BI : The Fed akan Hati-Hati Naikkan Bunga

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengatakan mayoritas sikap pelaku pasar masih meyakini Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve masih akan sangat hati-hati dalam melakukan pengetatan kebijakan moneter dengan menaikkan bunga acuannya. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, akhir pekan kemarin mengatakan perkembangan ekonomi AS masih belum sesuai ekspetasi dan hal itu mengarahkan proyeksi, bahwa The Fed hanya akan sekali menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini dari level terkini 0,25 persen-0,5 persen, pascapengetatan kebijakan moneter Desember 2015 lalu.

"Maka itu pernyataan The Fed beberapa waktu terakhir itu 'dovish' (mengambil risiko kecil), tapi memang ada beberapa anggota FOMC (Komite Pasar Terbuka The Fed) yang 'hawkish' (cara pandang bermanuver), saya sih melihat sebagian besar percaya AS akan menaikkan bunga dengan sangat hati hati sekali," ujar Mirza di Balai Kartini, Jakarta.

Mirza mengatakan, persepsi yang terbentuk di pasar bahwa pengetatan moneter dari AS itu akan terjadi di periode September hingga Desember 2016. Dia meyakini jika kenaikan bunga acuan The Fed hanya dilakukan sekali tahun ini, dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dapat diantisipasi. "Dan tidak apa-apa kalau naik hanya sekali," kata dia.

Gubernur The Fed Jannet Yellen dijadwalkan akan menyampaikan pidato dalam pertemuan tahunan dengan ahli-ahli moneter di Jackson Hole Symposium, akhir pekan ini. Para pelaku pasar sedang menunggu pidato tersebut yang diyakini akan memberikan sinyalemen mengenai kebijakan moneter AS di sisa 2016.

Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan sikap "wait and see" dari pelaku pasar menjelang pidato Yellen, telah memicu pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir. Namun, pelemahan rupiah tersebut, menurut Juda, masih wajar dan sesuai cerminan fundamental. "Kan kelihatan dari kawasan, Malaysia dan Thailand juga seperti itu," ujarnya.

Kondisi nilai tukar rupiah, menurut refrensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), sejak Selasa (23/8) menunjukkan pelemahan ke Rp13.216 per dolar AS dari Rp13.197 per dolar AS pada Senin (22/8). Sejak Selasa hingga Jumat ini (26/8) kurs rupiah terus bergerak di level psikoligis Rp13.200, setelah sebelumnya selalu berada di Rp13.100. Melihat transaksi antar bank di Jakarta Jumat pagi, rupiah bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi Rp13.222, dibandingkan posisi Kamis sore.

Menjelang pidato Gubernur bank sentral AS Federal Reserve Janet Yellen pada Jumat (26/8) waktu setempat membuat spekulasi kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate kian mengemuka. Para trader melihat ada kemungkinan besar The Fed menaikkan suku bunga pada September 2016 mendatang. Probabilitas kenaikan suku bunga acuan Fed meningkat menjadi 32 persen dibandingkan dua pekan lalu.

Adapun pada bulan Juni 2016 ketika Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, probabilitasnya nol. "Yellen akan mencoba menjaga kemungkinan mereka akan menaikkan di bulan September," kata Martin van Vliet, strategist suku bunga di ING Groep NV di Amsterdam seperti dikutip dari Bloomberg. Pada saat yang bersamaan, lanjut van Vliet, Yellen akan menegaskan bahwa masih banyak risiko.

Ini yang menjadi latar belakang prediksi van Vliet bahwa ada sedikit kecenderungan penyesuaian suku bunga di bulan September, dengan perbandingan 1:3. Yellen akan memberikan pidato dengan topik "The Federal Reserve’s Monetary Policy Toolkit." Ia akan fokus membicarakan tantangan yang dihadapi bank sentral AS pada era pertumbuhan yang belum nyata dan inflasi yang rendah. 

Investor akan meneliti deskripsi apapun dari komentar publik pertama The Fed sejak Juni yang akan memperjelas jika The Fed tetap di jalur untuk meningkatkan suku bunga tahun ini. Pertemuan The Fed berikutnya adalah pada 20 hingga 21 September 2016. "Jika Yellen terus menghembuskan keyakinan layaknya beberapa koleganya, maka ekspektasi pasar bahwa kenaikan suku bunga terjadi pada September 2016 akan cenderung naik mendekati 60 hingga 70 persen," ungkap Sean Keane, analis dari Triple T Consulting.

 

BERITA TERKAIT

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…

OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan pada Perempuan

    NERACA Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…

OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan pada Perempuan

    NERACA Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan…