedua pihak sepakat untuk memangkas berbagai birokrasi yang menyulitkan petani tebu dalam mendapatkan pupuk. “Beliau sepakat akan dipangkas sistem distribusi dan aturan yang berbelit-belit. (Sistem) akan disederhanakan soal (distribusi) pupuknya,” kata Arum disalin dari Antara, akhir pekan lalu.

Arum menjelaskan sistem pembelian pupuk yang disederhanakan berpengaruh terhadap produktivitas gula dan tentunya akan mendukung rencana swasembada gula berdaya saing tinggi pada 2020.

Ia merinci sistem pembelian pupuk nantinya dilakukan melalui kelompok tani dengan pembiayaan oleh avalis pabrik gula (PG), kemudian pupuk didistribusikan langsung ke PG yang bersangkutan. “Nanti avalis pabrik gula yang bayar, petani tinggal tebus saja. Pupuk langsung didistribusikan di gudang-gudang PG, petani tinggal ambil ke gudang tersebut. Jadi tidak harus bertele-tele. Sebelumnya pelaporan ribet akhirnya petani tidak dapat pupuk,” ujar Arum.

Selain sistem pembelian pupuk yang disederhanakan, APTRI juga mengusulkan peningkatan luas areal tanam tebu menjadi 750.000 hektare (ha) dari yang sebelumnya 470.000 ha kepada Kementerian Perdagangan. Perluasan areal tanaman tebu dapat meningkatkan produktivitas tebu dari 75 ton menjadi 100 ton per hektare dan penambahan rendemen dari rata-rata 7,5 persen menjadi 10 persen.

Dengan demikian, hasil produksi gula bisa mencapai 7,5 juta ton dengan rendemen 10 persen dari 75 juta ton tebu. Menurut Arum, produksi gula yang berdaya saing selain mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, mengatasi persoalan impor gula, juga menggerakkan ekonomi masyarakat pedesaan bermata pencaharian sebagai petani tebu.

APTRI mengusulkan pada Kementerian Perdagangan adanya peningkatan luas areal lahan tanaman tebu menjadi 750.000 hektare dari yang sebelumnya 470.000 hektare untuk mewujudkan swasembada gula yang berdaya saing.

“Tadi bicara dengan pak menteri, bagaimana gula kita bisa punya daya saing, salah satunya memperluas tanaman tebu menjadi 750.000 hektare. Kami mengajak bagaimana pemerintah bisa hadir melindungi konsumen, petani dan ketahanan pangan nasional,” kata Arum Sabil.

Arum mengatakan dengan perluasan areal tanaman tebu, produksi tebu dengan varietas unggul juga dapat ditingkatkan dari 75 ton menjadi 100 ton per hektare dan penambahan rendemen dari rata-rata 7,5 persen menjadi 10 persen. Dengan perluasan area 750.000 hektare, hasil produksi gula bisa mencapai 7,5 juta ton dengan rendemen 10 persen dari 75 juta ton tebu.

Ia menjelaskan nilai investasi untuk perluasan lahan mencapai Rp12 triliun, sedangkan untuk penambahan kapasitas terpasang pabrik gula dari 245.900 TCD menjadi 700.000 TCD berkisar Rp15-20 triliun.

Menurut dia, peluasan lahan tidak memerlukan pembangunan pabrik baru, melainkan peningkatan kapasitas terpasang dengan merevitalisasi pabrik yang ada. “Kita hanya perlu menambah lahan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu dan meningkatkan rendemen. Efisien bukan hanya pabrik direvitalisasi untuk meningkatkan kapasitas, tetapi juga potensi loss bisa diminimalisasi,” ujar Arum.

Ia menambahkan jika pemerintah dan petani tebu bersama-sama meningkatkan produksi, Indonesia dapat mewujudkan swasembada gula pada 2020. Produksi gula yang berdaya saing selain mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, mengatasi persoalan impor gula, juga menggerakkan ekonomi masyarakat pedesaan bermata pencaharian sebagai petani tebu.

Harga lelang gula petani membaik ke level Rp13.000 per kilogram seiring maraknya seruan agar penegak hukum mengungkap pemburu rente fee impor gula dan melunaknya sikap pemerintah dalam menetapkan batas harga penjualan gula di tingkat konsumen.

“Setelah petani tebu meneriakkan aspirasi bahkan kemarahannya melalui wakil-wakil mereka di APTRI yang berbicara di berbagai media, kini ada secercah harapan yang muncul untuk petani tebu,” kata Sukadi Wibisono, Ketua DPD APTRI Jawa Tengah.

Sukadi menjelaskan, sejumlah indikasi menunjukkan harga lelang gula petani yang mulai membaik. Pada lelang di beberapa pabrik gula di Jawa Tengah, Kamis, misalnya, harga lelang yang pada minggu sebelumnya di level Rp11.250-Rp11.500 per kilogram, rata-rata mengalami kenaikan 16 persen di rentang Rp11.567-Rp11.875 per kilogram.

BERITA TERKAIT

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

Konsumsi Energi Listrik SPKLU Meningkat 5,2 Kali Lipat - MUDIK LEBARAN 2024

NERACA Jakarta – Guna memanjakan pemudik yang menggunakan kendaraan listrik EV (Electric Vehicle), 1.299 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum…

BERITA LAINNYA DI Industri

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

Konsumsi Energi Listrik SPKLU Meningkat 5,2 Kali Lipat - MUDIK LEBARAN 2024

NERACA Jakarta – Guna memanjakan pemudik yang menggunakan kendaraan listrik EV (Electric Vehicle), 1.299 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum…