BMKG : 29 Titik Panas Terdeteksi di Sumatera

 

 

NERACA

 

Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat terdapat 29 titik panas (hotspot) yang terpantau di Pulau Sumatera pada Rabu pagi. "Terpantau tiga hotspot di Bengkulu, Jambi satu, Sumatera Selatan 21, Babel empat sementara Riau nihil," kata Kepala Humas BMKG Hary T Djatmiko dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (31/8).

Meski nihil hotspot di Riau, namun jarak pandang di Pekanbaru tujuh kilometer, Rengat empat kilometer (udara kabut), Dumai tujuh kilometer dan Pelalawan udara kabur dengan jarak pandang lima kilometer. Pantauan cuaca di Provinsi Riau menunjukkan tiupan angin secara umum dari arah Selatan - Barat dengan kecepatan 05-15 knots (09 - 28 Km/jam).

Pada umumnya cuaca di wilayah Riau Cerah hingga Berawan. Peluang hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang diprakirakan dapat terjadi di wilayah Riau barat, tengah, selatan, pesisir timur dan sebagian wilayah utara pada siang - sore atau malam hari.

Saat ini kebakaran hutan dan lahan kembali terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air, meski begitu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan jumlah hotspot turun hingga 75 persen dibandingkan tahun lalu.

Selain itu, data dari kepolisian menunjukkan ada 498 kasus kebakaran hutan dan lahan dan khusus di Riau sebanyak 85 kasus selama patroli tahun ini berlangsung. Total lahan yang terbakar di seluruh indonesia sebanyak 88 ribu ha, kalau dibandingkan tahun lalu pada periode awal september mencapai 190 ribu ha lebih. Sedangkan di Riau menurut laporan sebelumnya hanya 3.000-an ha.

Sementara itu, Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau dan Jambi masih tinggi. Puncak potensi kebakaran diprediksi terjadi September mendatang.

"Di dua provinsi, yakni Riau dan Jambi, masih banyak material yang mudah terbakar. Karenanya, potensi karhutla di kedua provinsi sangat tinggi," ujar Sutopo. Tingginya potensi kebakaran hutan dan lahan karena kondisi cuaca saat puncak musim kemarau pada September.

Menjelang Oktober, menurut Sutopo, potensi kebakaran di kedua provinsi juga masih cukup tinggi. Selain kedua provinsi tersebut, ada beberapa daerah lain di kawasan utara garis ekuator yang juga rawan kebakaran.

Sutopo mencontohkan, di Kalimantan Barat, sebagian wilayah Kalimantan Tengah dan wilayah Kalimantan Timur, termasuk rawan terjadi kebakaran. Selain itu, enam provinsi, yakni Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sumatra Selatan masih berstatus darurat siaga kebakaran hingga menjelang akhir 2016.

BERITA TERKAIT

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Pastikan Defisit APBN Dikelola dengan Baik

  NERACA Jakarta – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memastikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terkelola dengan baik. “(Defisit)…

Kemenkeu : Fiskal dan Moneter Terus Bersinergi untuk Jaga Rupiah

  NERACA Jakarta – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan kebijakan fiskal dan moneter terus disinergikan…

Kereta akan Menghubungkan Kawasan Inti IKN dengan Bandara Sepinggan

    NERACA Jakarta – Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengungkapkan kereta Bandara menghubungkan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan atau KIPP…