NERACA
Jakarta - Sebagaimana yang sudah diprediksikan sebelumnya, indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) awal pekan ini masih terhambat untuk melangkah menuju zona hijau yang dipicu sikap pelaku pasar yang masih menjual dibandingkan mengkoleksi karena situasi pasar global yang kembali memburuk.
Mengakhiri perdagangan Selasa kemarin, IHSG ditutup menguat 55,703 poin (1,51%) ke level 3.735,532. Aksi borong seluruh lapisan saham menjadi pemicu IHSG ditutup menguat, bahkan paling perkasa di Asia. Penguatan saham pun dipimpin oleh indeks sektor industri dan konsumer, serta tidak ketinggalan saham berkapitalisasi besar, sektor komoditas dan finansial.
Menanggapi fenomena ini, Lektor Kepala FE Universitas Pancasila Agus S.Irfani menilai, kemungkinan IHSG menembus batas psikologis bawah, 3.500, masih bisa terjadi. Dia memprediksi, IHSG pada Jumat (25/11) berada di level 3.560-3.590, serta untuk hari ini (Rabu, 23/11), IHSG mencapai level 3,700an, atau dibawah level kemarin (Selasa, 22/11), yaitu level 3,735.
Hal ini dikarenakan ketidakjelasan pola pasar global akibat krisis ekonomi Eropa. Dan, korelasinya dengan pasar modal Indonesia tidak jelas. Kemudian Agus melanjutkan, pelaku usaha dalam negeri semakin gelisah karena arus produk asing yang semakin tidak terbendung.
“Ini jelas berdampak kepada kinerja pasar modal kita. Meski begitu, fondasi ekonomi kita kuat, apalagi tertolong ekspor. Baru-baru ini kan Indonesia dapat diversifikasi ekspor ke India,” ujar dia kepada Neraca, Selasa (22/11).
Namun menurut dia, suka tidak suka, harus diakui, produk dalam negeri kurang dapat bersaing disebabkan produk asing ini harganya lebih murah dan kualitas lebih baik. Terakhir, meskipun sektor konsumtif dalam negeri tinggi yang menolong ekonomi nasional jauh dari krisis, Agus menegaskan, produk yang dibeli masyarakat adalah impor dan itu tentunya menguntungkan asing.
“Kebanyakan barang impor kita berasal dari China. Masalahnya, masyarakat kita beli barang itu (China). Kalau beli barang kita (dalam negeri) pastinya mendukung peningkatan produk domestik bruto (PDB) dong?” jelas dia.
Senada dengan Agus. Di tempat terpisah, pengamat pasar modal dari FEUI Budi Frensidy mengatakan, terkoreksinya bursa saham Indonesia memang wajar adanya. Pasalnya, semua bursa regional juga mengalami hal serupa, yaitu mengarah negatif.
“Kalau merujuk bursa regional, semua memang negatif, tetapi bursa kita yang paling sedikit,” kata Budi, Selasa. Dia menjelaskan, penyebabnya tidak lain dan tak bukan adalah krisis yang terjadi di Amerika dan Eropa. Nah apalagi saat ini, sambung Budi, kondisi zona Euro semakin tidak menentu.
Masih belum tercapainya kesepakatan kongres AS terkait pemotongan defisit anggaran senilai US$ 1,2 triliun menjadi sentimen negatif bursa global. Dengan demikian BEI juga pasti ikut sentimen negatif. ”Kita dapat pengaruh negatif dari luar negeri,” ujarnya.
Budi memprediksi, bursa kita akan terus menurun, tentu dengan merujuk keadaan bursa regional lainnya. Meski demikian , ia menolak kalau bursa saham Indonesia akan terjun bebas. “Menurun iya, tapi kalau terjun bebas, tidak. Pokoknya bursa regional menjadi patokan,” tegasnya.
Memang, pelaku pasar diperkirakan lebih mengantisipasi sentimen dari bursa global seperti perkembangan krisis utang Eropa dan kesepakatan pemotongan anggaran AS yang akan berlangsung pekan ini.
Dengan demikian, lanjut dia, jangan heran kalau saat ini para investor masih enggan meramaikan pasar modal Indonesia. Pasalnya, para investor ini ingin lihat bagaimana prospek Bursa Efek Indonesia (BEI) ke depan. “Saat ini investor masih tiarap, mereka masih wait and see,” sambung Budi.
Namun sisi lain, dirinya optimistis kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Karena keadaan BEI yang terus menurun ini diprediksi akan mulai membaik pada pertengahan Maret tahun depan. “Kuartal I-2012, saya rasa laporan keuangan akan membaik dan krisis akan segera teratasi,” tutup dia.
Jangka Pendek
Pendapat berbeda justru diungkapkan Felix Sindhunata. Kepala analis Henan Putihrai Securities ini melihat justru IHSG Jumat besok akan rebound dari market walaupun diakuinya hanya bersifat jangka pendek.
“Kalau IHSG sampai menembus level 3.500, saya tidak yakin. Kecuali ada kejadian luar biasa. Sentimen market pun masih labil karena kekhawatiran Eropa dan AS. Saya prediksi menjelang akhir pekan (IHSG) di level 3.620-3.650,” katanya. Bagaimanapun juga, Felix menegaskan bahwa nasib IHSG tetap bergantung dari berita AS dan Eropa. ahmad/ardi/bani
Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…
NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…
Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…
Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…
NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…
Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…