Benahi Produk Lokal

Indonesia sekarang sudah masuk dalam pusaran Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang setidaknya mau tidak mau kita harus menyelamatkan hasil produksi dalam negeri. Inilah momentum yang pas untuk melakukan refleksi perjalanan panjang kemerdekaan dan setumpuk tantangan yang dihadapi ke depan. Salah satu tantangan yang sudah di dalam dekapan bangsa Indonesia adalah kehadiran pasar tunggal di kawasan ASEAN yang mulai diberlakukan awal Januari 2016.

Lantas untuk apa kita mesti repot mengantisipasi MEA? Pasalnya, pasar tunggal ini akan memangkas semua hambatan tarif dan nontarif terhadap mobilitas barang, sumber daya manusia (SDM) dan jasa. Dampaknya, persaingan akan semakin ketat di pasar domestik dengan banjirnya produk dan jasa negeri jiran. Salah satu persoalan yang dihadapi Indonesia adalah daya saing.

World Economic Forum (WEF) merilis data The Global Competitiveness Index 2014-2015, daya saing Indonesia berada jauh dibawah Singapura dan Malaysia. Hasil penelitian Bank Indonesia (BI) juga memperlihatkan daya saing perekonomian Indonesia masih tertinggal dibanding Singapura, Malaysia atau Thailand.

WEF mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu negara untuk mencapai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) per kapita yang terus menerus tinggi. Itu artinya, setiap negara harus menjaga mesin pertumbuhan ekonomi agar tetap berkelanjutan sehingga angka total PDB dan PDB per kapita tetap tinggi dari tahun ke tahun. Ada empat sumber pertumbuhan ekonomi yaitu konsumsi masyarakat (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan hasil ekspor dikurangi impor (X-M), sehingga lahirlah rumusan pertumbuhan ekonomi (Y) = C + I + G + (X-M).

Saat ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalannya dengan berbenah diri. Urusan internal dalam negeri sejatinya gawean segenap pemangku kepentingan negeri ini mulai dari masyarakat, pelaku usaha, otoritas dalam hal ini pemerintah selaku otoritas fiskal dan BI selaku otoritas moneter. Karena Indonesia memiliki jumlah populasi besar, yakni 240 juta jiwa dengan angkatan kerja produktif sekitar 56,6% yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebagai bonus demografi.

Namun di sisi lain, SDM kita juga harus dibenahi untuk membangun daya saing individu (human capital) yang unggul agar memiliki ketrampilan yang tak kalah dengan individu negeri jiran. Kehadiran MEA akan membuka selebar-lebarnya lalu lintas tenaga kerja trampil (skilled labour). Negara yang kaya raya dengan tenaga terampil akan diminati investor (I) untuk berinvestasi, dan mampu menghimpun dana (savings) lebih besar untuk membiayai pembangunan.

Pelaku usaha pun dituntut untuk juga berbenah jika tidak ingin terdampak oleh persaingan bebas. Efisiensi produksi dan kreativitas menjadi kata kunci dalam bersaing. Dari ribuan perusahaan di Indonesia, menurut majalah Forbes hanya sekitar sepuluh perusahaan lokal yang berskala multinasional alias bukan jago kandang. Lumayan, tapi masih diperlukan lebih banyak lagi perusahaan dalam skala itu. Struktur kependudukan dengan jumlah dan pendapatan kelas menengah yang terus membesar, seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai faktor keunggulan untuk bersaing.

Membangun iklim kondusif merupakan tugas pemerintah untuk menarik sebanyak mungkin investor (I) ke dalam negeri. Semakin besar arus investasi (asing/lokal) masuk akan menjadi salah satu elemen yang ikut mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Kelahiran sebuah industri akan berdampak luas terhadap penyerapan tenaga kerja dan perekonomian nasional. Upaya pemerintah dalam terus memperbaiki infrastruktur yang dikeluarkan melalui belanja pemerintah (G) pun akan menjadi faktor yang ikut meningkatkan daya saing nasional.

Bank Indonesia selaku otoritas moneter pun berperan menjaga stabilitas makroekonomi yang tercermin pada angka inflasi yang rendah sehingga membuat daya saing usaha pun semakin kompetitif. Soalnya sekarang bagaimana membangun kesadaran masyarakat untuk siap menghadapinya, dan yang tak bisa diabaikan, adalah menggelorakan nasionalisme untuk mencintai produk lokal seperti orang Korea mencintai produk dalam negerinya. Ini penting agar eksistensi industri domestik tetap terjaga sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di negeri sendiri.

Kini saatnya pelaku usaha pun ditantang untuk berjiwa nasionalis dengan berupaya mandiri, tidak bergantung pada bahan baku dan barang modal impor. Sekarang tinggal bagaimana pihak otoritas mengorkestrasi semua peserta orkes simfoni republik ini dengan senandung nasionalisme. Apakah masih relevankah membicarakannasionalisme di era globalisasi?

Menurut Guru Besar Harvard University, Leah Greenfeld, “ … ciri-ciri pertumbuhan yang berkesinambungan suatu perekonomian modern tidak berlangsung begitu saja secara berkelanjutan, pertumbuhan akan berkelanjutan justru jika didorong dan ditopang oleh nasionalisme …” Nah, meski nasionalisme tidak masuk sebagai salah satu variabel rumus pertumbuhan ekonomi, tapi merupakan kekuatan pembangunan yang tidak ada tandingannya di dunia manapun. Semoga!

BERITA TERKAIT

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

Modernisasi Pertanian

Sektor pertanian di dalam negeri memiliki peranan yang vital dalam perekonomian domestik. Sektor pertanian menjadi sektor yang strategis menyediakan bahan…

Normalisasi Harga Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

Modernisasi Pertanian

Sektor pertanian di dalam negeri memiliki peranan yang vital dalam perekonomian domestik. Sektor pertanian menjadi sektor yang strategis menyediakan bahan…

Normalisasi Harga Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…