Dampak Aturan Baru Fraksi Saham - Frekuensi Perdagangan Diklaim Tumbuh 5%

NERACA

Jakarta - Diberlakukannya aturan baru fraksi harga saham awal Mei lalu, kembali diyakinkan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal meningkatkan rata-rata frekuensi perdagangan harian di pasar modal. Meskipun dampak tersebut tidak bisa dirasakan secara langsung.”Saat ini frekuensi perdagangan sudah naik sekitar 5% lebih sejak penerapan fraksi harga saham yang baru. Target kami, rata-rata frekuensi perdagangan mencapai 250.000 kali transaksi pada tahun 2016 ini," kata Direktur Utama BEI, Tito Sulistio di Jakarta,kemarin.

Menurut dia, fraksi harga saham merupakan komponen struktur mikro pasar modal yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan likuiditas saham. Perubahan fraksi harga yang baru diharapkan dapat mendukung target-target regulator pasar modal Indonesia tahun 2016 ini.

Dia mengemukakan, saat ini rata-rata frekuensi perdagangan efek di BEI mencapai 235.000-240.000 kali transaksi, naik dibandingkan pada tahun 2015 lalu 220.000 kali transaksi. Diharapkan, kenaikan frekuensi perdagangan itu juga diiringi dengan kenaikan harga saham sehingga berdampak positif pada nilai kapitaliasi pasar modal Indonesia.

Melalui Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00023/BEI/04- 2016, BEI memberlakukan lima satuan fraksi harga dari sebelumnya tiga satuan fraksi harga. Saat ini, BEI menerapkan fraksi harga saham sebanyak lima kelompok, pertama, harga saham di bawah Rp200 memiliki fraksi harga Rp1. Kelompok kedua, harga saham Rp200-Rp500 dengan fraksi harga Rp2.

Lalu, kelompok ketiga, harga saham Rp500-Rp2.000 memiliki fraksi harga Rp5. Kelompok keempat, harga saham Rp2.000-Rp5.000 memiliki fraksi harga Rp10. Dan kelompok kelima, harga saham di atas Rp5.000 memiliki fraksi harga Rp25.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Alpino Kianjaya mengharapkan bahwa perubahan fraksi harga saham itu dapat meningkatkan aktivitas serta nilai transaksi di pasar modal domestik. Selain itu, juga mengakomodasi investor yang berorientasi "short term trader". "Bursa musti akomodasi dua pihak, yakni investor ritel yang cenderung 'short term' dan intitusi yang 'long term'. Saya yakin perubahan fraksi ini akan menarik bagi investor sehingga mendorong investor aktif bertransaksi dan berani mengambil posisi," ujarnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…