DELAPAN BUMN SEPAKAT PAKAI LINDUNG NILAI (HEDGING) - Tren Pelemahan Rupiah Sementara

Jakarta - Bank Indonesia menilai tren pelemahan rupiah belakangan ini bersifat sementara, dan murni akibat sentimen global. Ini disebabkan faktor utama masih berasal dari Amerika Serikat, dimana The Fed mengindikasikan untuk kembali menaikkan suku bunganya antara Juni-Juli tahun ini. Sementara delapan BUMN menjalin kerja sama dengan tiga bank BUMN menerapkan jurus lindung nilai (hedging) untuk mengantisipasi fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.

NERACA

"Yang saya bisa katakan kondisi nilai tukar yang relatif lemah sepenuhnya karena statement kuat dari pejabat The Fed yang meyakini di Juni atau Juli akan naikan rate. Sentimen itu berdampak ke stabilitas sistem keuangan dunia karena banyak yang merespon,” ujar Gubernur BI  Agus DW Martowardojo di Gedung Bank Indonesia, Rabu (25/5).

Hal itu juga didukung dengan sentimen dari daratan Eropa‎ yang tengah digaduhkan dengan rencana United Kingdom (UK) pisah dari Uni Eropa. Isu tersebut, menurut Agus, juga mampu mempengaruhi liquiditas di negara-negara berkembang.

Namun, hal itu nampaknya mulai sedikit pudar mengingat beberapa pernyataan pejabat Eropa dan UK mengindikasikan rencana pisahnya UK mulai kendur. "Tapi yang baru kita ikuti berita baik dari UK, yang kelihatannya kecenderungan Inggris tetap di EU semakin tinggi. Itu menimbulkan kepastian," tegas Agus.

Fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan memang terus tertekan sepanjang pekan ini. Pada perdagangan kemarin (25/5) rupiah sempat menyentuh level Rp 13.700 per US$.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu, rupiah dibuka di level 13.618 per US$, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di 13.638.  Rupiah sempat menyentuh angka 13.703 per US$. Rentang pergerakan rupiah sejak pagi hingga siang hari kemarin di kisaran 13.596 hingga 13.703 per US$.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah ke level Rp 13.671 kemarin, lebih tinggi dibandingkan sehari sebelumnya Rp 13.606 per US$.

Aspek Kehati-hatian

Di sisi lain, untuk  meningkatkan aspek kehati-hatian (prudent) mengelola mata uang valuta asing, BI mendorong BUMN agar menggunakan strategi lindung nilai (hedging).

Dengan disaksikan Gubernur BI, delapan BUMN yang melakukan MoU dengan  tiga bank BUMN. Mereka adalah PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero), Perum Badan Urusan Logistik, PT Pelabuhan Indonesia II, PT Pelabuhan Indonesia III, Perum Peruri, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dan PT Semen Baturaja. Mereka mendukung mendukung penggunaan transaksi hedging, melalui penandatanganan FX line.

Menurut Agus, penandatanganan ini merupakan langkah yang sangat positif bagi peningkatan kesadaran dunia usaha dalam melakukan hedging. Pelaksanaan hedging tersebut dapat meningkatkan daya tahan perusahaan BUMN terhadap gejolak yang mungkin terjadi di pasar keuangan.

Penandatanganan FX line ini merupakan kelanjutan dari rangkaian program hedging BUMN yang telah dilaksanakan sejak tahun 2014 lalu. Kali ini, dilakukan penandatanganan FX Line senilai total US$1,92 miliar, yaitu dengan Bank BRI sebesar US$750 juta, Bank BNI sebesar US$619 juta, dan Bank Mandiri sebesar US$555 juta.

 “Tentu kami sangat sarankan valas dari BUMN itu tidak dilakukan melalui pasar spot. Makanya hedging ini menjadi penting untuk membuat perusahaan terkelola dengan baik dan risikonya semakin rendah,” ujarnya.

Agus mengatakan, pelaksanaan hedging ini dapat meningkatkan daya tahan perusahaan BUMN tersebut terhadap gejolak yang mungkin terjadi di pasar keuangan.

Dalam lima tahun terakhir, menurut Agus, jumlah transaksi lindung nilai terus mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari peningkatan porsi transaksi derivatif di pasar valas domestik dibandingkan total transaksi valas yang mencapai 40%n pada tahun 2016, dibandingkan 35% pada tahun lalu.

“MoU ini menjadi yang kedua kalinya, tahun lalu dengan PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero). Fasilitas hedging terus kami koordinasikan ke semua pihak terkait, termasuk dengan BPK dan KPK,” ujarnya.

Agus berharap, penandatanganan fasilitas hedging ini dapat memicu pelaksanaan transaksi lindung nilai oleh korporasi lainnya, baik itu di lingkungan korporasi BUMN maupun korporasi swasta secara umum.

“BI terus mendorong agar sektor perbankan meningkatkan pengembangan produk derivatif untuk tujuan hedging. Peningkatan hedging ini dapat mendukung stabilitas makroekonomi dan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Selama ini, kata dia, kebutuhan BUMN terhadap pendanaan memang tinggi, termasuk dalam mata uang valas. Untuk itu, menurut Agus, harus dipersiapkan lebih matang agar lebih efisien.

Penandatanganan fasilitas hedging ini diharapkan dapat memicu pelaksanaan transaksi lindung nilai oleh korporasi lainnya, baik itu di lingkungan korporasi BUMN maupun korporasi swasta secara umum. Peran perbankan pun diharapkan semakin meningkat dalam mendorong pendalaman pasar derivatif.

Segala upaya tersebut pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pasar keuangan dan perekonomian nasional terhadap gejolak nilai tukar, serta membantu pencapaian stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan nasional.

Ini merupakan respon terhadap perbaikan kondisi perekonomian di Amerika Serikat  yang juga mempengaruhi perubahan alokasi investasi dari investasi di negara berkembang beralih ke Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia setidaknya perlu mengantisipasi agar kondisi perekonomian dalam negeri tetap kondusif.

Salah satu caranya untuk memitigasi risiko ketidakpastian ini yaitu dengan melakukan lindung nilai. Hedging masih kurang populer di kalangan bisnis Indonesia. Umumnya yang melakukan hedging ini adalah pihak swasta. Sedangkan BUMN masih takut dengan risiko jika melakukan hedging. Peraturan perundang-undang yang belum komprehensif mengatur tentang heding menjadi alasan utama sebagian besar BUMN enggan melakukan hedging. Disamping itu, pasar keuangan Indonesia yang masih dangkal juga ikut andil dalam perkembangan hedging di Indonesia.

Sebelumnya ketakutan BUMN dalam melaksanakan hedging yang disebabkan belum jelasnya aturan mengenai kerugian yang ditanggung oleh BUMN, akibat selisih nilai hedging dengan nilai spot market yang nantinya akan diakui sebagai kerugian negara, menjadi utang pemerintah untuk diakomodir dalam suatu aturan maupun kebijakan.

Permasalahan lainnya terkait hedging diantaranya belum adanya kesepahaman mengenai posisi hedging antar pelaku ekonomi terutama perusahaan milik negara menjadi tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemegang kebijakan terkait perdagangan, BUMN, serta moneter. Terutama Dukungan dari semua otoritas tersebut harus mampu membantu mewujudkan pasar keuangan yang dalam dengan pilihan instrumen yang luas. Sehingga diharapkan kesepahaman ini akan memberi kesempatan kepada perbankan sebagai transmisi likuiditas untuk bergerak lebih leluasa.

Kondisi pasar uang yang dangkal saat ini dapat terlihat dari kondisi pasar nasional yang masih rentan dengan pengaruh keadaan ekonomi global. Menurut survei Bank for International Settlements (2014), rata-rata volume transaksi valas di Indonesia berkisar US$ 5 miliar per hari, lebih rendah dari sejumlah negara di kawasan, seperti Malaysia dan Thailand yang telah mencapai US$ 11-13 miliar per hari, Turki US$ 27 miliar, Korea Selatan US$ 48 miliar, dan Singapura US$ 383 miliar per hari. Transaksi antarpelaku di pasar domestik juga masih didominasi oleh transaksi spot, dengan pangsa mencapai 67% dari total transaksi.

Adalah Bank Indonesia menginisiasi akselerasi pendalaman pasar sejak 2012. Tiga sasaran jangka pendek dipatok. Yaitu, membuat transaksi valuta asing lebih efisien dan murah, memberi pilihan instrumen yang beragam, serta memperbanyak jumlah pelaku pasar untuk meningkatkan daya serap pasar menghadapi penawaran dan permintaan1. Langkah pendalaman pasar keuangan di Indonesia sudah berjalan, namun belum berjalan dengan cepat. Karena itu, Bank Indonesia berupaya melakukan percepatan-percepatan pendalaman pasar. Langkah pendalaman pasar keuangan diharapkan dapat menyerap lebih banyak aliran dana yang masuk Indonesia. bari/mohar/fba

 

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…