Kenaikan NPL Perbankan Patut Diwaspadai

 

 

NERACA

 

Semarang - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional III Jawa Tengah dan DIY menyatakan kenaikan non performing loan (NPL) atau kredit macet pada perbankan harus diwaspadai. "Berdasarkan data, level NPL per bulan Mei 2016 sebesar 3,77 persen. Angka ini meningkat dari NPL pada bulan Desember 2015 sebesar 3,23 persen," kata Kepala OJK Kantor Regional III Jawa Tengah & DIY Panca Hadi Suryatno di Semarang, Senin (25/7). 

Jika dibandingkan dengan bulan sama tahun sebelumnya, kata dia, kenaikannya lebih besar, yaitu dari 3,12 persen. Secara rupiah, per Mei tahun ini angka NPL mencapai Rp9.028 miliar atau meningkat dibandingkan bulan Desember tahun lalu sebesar Rp7.525 miliar dan pada bulan Mei 2015 sebesar Rp6.744 miliar. "Melihat kenaikan ini semua pihak, khususnya dari perbankan, baik bank umum maupun BPR, harus menjaga dan mewaspadai," katanya.

Ia menilai ada kemungkinan kenaikan NPL tersebut disebabkan oleh karakter nasabah BPR. "Bisa jadi ini karena karakter nasabah BPR. Sebagian besar nasabah BPR 'kan usaha mikro, biasanya mereka ini ada sedikit kelemahan," katanya. Salah satu kelemahan nasabah BPR yang masih sering dijumpai, menurut dia, adalah pelaku usaha masih menggabungkan keuangan dalam usaha dengan kebutuhan pribadi.

Kondisi tersebut berdampak pada tidak profesionalnya pengelolaan keuangan, akibatnya bisa sampai terlambatnya membayar kewajiban kredit. "Dalam hal ini kami sangat mengapresiasi BPR yang kinerjanya bagus bahkan terus meningkatkan kinerjanya, termasuk mengurangi angka NPL," katanya.

Dalam kesempatan sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad mengatakan, pengawasan secara intensif telah dilakukan sejak beberapa bulan ini. NPL merangkak naik karena pertumbuhan kredit yang melambat. "Jadi saya pikir itu suatu yang diantisipasi sebelumnya. Kami rasa itu angka yang relatif wajar. Karena kan pelemahan ekonomi, bukan hanya satu atau dua bank, semua bank kita awasi lebih dekat," ujar Muliaman.

Muliaman mengatakan, dengan pengawasan intensif tersebut pihaknya pun mengetahui penyebab kenaikan rasio NPL. Kemudian ia telah menegaskan kepada perbankan agar berkomitmen untuk segera mengatasi hal tersebut. "Kita minta komitmennya, upaya apa yang mau dilakukan oleh masing bank. Termasuk membentuk cadangan yang memadai, agar kemudian sudah dialokasikan coverage ratio nya untuk menutupi risiko yang mungkin muncul," jelasnya.

Salah satu bank pelat merah yang memiliki rasio NPL yang menyentuh angka 3 persen pada Semester I 2016 adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. Penyebabnya, salah satu debitur besar yaitu Trikomsel mengalami kredit macet sehingga harus direstrukturisasi. "Semester kemarin NPL 3 persen. Namun demikian ada satu debitur besar, Trikomsel, tidak bisa dipertahankan, harus di-downgrade Rp 1,3 triliun," ujar Direktur Utama BNI Achmad Baiquni.

Baiquni menjelaskan, NPL 3 persen pertengahan tahun ini lebih tinggi dari akhir tahun lalu 2,7 persen. Diperkirakan NPL di perseroan akan semakin menurun ke depannya. Untuk mengatasinya, perseroan sudah mulai melakukan penelitian mendalam terkait sektor industri yang berpotensi meningkatkan NPL. Perseroan juga menerapkan dua strategi yakni kebijakan konservatif dan proaktif.

Kebijakan konservatif yaitu melakukan restrukturisasi kredit apabila melihat sumber kenaikan NPL. Sedangkan kebijakan proaktif dilakukan dengan meningkatkan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). "Kebijakan konservatif, kita lihat kredit yang akan buruk kualitasnya secepat mungkin kita lakukan structuring. Kebijakan proaktifnya, kita bentuk cadangan untuk persiapkan NPL dari coverage ratio 130 persen jadi 138 persen hingga akhir tahun, sekarang naik lagi 140 persen dan akhir tahun ini 142 persen," katanya.

 

 

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…