Resensi Buku : - Pak Harto, The Untold Stories

Neraca. Sebuah buku yang memuat pelbagai kenangan, dengan sisi human interest yang mengental seputar mantan Presiden RI Muhammad Soeharto, kembali diterbitkan PT Gramedia dan Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP) di Jakarta, 19 November lalu. Ditulis oleh Mahpudi, Bakarudin, Dwitri Waluyo, Donna Sita Indria, dan Anita Dewi Ambarsari.

Seperti halnya dikota lainnya, Road Show and Talk Show dalam rangkaian penerbitan buku, “Pak Harto : The Untold Stories,” acara bedah buku menghadirkan Muhammad Alwi Dahlan (mantan Kepala BP7 era Soeharto), Mayjen (Purn) Issantoso (mantan ajudan Pak Harto) dan Yuddy Chrisnandi (mantan Ketua HMI yang kini bergabung dengan Partai Hanura).

Dalam perbincangan, Alwi berkisah, ketika P4 dikritik sebagai indoktrinasi orde baru, ia mengusulkan untuk mengubah format P4 dan perubahan UU Pers, “Saya yakin, Pak Harto akan terbuka dengan usulan-usulan baru, tergantung bagaimana cara menyampaikannya,” ucap Alwi. Dan ia pun senang, karena Pak Harto menyetujui format baru yang ia usulkan dan meminta dirinya agar menjadikan P4 sebagai kebutuhan setiap warga Indonesia, bukan kebutuhan pengusaha.

Bahkan dalam sebuah penataran P4 para calon anggota DPR yang sedang hangat berdiskusi, Pak Harto yang secara langsung mengikuti perdebatan hanya berkata, “Kok yang pintar-pintar itu banyak yang bukan dari Golkar ya,” ungkap Alwi meniru ucapan Pak Harto bereaksi.

Alwi pun bersaksi, ketika makan siang bersama di Bina Graha, ia hanya menyaksikan menu makan siang hanya tahu, tempe, sayur, dan tiwul yang terhidang di meja Pak Harto, lalu ia bertanya, “Loh Bapak makan ini,” kata Alwi, sementara Pak Harto hanya tersenyum. Kejadian sama pernah dialami Sumarlin mantan menteri keuangan, saat ia diajak makan bersama ke Cendana, hidangan yang tersedia hanya mie instan merk Pop Mie. Bagi Sumarlin, inilah kali pertama dirinya mencicipi Pop Mie sepanjang hidupnya, seperti diutarakan dalam bukunya.

Lain halnya diutarakan Issantoro, dalam kesaksiaanya Issantoro bertutur bahwa Ia mengenal Pak Harto sebagai pribadi yang taat beribadah. Kesibukan Pak Harto dimulai sejak pagi sekali sebelum matahari terbit, kata Issantoro, beliau selalu menunaikan ibadah sholat subuh, dan kebiasaan ini juga berlaku ketika melawat ke beberapa negara.

“Saat didalam pesawat,” kata Isaantoro berkisah, ia melihat Pak Harto gelisah sekali menanti datangnya waktu sholat subuh, sehingga sholat subuh pun akhirnya dilakukan terlalu awal. Ia tahu karena jam masih menunjukkan waktu Pukul 00.30.  Pak Harto memang selalu mengambil air wudhu jauh sebelum waktu sholat tiba.

Saat mengawal Pak Harto memancing, lanjutnya, ia terlambat mengambil air wudhu, dan baru mengambilnya setelah adzan dikumandangkan. Lalu Pak Harto berkata, “Sholatnya berapa raka’at, kok lama,” ujar Pak Harto menyindir, karena Pak Harto harus menunggu ajudannya selesai sholat.

 

BERITA TERKAIT

Love The Coopers: Kejutan untuk Klan Cooper

Film komedi barat berjudul “Love The Coopers” ini merupakan film yang berceritakan mengenai empat generasi dari klan Cooper yang datang…

Wujudkan Impian dengan Zikir 99 Asmaul Husna

Menurut etimologi,  Asmaul Husna berasal dari kata Al Asma dan Al Husna, yang artinya nama-nama yang indah. Secara istilah Asmaul…

Pride and Prejudice and Zombies

Pride and Prejudice and Zombies adalah salah satu film horor arahan arahan sutradara Burr Steers yang rilis di awal tahun…

BERITA LAINNYA DI

Love The Coopers: Kejutan untuk Klan Cooper

Film komedi barat berjudul “Love The Coopers” ini merupakan film yang berceritakan mengenai empat generasi dari klan Cooper yang datang…

Wujudkan Impian dengan Zikir 99 Asmaul Husna

Menurut etimologi,  Asmaul Husna berasal dari kata Al Asma dan Al Husna, yang artinya nama-nama yang indah. Secara istilah Asmaul…

Pride and Prejudice and Zombies

Pride and Prejudice and Zombies adalah salah satu film horor arahan arahan sutradara Burr Steers yang rilis di awal tahun…