Banyak Menderita Kerugian - Trans Power Marine Pangkas Capex

NERACA

Jakarta -  Masih anjloknya harga minyak dunia dan belum adanya perbaikan harga komoditas, seperti pertambangan memberikan dampak signifikan terhadap kinerja keuangan emiten pelayaran dan termasuk PT Trans Power Marine Tbk (TPMA).

Lantaran membukukan kinerja keuangan negatif di tahun lalu, perseroan menyatakan tak akan terlalu ekspansi tahun ini. Untuk itu, perseroan hanya menganggarkan dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 2,5 juta di tahun ini.

Presiden Direktur PT Trans Power Marine Tbk, Ronny Kurniawan menyebutkan, anggaran capex perseroan di tahun ini memang mengalami penurunan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar US$ 3,2 juta.”Penurunan anggaran capex di tahun ini karena pelemahan ekonomi global yang masih belum pulih sepenuhnya. Jadi kami tak melakukan pembelian kapal," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Ronny mengungkapkan, hingga Maret 2016 perseroan baru menggunakan dana capex sekitar US$ 1 juta. Dana tersebut digunakan perseroan hanya untuk melakukan maintenance atau perawatan kapal yang telah dimiliki perseroan."Sedangkan untuk pembelian armada baru, belum ada rencana mengingat kondisi yang tidak begitu kondusif saat ini,"kata Ronny.

Selain itu, lanjut Ronny, perseroan juga tidak memproyeksikan kinerja pertumbuhan yang tinggi. Paling tidak, perseroan bisa meraih kinerja yang stabil seperti yang telah dicapai hingga akhir 2015.”Tahun ini tidak memproyeksikan pertumbuhan, karena ekonomi dalam negeri, harga batu bara, dan kurs rupiah yang belum stabil. Untuk growth mempertahankan seperti tahun lalu lah,"ungkap Ronny.

Tercatat dalam tiga bulan tahun 2016, perseroan mengalami penurunan kinerja yang luar biasa. Posisi pendapatan usaha turun dari US$ 13,76 juta di kuartal I-2015 menjadi US$ 7,42 juta. Posisi laba pun menurun dari US$ 742,41 ribu menjadi US$ 421,54 ribu. Penurunan kinerja keuangan juga dialami perseoan sejak akhir 2015.

Disebutkan, posisi pendapatan menurun dari US$ 72,52 juta di 2014 menjadi US$ 50,38 juta di 2015. Laba bersih pun terseok-seok menjadi US$ 2,03 juta, dari posisi akhir US$ 12,01 juta. Perseroan menyebutkan, pelemahan ekonomi global, gerak rupiah yang belum kondusif, hingga harga batu bara yang belum memuaskan menjadi beberapa faktor penurunan kinerja perseroan.”Kondisi penurunan kinerja perseroan juga banyak karena fluktuasi nilai rupiah yang masih terjadi, dan dari ekonomi global," tutur Ronny. (bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…