Berguru Dengan Bursa Malaysia - BEI Kembangkan Riset Produk Syariah

NERACA

Jakarta – Meskipun Indonesia memiliki populasi masyarakat muslim terbesar di dunia, namun faktanya kondisi tersebut tidak membuat industri pasar modal syariah ikut berkembang pesat. Malah industri keuangan syariah di dalam negeri, masih kalah dengan negara tetangga Malaysia yang dinilai cukup maju dalam pengembangan produk investasi syariah.

Maka guna mengejar ketertinggalan tersebut, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menggandeng Bursa Efek Malaysia (Kuala Lumpur Stock Exchange) untuk membangun riset dalam rangka mengembangkan produk efek berbasis syariah.”BEI dan Bursa Malaysia akan menandatangani perjanjian membuat suatu pengembangan yang dapat menjadi pusat untuk produk syariah di dunia, kita akan coba dengan membangun risetnya. Jadi kalau tanya 'equity syariah product' bisa tanya ke Indonesia dan Malaysia,"kata Direktur Utama BEI, Tito Sulistio di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, pengembangan efek syariah di industri pasar modal membutuhkan proses riset terhadap berbagai aspek dan salah satunya memiliki sinergi strategis, sumber daya manusia, hingga pengembangan serta rekomendasi produk berbasis syariah."Diharapkan Indonesia dan Malaysia menjadi pusat 'equity syariah'," ucapnya.

Dia mengatakan bahwa produk investasi syariah memiliki prinsip dasar bagi hasil yang saling menguntungkan, serta menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan.”Instrumen investasi syariah itu jangka panjang karena kalau bicara bagi hasil tidak bisa 'short term'. Walaupun ada beberapa 'handycap' dalam bagi hasil, karena bagi hasil itu asetnya dipindahin, kalau aset dipindahin maka ada pajak. Itulah gunanya BEI dan Malaysia membangun survey riset supaya kita bisa jalankan itu secara murni," kata Tito Sulistio.

Sebagai informasi, industri pasar modal syariah di dalam negeri, khususnya reksadana syariah masih belum menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Meskipun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus berbenah diri untuk meningkatkan penetrasi pasar modal syariah.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Nurhaida pernah bilang, produk reksa dana syariah di Indonesia masih belum berkembang dengan optimal. Diakuinya, memang ada keterbatasan dalam perkembangannya, mungkin karena masyarakat belum terlalu paham ada produk ini.

Kata Nurhaida, reksa dana syariah ini seharusnya dapat menjadi alternatif produk investasi yang menarik bagi para investor. Dia menyebutkan di negara-negara lain seperti Malaysia dan Inggris, produk syariahnya justru berkembang dengan pesat.”Hitungan kita di Indonesia sebenarnya potensinya besar sekali, tapi barangkali ini belum terlalu tersosialisasi dan dipahami. Barangkali ada pemikiran prinsip-prinsip syariahnya sudah terpenuhi atau belum," tuturnya.

Padahal, dalam pengaturan produk syariah sendiri, lanjutnya, sudah dibahas dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sehingga sebetulnya tidak ada masalah. Berdasarkan data OJK pada April 2016 terdapat 101 reksa dana syariah dengan jumlah nilai aktiva bersih sebesar Rp9,3 triliun, dimana pada 2011 jumlahnya hanya mencapai 50 reksa dana dengan nilai aktiva bersih sebesar Rp5,5 triliun.

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki posisi bersaing yang kuat untuk dapat menjadi hub perdagangan produk keuangan syariah termasuk reksa dana syariah global. Produk reksa dana syariah sendiri telah ada sejak tahun 1997, namun hingga saat ini nilai aktiva bersih bagi reksa dana syariah di Indonesia baru mencapai 7% dari Malaysia. Meskipun saat ini, sudah ada produk reksa dana syariah berbasis saham global sebagai tindak lanjut dari kebijakan OJK yang mengizinkan manajer investasi menerbitkan produk  syariah berbasis 100% efek ke luar negeri. Tetapi faktanya dana kelola reksa dana syariah masih saja susut. OJK mencatat, total dana kelolaan reksadana syariah turun Rp 1,85 triliun dari Rp 11,16 triliun di akhir 2015 menjadi Rp 9,31 triliun pada 20 Mei 2016.(bani)

BERITA TERKAIT

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…