Dunia Penjara Bagi Orang Mukmin, Dan Surga Bagi Orang Kafir

Oleh : Noor Yanto

Neraca. Negeri ini memang  sudah sedemikian rusak dalam berbagai sendi sendinya.  Kalau para penegak hukumnya  sudah dikalahkan oleh nafsu, meskipun tidak semuanya, tetapi kondisinya sudah menyebar bak wabah dan telah menghinggapi hampir seluruh daerah.  Barangkali memang persoalan mental yang menjadi penyebab utama persoalan tersebut.  Semua penegak hukum di negeri ini terjangkiti penyakit yang sama, yakni  memperjual belikan  keadilan.  Tidak di unsur kepolisian, tidak di kejaksaan, tidak di pengadilan, tetapi di hampir keseluruhan sendi sendi kehidupan masyarakat.  Memang kita tidak menyebut institusinya, melainkan hanya oknumnya, tetapi oknum tersebut  merata  di semuanya.

Ada satu kisah dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang mukmin dan Surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no. 5256).

Imam an-Nawawi rahimahullahu ta’ala berkata, “Maksudnya, setiap mukmin itu terpenjara di dunia, karena dia dilarang mengikuti hawa nafsunya dan mengerjakan yang haram dan makruh, bahkan diwajibkan menaati perintah Allah jalla wa ‘ala yang merupakan perkara berat bagi dirinya, tetapi apabila dia telah meninggal dunia, hatinya tenang karena akan memperoleh imbalan dari Allah subhanahu wa ta’ala.” (Syarah Muslim 18/93)

Dikisahkan bahwa Imam Ibnu Hajar rahimahullahu ta’ala dulu adalah seorang hakim besar Mesir di masanya. Beliau jika pergi ke tempat kerjanya berangkat dengan naik kereta yang ditarik oleh kuda-kuda atau keledai- keledai dalam sebuah arak-arakan.

Pada suatu hari beliau dengan keretanya melewati seorang Yahudi Mesir. Si Yahudi itu adalah seorang penjual minyak. Sebagaimana kebiasaan tukang minyak, si Yahudi itu pakaiannya kotor. Melihat arak-arakan itu, si Yahudi itu menghadang dan menghentikannya.

Dia berkata kepada Imam Ibnu Hajar :

“Sesungguhnya Nabi kalian berkata: “Dunia itu penjaranya orang yang beriman dan Surganya orang kafir.” (HR. Muslim). Namun kenapa engkau sebagai seorang beriman menjadi seorang hakim besar di Mesir, dalam arak-arakan yang mewah, dan dalam kenikmatan seperti ini. Sedang aku yang kafir dalam penderitaan dan kesengsaran seperti ini.”

Maka Imam Ibnu Hajar menjawab : “Aku dengan keadaanku yang penuh dengan kemewahan dan kenimatan dunia ini, bila dibandingkan dengan kenikmatan Surga adalah seperti sebuah penjara. Sedang penderitaan yang kau alami di dunia ini dibandingkan dengan yang adzab Neraka itu seperti sebuah Surga.”

Maka si Yahudi itupun kemudian langsung mengucapkan syahadat : “Asyhadu anlailaha illallah. Wa asyhadu anna Muhammad rasulullah.” tanpa berpikir panjang langsung masuk Islam.

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…