Bank Mandiri Berencana Terbitkan KIK-EBA di 2017

 

NERACA

 

Jakarta - PT Bank Mandiri Tbk merencanakan untuk menerbitkan produk investasi berupa Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) sekitar Rp500 miliar hingga Rp1 triliun pada 2017 mendatang. "Setelah bekerjasama dengan Sarana Multigriya Infrastruktur (SMF) unutk menerbitkan Efek Beragun Aset berbentuk Surat Partisipasi (EBA-SP), kita juga berencana membuat KIK-EBA," ujar Direktur Finance and Treasury BMRI Pahala N Mansury di Jakarta, Jumat (26/8).

Ia mengatakan bahwa rencana itu seiring dengan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang relatif rendah yang nantinya akan membuat investor akan melirik produk surat berharga sekuritisasi. "Penerbitan produk itu lebih ke 'timing', BI rate sudah turun. 'Appetite' investor menjadi lebih baik, likuiditas di surat berharga cukup tinggi," katanya.

KIK-EBA merupakan unit penyertaan kontrak investasi kolektif yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan seperti surat berharga komersial, sewa guna usaha, perjanjian jual beli bersyarat, perjanjian pinjaman cicilan, tagihan kartu kredit, pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen.

Pahala N Mansury mengemukakan bahwa hingga periode Maret 2016, Bank Mandiri memiliki portofolio tagihan KPR sekitar Rp27 triliun. "Kita mempunyai portofolio KPR kurang lebih senilai Rp27 triliun. Jadi, kalau Bank Mandiri masih akan menerbitkan KIK EBA lagi nantinya cukup terbuka, karena portofolio KPR kita masih cukup banyak," katanya.

Sekedar informasi, Instrumen KIK-EBA pertama kali meluncur pada Februari 2009. Produk pertama yang diluncurkan bernama Efek Beragun Aset Danareksa SMF I - KPR BTN dengan kode ISIN DSMF01. Produk tersebut merupakan kolaborasi PT Danareksa Investment Management sebagai manajer investasi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dan PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) yang bertindak sebagai global koordinator dan pembeli siaga.

KIK EBA ini dapat diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia sejak 12 Februari 2009 dan jatuh tempo pada 10 Maret 2018. Jumlah emisi KIK-EBA ini mencapai Rp100 miliar dengan yield 13% per tahun. Portofolionya terdiri dari efek portofolio Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BTN yang terdiri atas tagihan KPR milik 5.060 debitur.

Dalam tujuh tahun terakhir, tercatat hanya ada sekitar 10 produk KIK-EBA yang diluncurkan dengan total nilai emisi sebesar Rp3,27 triliun. Hingga medio Mei 2016, Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat ada tujuh produk KIK-EBA senilai Rp2,06 triliun yang terdaftar. Manajer investasi pelat merah Danareksa Investment Management menjadi satu-satunya pengelola instrumen investasi kolektif yang berinvestasi pada aset keuangan berbentuk piutang itu.

Direktur Utama Danareksa Investment Management Prihatmo Hari Muljanto menuturkan potensi aset yang dapat disekuritisasi dengan KIK-EBA sangat besar. Yang menjadi tantangan adalah sulitnya mencari originator-originator baru. "Dan produk itu bisa jadi salah satu alternatif investasi bagi dana repatriasi," ujar Prihatmo.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menuturkan KIK-EBA lebih cocok untuk investor institusi yang tertarik pada produk investasi jenis pendapatan tetap. Pasalnya, potensi pertumbuhan return produk ini menyerupai instrumen obligasi, sehingga sulit untuk menyaingi potensi growth instrumen saham.

Tak hanya itu, aset piutang yang menjadi portofolio KIK-EBA juga masih terbatas pada aset KPR yang diterbitkan oleh sejumlah perbankan. Padahal di negara-negara yang pasar modalnya sudah maju, aset piutang kartu kredit, inventory, dan kredit kendaraan bermotor dapat dijadikan portofolio.

 

BERITA TERKAIT

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…

OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan pada Perempuan

    NERACA Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…

OJK Prioritaskan Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan pada Perempuan

    NERACA Jakarta – Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan…