Produksi Jeblok, Pemerintah Berencana Impor Gula di Awal 2012

NERACA

Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan produksi gula kristal putih Indonesia di awal tahun 2012 tidak akan mencukupi kebutuhan masyarakat. Pasalnya, perkiraan produksi gula kristal putih tahun ini hanya mencapai 2,3 juta ton sampai 2,4 juta ton tahun ini, jauh di bawah target produksi pemerintah sebesar 2,7 juta ton. Oleh karena itu, pemerintah berencana mengimpor gula kristal putih dari produsen di luar negeri.

Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, Kemendag masih menghitung berapa persis kekurangannya. Setelah itu, akan dicari bagaimana pemenuhannya. "Kita akan kekurangaan di awal tahun sebanyak 300 sampai 500 ribu ton. Ini masih kita hitung persisnya berapa. Masih kita cari bagaimana pemenuhannya, kemungkinan besar akan impor," ujarnya di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jum’at (25/11).

Namun, lanjut Bayu, pemerintah akan berhati-hati menetapkan kebijakan tersebut supaya tidak justru menjadi disinsentif terhadap kegiatan produksi gula pada musim giling tahun 2012. "Karena kita harus jaga jangan sampai kemudian itu justru nanti memberi sisi negatif untuk musim giling berikutnya," tambahnya.

Pemerintah biasanya menetapkan kuota impor gula berdasarkan beberapa hal, diantaranya produksi, sisa stok pada akhir tahun, kebutuhan untuk konsumsi dan industri, serta kapasitas menganggur pada pabrik-pabrik gula dalam negeri. Penghitungan ini dimaksudkan supaya impor yang akan dilakukan tidak memberikan disinsentif untuk produksi gula tahun depan. "Ini tidak sederhana tapi mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah bisa ambil keputusan untuk impor, tetapi bagaimana cara untuk impor itu saya belum bisa menjelaskan," tukas Bayu.

Impor Beras

Bayu juga mengungkapkan, pemerintah tengah berencana mengimpor 1,6 juta ton beras untuk memenuhi stok beras nasional. Permohonan tersebut salah satu berasal dari usulan Perum Bulog yang khawatir dengan dampak banjir Thailand. “Sampai dengan saat ini baru ada permohonan dari Bulog soal India dan Thailand itu,” katanya.

Bayu mempertimbangkan untuk memaksimalkan kuota impor beras sesuai hasil rakor pangan di Kementerian Perekonomian (Kemenko). Di dalam rakor tersebut disepakati rentang impor beras antara 1,5 juta hingga 2 juta ton untuk periode sekarang. “Namun yang diambil itu 1,6 juta ton. Itu masih dalam rentang pembahasan yang sudah ada,” kata Bayu.

Bayu menuturkan, sebelum masa panen tahun depan, pemerintah akan menggunakan peraturan dan kelaziman yang sudah ada. “Tentu kalau sekarang kita gunakan kelaziman peraturan yang ada harus sebelum musim panen berikutnya, tapi itu kita putuskan rakor pangan nanti,” tandasnya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…