Perdalam Pasar Keuangan, BI Siapkan Aturan

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan peraturan tentang pasar uang yang menjadi landasan bagi perbankan dan korporasi nonperbankan untuk menerbitkan beragam instrumen utang sejalan dengan upaya untuk memperdalam pasar keuangan.

"Jadi dimungkinkan instrumen yang dikeluarkan korporasi nonbank, seperti instrumen 'commercial paper', surat utang jangka menengah atau medium term notes/MTN, yang bisa juga diperdagangkan di pasar uang," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di sela peluncuran Buku Kajian Stabilitas Sistem Keuangan di Jakarta, Senin.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai pasar uang tersebut, ujar Agus, masih dibahas dan kemungkinan akan dikeluarkan pada akhir Agustus 2016. "Ini memang regulasi yang sudah lama perlu kita wujudkan. BI perlu satu regulasi sehingga menjadi jelas bagaimana pasar uang itu berjalan," ujar Agus namun masih enggan menjelaskan detil PBI tersebut. Sebelumnya, Bank Sentral mendorong korporasi BUMN untuk lebih aktif dalam menyerap pendanaan melalui penerbitan obligasi di pasar uang.

Berdasarkan data BI, hingga 2015 korporasi baik perbankan dan nonperbankan Indonesia masih sangat minim dalam menerbitkan obligasi. Penerbitan obligasi dan instrumen utang lainnya juga diharapkan lebih semarak untuk menampung dana hasil repatriasi dari penerapan pengampunan pajak. Hingga 2015, nilai pasar obligasi korporasi di Indonesia hanya 2,2 persen dari Produk Domestik Bruto. Bank Sentral melihat idealnya nilai pasar obligasi korporasi dapat mencapai 17 persen terhadap PDB di 2030.

Nilai obligasi korporasi yang diterbitkan pada 2015 mencapai Rp52,9 triliun dengan total 38 penerbitan. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia tertinggal jauh. Nilai pasar obligasi Filipina misalnya mencapai 5,8 persen terhadap PDB, Singapura (32,4 persen), Thailand (17,4 persen) dan Myanmar (41,5 persen).

Sebelumnya, Direktur Pengelolaan dan Pengembangan Moneter Bank Indonesia Pribadi Santoso mengatakan, BI sudah memperkirakan sejak awal tahun kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada Juni mendatang seiring pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen beberapa waktu lalu.

Pernyataan Yellen itu menimbulkan reaksi di kalangan investor. "Tapi itu tidak berpengaruh terlalu dalam pada konteks proyeksi. Kita sudah hitung di awal tahun. Kalau ngaruh ya ngaruh, tapi kalaupun terjadi reaksi masih managable," ungkapnya. Menurut Pribadi, pernyataan Yellen dan jajaran pejabat The Fed lainnya pada tahun ini memang sedikit membingungkan. Awal tahun, kenaikan suku bunga dimungkinkan baru terealisasi pada semester II, karena data ekonomi AS tidak sesuai proyeksi.

Kemudian, sambung Pribadi, pada April arah The Fed berubah, dibarengi Investor ikut memberikan reaksi dengan menarik dana dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Tidak lama kemudian rupiah cenderung melemah dalam tiga pekan terakhir, mengikuti kondisi mata uang negara lain. "Awalnya The Fed ngomong kenaikan akan gradual. Mereka masih mencermati espektasi investor, impact-nya seperti apa. Kalau oke-oke saja bisa Juni, kalau nggak, mungkin Juli atau September," urainya.

Dengan kenaikan suku bunga AS, biasanya akan diikuti dengan suku bunga negara lain untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil. Akan tetapi, BI sebenarnya sudah mempersiapkan lebih dulu sejak beberapa bulan lalu. "Kalau suku bunga The Fed naik, maka akan ada capital outflows, dan rupiah tertekan, BI intervensi, tarik likuiditas, pasarnya ketat. Tapi BI sudah menurunkan BI rate jauh-jauh hari, pelonggaran sudah dilakukan. BI sudah antisipasi karena Fed Fund Rate naik itu sebuah keniscayaan," kata Pribadi.

 

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…