Kembali Terdesak

 

Oleh: Ambara Purusottama  

Prasetiya Mulya School of Business and Economics

Beberapa indikator pasar belakangan terlihat lesu. Rupiah kembali melemah setelah sebelumnya sempat terapresiasi. Indikator pasar lain seperti IHSG pun juga tidak ketinggalan ikut-ikutan melorot padahal beberapa bulan lalu sempat menyentuh angka tertinggi dalam setahun terakhir. Faktor penyebabnya tidak lain adalah dinamika ekonomi global. Harus diakui sampai saat ini faktor eksternal masih tetap membayangi perekonomian nasional.

Isu kenaikan suku bunga acuan AS menjadi isu terpanas yang menghiasi situasi perekonomian global saat ini. Memang isu kenaikan suku bunga acuan tersebut bukanlah cerita baru. Seperti diketahui aksi tersebut sempat tertunda sekian lama. Oleh karenanya, isu kenaikan sejatinya hanya tinggal menghitung waktu. Hal ini mengacu pada kondisi perekonomian yang dilansir pemerintah AS dimana sudah menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Akhirnya, kenaikan suku bunga menjadi pilihan logis pemerintah AS untuk mendorong perekonomiannya kembali ke sedia kala.

Tidak kalah kencang, belakangan isu keluarnya Inggris Raya dari Uni Eropa pun semakin marak. Istilah ini lebih dikenal dengan istilah “BREXIT” yang merupkan singkatan dari British Exit. Isu tersebut suka tidak suka mempengaruhi pergerakan perekonomian. David Cameron, Perdana Menteri Inggris, dalam kampanyenya pada saat pemilihan sempat mengutarakan adanya referendum untuk menentukan status persekutuan negara tersebut di Eropa. Beberapa ahli negara tersebut juga mengamini karena Inggris dianggap tidak mendapatkan banyak keuntungan dari persekutuan yang dilakukan. Referendum ini nantinya akan berlangsung pada 23 Juni.

Perlambatan ekonomi yang berkepanjangan semakin memperburuk situasi. Terutama melambatnya negara-negara berkembang yang dianggap sebagai penggerak perekonomian, seperti Cina dan India. Implikasinya, proyeksi pertumbuhan ekonomi RI berkali-kali disunat dan bahkan membuat risiko negara ini menjadi lebih tinggi dari sebelumnya. Di sektor keuangan, perlambatan ekonomi membuat status perbankan nasional mulai waspada. Rasio non-performing loan terlihat mengalami peningkatan. Risiko gagal bayar pun kini menghantui.

Situasi semacam ini memang sulit untuk dihindari. Ketergantungan dari luar yang begitu tinggi membuat posisi negara ini menjadi serba salah. Untuk mengurangi ketergantungan dari luar, pemerintah saat ini sedang gencar menggenjot ekonomi yang bersumber dari dalam negeri. Tujuan proram yang ada untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, lebih stabil dan lebih berdaya tahan. Pemerintah mencoba menggunakan berbagai instrumen kebijakan untuk keluar dari masalah terjadi.

Pemerintah pun kini dihadapkan pada pilihan yang teramat sulit. Instrumen kebijakan yang nantinya akan diambil bagaikan dua sisi mata uang, selalu ada yang dikorbankan. Respon menaikkan suku bunga acuan akan dapat menahan gejolak eksternal untuk sesaat namun akan cenderung mengorbankan pertumbuhan ekonomi domestik yang saat ini justru sedang gencar dilakukan. Sebaliknya, tidak merespon suku bunga acuan bukan tanpa masalah. Kegaduhan akan terjadi di pasar meskipun bersifat sesaat. Respon bijak pemerintah akan ini menjadi kunci menghadapi persoalan yang terjadi.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…